Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Kamis, 26 Juli 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 5


 

"Maaf permisi mau tanya, kalo Jln. Manggis No. 23 sebelah mana ya .,???" Tanya Sivia dengan nada suara begitu sopan.

Namun gadis yang ditanya tadi malah mengernyitkan keningnya dan bertanya kepada dirinya sendiri.

"Mau apa cewe ini nyari rumah Iyel.,???"

"Kamu muridnya Abang Rio ya,.???" Tanya Agni

"jadi kamu tau alamat rumah ini.,???bisa minta tolong anterin saya kesana, kalo engga arahnya kemana ya.,???" Tanya Sivia lagi.

"Kamu beneran muridnya Bang Rio, apa mau les ditempatnya Bang Rio ya.,???" Tanya Agni lagi

"Aku memang sekolah di SMA Pak Rio aku juga muridnya dia, tapi sebetulnya aku temen sekelasnya Gabriel.," Jawab Sivia

"Sejak kapan Iyel punya temen cewe selain gw" Batin Agni

"Temennya Iyel.,???"

"Iya, memang kenapa.,???"

"Ga pa pa sih cuma aneh aja, setau gw Iyel ga punya temen deket." Jawab Agni dengan perasaan tidak suka terhadap Sivia. Agni sedikit tidak rela apabila ada orang lain yang dekat dengan Gabriel selain dirinya. Karena memang perasaan Agni kepada Gabriel lebih dari seorang teman.

"Jadi rumahnya sebelah mana ya.,???" Tanya Sivia lagi.,

"Lu tinggal lurus aja, nanti di depan ada belokan, lu belok aja, rumahnya cat biru." Terang Agni dengan sedikit tidak rela memberitahukan letak dari rumah Gabriel.

"Ma kasih ya.," Jawab Sivia

"Kalo boleh tau ada urusan apa lu kerumah Iyel."

"Urusan sekolah" Jawab Sivia singkat, kemudian tanpa membuang waktu lagi dia langsung menuju kearah yang ditunjukan oleh Agni tadi.

Sedangkan Agni masih berdiri di teras rumahnya dengan perasaan yang bingung.

"Sejak kapan Iyel peduli dengan urusan sekolah.,???" Agni bergumam kepada dirinya sendiri. Perasaan cemburu sedikit tumbuh dalam hatinya.

***

Sivia kini telah berdiri di depan sebuah rumah bercat biru, berlantai dua, dengan alamat yang sesuai dengan yang diberikan gurunya tadi. Terdengar bunyi tangis anak kecil dari dalam rumah itu. Dengan pasti Sivia melangkahkan kakinya ke dalam pelataran rumah tersebut. Dia berdiri di depan pintunya kemudian memencet bel yang ada di bagian samping pintu tersebut.

Tidak sampai satu menit pintu rumah itu terbuka, terlihat seorang gadis manis berkulit putih yang tampak lebih muda dari Sivia. Dia adalah Shilla adik dari Rio dan Gabriel.

"Permisi, benar ini rumahnya Pak Rio.,???" Tanya Sivia ragu-ragu kepada gadis muda itu.

"Iya betul, tapi Abang Rio nya belum pulang, tadi sih dia bilang mau mampir kerumah temennya dulu," Jawab Shilla.

"Sebetulnya aku nyari Gabriel, dia ada.,???"

"Abang Iyel.,???" Tanya Shilla heran.

"Iya Iyel, dia ada kan.,???"

"Abang belom pulang juga," Jawab Shilla masih dalam keheranannya.

"Aku boleh nungggu dia.,???"

"Boleh kok, ayo masuk kak." Ajak Shilla

"Kakak mau minum apa.,???"

"Ga usah, kita ngobrol-ngobrol aja, nama kamu siapa.,???"

"Nama aku Shilla, nama kakak siapa???"

"Nama ku Sivia. Kalo itu siapa.,???" Sivia menunjuk kepada anak kecil yang sedang sibuk dengan botol susunya, terlihat matanya berkaca-kaca sisa tangisannya tadi.

"Oh itu adik kita yang paling kecil namanya Bastian." Terang Shilla

"Kakak kok bisa temenan sama Abang Iyel.,???" Akhirnya Shilla mngeluarkan pertanyaan yang dari setadi memenuhi pikirannya

"Sebetulnya aku ga tau sih temenan apa engga sama abang kamu itu, aku sih pengen temennan sama dia, tapi abang kamu itu aneh." Jawab Sivia sambil tersenyum

"Kok kakak mau temