Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Minggu, 29 Juli 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 11


 

Gabriel terpaku, berdiri mematung, dengan ekspresi sedingin batu es terbentuk di wajahnya,.,

"Ternyata gw bukan anaknya papa sama mama.,.,"

"Ternyata gw bukan siapa-siapa diantara mereka"

Gurat-gurat kekecewaan begitu tergambar jelas di wajah Gabriel. Nafasnya tersengal-sengal tak beraturan, detak jantungnya berdetak begitu kencang, seakan-akan dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

"Gw ngerti sekarang, gw ngerti kenapa papa ga pernah sayang gw, kenapa dia ga pernah sedikit pun peduli sama gw"

"Dia anak kita juga Pa.,"

Tiba-tiba Gabriel teringat kata-kata mamanya yang selalu bisa menghentikan omongan papanya ketika memojokan dirinya.

"Ternyata ini maksud mama, ternyata mama berbicara begitu buat ngingetin papa kalo gw adalah anaknya yang ternyata sebenarnya bukan anak mereka." Batin Gabriel.

"Abang Iyel lagi ngapain diri disitu???" Suara Shilla mengagetkan Gabriel, bukan hanya Gabriel yang merasa terkejut, tetapi juga Rio dan Ify yang saat itu memang sedang membicarakan tentang rahasia Gabriel.

"Iyel.," Ujar Rio panik.

"Sejak kapan kamu ada disitu.,???" Tanya Rio lagi.

"Cukup lama buat gw bisa denger semua yang lu obrolin sama dia" Ujar Gabriel dengan sinis, sampai-sampai menunjuk Ify hanya dengan sebutan dia.

"Ternyata gw ngerti semuanya sekarang, kenapa lu ngerasa biasa aja pada saat papa belain lu terus, karena lu tau gw bukan siapa-siapa elu. Iya kan???" Tanya Gabriel dengan kembali tersenyum sinis kepada Rio.

"Ga kaya gitu Yel, apapun yang terjadi lu tetep ade gw Yel" Terang Rio

"Aaaaakkkh bullshit semua nya, gw bukan siapa-siapa diantara lu semua, ga usah lu so' so' peduli sama gw, gw adalah gw dan LO adalah LO!!!" Teriak Gabriel.

"Sebenernya ini ada apa sih Bang, Shilla ga ngerti, kenapa abang teriak-teriak kaya gini" Tanya Shilla

"Diem lo, ini bukan urusan lu" Teriak Gabriel kepada Shilla.

Shilla betul-betul kaget dengan perilaku Kakaknya yang selama ini tidak pernah kasar terhadapnya.

"Abang, sebetulnya abang kenapa.,???" Shilla mulai mengeluarkan bulir-bulir bening dari sudut matanya.

"Lu ga usah panggil gw dengan sebutan abang lagi, gw bukan siapa-siapa lu" Ujar Gabriel kepada Shilla.

"Abang, Shilla ga ngerti maksud abang"

Tapi tidak ada satu pun yang menjawab kebingungan Shilla itu. Semuanya hanya terdiam.

"Kita ke kamar kamu ya Shil, biar abang Iyel sama abang Rio bisa bicara berdua, nanti kakak certain semuanya sama kamu" Ujar Ify menenangkan Shilla, dan meninggalkan Gabriel dan Rio dalam situasi yang penuh dengan ketegangan.

"Sejak kapan lu tau semuanya???" Tanya Gabriel dengan nada yang begitu dingin, tanpa ekspresi di wajahnya.

"Gw tau dari dulu" Jawab Rio lirih.

Gabriel menoleh kearah Rio, dia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak percaya dengan ucapan kakaknya barusan.

"Jadi maksud lu, lu tau semuanya dan lu nutupin semuanya dari gw???"

"Karena menurut gw ga ada gunanya juga gw kasih tau elu kan Yel???"

"Ga ada guna nya kata lu???"

"Lu ga tau gimana perasaan gw Yo pada saat papa selalu memojokan gw,"

Rio begitu terhenyak pada saat Gabriel memanggil dirinya dengan sebutan Rio, tanpa embel-embel Abang di depannya.

"Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul di otak gw Yo, pertanyaan kenapa papa ga pernah peduli sama gw, kenapa papa sama sekali ga pernah anggep gw ada. Dan lu bilang sekarang itu semua ga ada gunanya???Setidaknya gw ga terlalu berharap papa bakal sayang gw Yo" Kalimat terakhirnya Gabriel ucapkan dengan suara yang begitu lemah, bahkan lebih terkesan berbisik.

"Maafin gw Yel"

"Gimana lu bisa tau???" Tanya Gabriel meminta penjelasan dari Rio.

"Malam itu Yel.," Rio memulai menceritakan kejadian sekitar tujuh belas tahun lalu.

"Malem itu, pas gw lagi tidur, gw denger ada bayi nangis di luar rumah. Gw bangunin mama, dan ternyata mama juga mendengar hal yang sama. Akhirnya kita sama-sama mencari asal suara tangis bayi itu, akhirnya gw sama mama nemuin seorang bayi di depan pintu rumah kita Yel, di depan pintu rumah ini. Awalnya papa ga setuju sama rencana mama yang pengen ngerawat bayi itu, dia pengen mama kasih bayi itu ke panti asuhan, waktu itu gw yang masih berumur lima tahun bener-bener pengen punya ade Yel, akhirnya gw ngerengek sama papa biar kita bisa tetep ngerawatnya, termasuk mama yang sudah terlanjur sayang, mama juga begitu memohon agar papa bisa nerima bayi itu di keluarga kita. Akhirnya papa luluh dan setuju menerima bayi itu, dan bayi itu adalah lu Yel" Terang Rio panjang lebar.

Gabriel mendengar penjelasan Rio dengan perasaan yang tidak karuan. Hatinya dipenuhi oleh perasaan kecewa, marah. Gabriel bingung kepada siapa dia harus merasa marah ataupun kecewa. Kini dia bahkan tidak tahu siapa dirinya, siapa orang tuanya, siapa keluarga dia sebenarnya. Gabriel bangkit dari duduknya. Dia melihat pantulan dirinya sendiri dalam cermin yang terletak tepat di hadapannya. Mimik wajah Gabriel terlihat begitu tegas menggambarkan emosi yang luar biasa. Urat-urat kemarahan terbentuk di kening Gabriel yang di penuhi peluh siang hari itu.

"Ternyata gw cuma anak buangan, anak yang tidak diharapkan oleh orang tuanya sendiri, gw mungkin anak seorang pelacur, atau mungkin gw ini anak hasil perselingkuhan, atau mungkin juga gw ini anak haram" Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar memenuhi pikiran Gabriel, perasaan jijik terhadap dirinya sendiri sempat terlintas di benaknya. Sampai akhirnya Gabriel tidak kuasa lagi menahan kekecewaan dan amarahnya.

Praaaaaang.,

Cermin itu pecah oleh satu tonjokan yang keras dari tangan kanan Gabriel. Dan seketika itu tetesan darah segar mengucur dari sela-sela kepalan tangan Gabriel.

"Iyel.," Teriak Rio

Shilla dan Ify yang mendengar hal ini keluar dari kamarnya Shilla.

"Rio ada apa???" Tanya Ify panik.

"Abang, tangan Abang kenapa" Ujar Shilla seraya mendekati Gabriel.

"Lu jangan deketin gw, gw ini kotor, gw ini cuma anak haram" Teriak Gabriel

"Lu ga boleh ngomong kaya gitu Yel" Ify menengahi.

"Diem lu, lu bukan siapa-siapa gw, lu ga ada hubungan apa-apa sama gw."

Ify hanya bisa diam mendengar ucapan Gabriel itu.

"Yel, please lu jangan kaya gini," Rio memohon.

"Yel tangan lu luka,"

"Kenapa kalo tangan gw luka, ini ga seberapa dengan sakit yang gw terima dari bokap selama ini, bokap lu maksud gw" Gabriel kembali dengan nada bicara yang tenang namun kental dengan nada sinisnya.

"Abang jangan ngomong kaya gitu, gimana pun juga dia papa abang juga"

"Bokap gw???lu liat ini???" Gabriel menunjukan tangan kanannya yang berlumuran darah tepat di depan wajah Shilla.

"lu liat darah ini???ga ada setetes pun darahnya mengalir di darah gw ini" Ujar Gabriel.

"Iyel, tolong denger gw, kali ini aja gw mohon dengerin gw, siapapun elu, elu tetep sodara kita Yel, gw abang lu, Shilla sama Iyan adalah adek lu, ga ada yang bisa ngerubah itu Yel" Terang Rio.

Tapi ucapan Rio itu sama sekali tidak dicerna oleh indera pendengaran Gabriel. Bahkan tangisan Shilla pun tidak bisa meluluhkan hati Gabriel.

Gabriel meraih kembali tas sekolah yang tadi sempat dia jatuhkan ke lantai. Selangkah demi selangkah Gabriel meninggalkan ruangan itu, meninggalkan rumah itu, rumah yang menurutnya tidak berhak dia untuk berada disana.

"Yel, lu mau kemana???" Rio menahan laju langkah Gabriel dengan menarik lengan Gabriel, namun bukan langkah kaki Gabriel yang terhenti, tetapi rio malah tersungkur jatuh akibat dorongan keras dari Gabriel.

"Abang, abang jangan tinggalin Shilla," Shilla memelas dengan air mata yang mengalir deras di pipinya, namun sama sekali tak di gubris oleh Gabriel.

Gabriel tinggal selangkah lagi menuju pintu keluar dari rumah itu, namun dia merasa ada genggaman kecil di salah satu jarinya, Gabriel terkejut ketika melihat Iyan dengan senyum lugunya menggenggam jari kelingkingnya, menatap Gabriel dengan tatapan yang begitu polos, seolah memohon agar kakaknya itu tidak pergi meninggalkan rumahnya. Gabriel perlahan melepaskan genggaman tangan Iyan, dan mengelus rambut halusnya.

"Maafin gw, selama ini gw selalu nyalahin lu, selalu bentak-bentak lu, padahal gw sama sekali ga berhak buat ngelakuin semua itu sama lu." Ujar Gabriel, yang kemudian meneruskan niatnya untuk meninggalkan rumahnya itu.

***

Gabriel berjalan gontai tak tentu arah. Dia sama sekali tak punya tempat untuk dia tuju. Tidak mungkin dia kerumah Agni saat itu, itu sama saja dengan tidak meninggalkan rumahnya.

Gabriel terus melangkahkan kakinya, entah kini dia sudah berada dimana. Tak disadari olehnya hari telah berganti malam, cahaya matahari telah terganti oleh cahaya bulan dan bintang. Akhirnya Gabriel menghentikan langkahnya disebuah pelataran toko. Dia berdiri terpaku di depannya, dia melihat pantulan bulan dari kaca toko tersebut. Melihat itu Gabriel teringat sesuatu.


 

"kita sama-sama hidup dibawah matahari, bulan dan bintang, dan semuanya bercahaya. Gw cuma mau bilang disaat lu terpuruk, terjebak dan merasa sendirian, please lu inget gw, karena gw bakal ada buat lu,"

***

Gabriel kini telah berdiri di sebuah rumah yang cukup besar, berlantai dua, dengan bentuk yang hampir sama persis dengan rumah disamping kanan kirinya.

Ragu-ragu Gabriel memasuki halaman dari rumah itu. Gabriel hanya menatap pintu rumah yang terbuat dari kayu jati itu. Belum juga dia sempat menekan bel atau setidaknya mengetuk, pintu rumah itu sudah terbuka dari dalam. Terlihat seorang laki-laki paruh baya keluar dari dalam rumah itu.

"Kamu siapa???" Tanyanya dengan raut wajah menyelidik.

"Nama saya Gabriel Om, saya temen Sivia, saat ini saya lagi ada masalah dirumah saya, jujur saya ga punya temen lain selain Sivia dan saya juga ga punya tempat tujuan lain, jadi kalo Om mengijinkan saya minta ijin menginap buat malem ini." Terang Gabriel jujur, karena Gabriel memang bukan tipikal orang yang suka berbasa basi.

Ayah Sivia sedikit merasa aneh dengan sikap Gabriel yang sangat blak-blakan, namun dia sudah cukup banyak mendengar cerita tentang Gabriel dari putrinya, sehingga dia sedikit bisa mengerti dan memaklumi sikap Gabriel itu.

"Via, ini ada temen kamu" Panggil Ayahnya Sivia.

"Siapa yang dateng malem-malem gini???" Tanya Sivia kepada dirinya sendiri,

Sivia melangkah menuju ke pintu rumahnya, betapa kagetnya Sivia setelah mengetahui siapa yang datang kerumahnya malam hari itu.

"Iyel.,???"


 

Facebook: Ek Rkwt

Twitter: @rekscasillas

Tidak ada komentar: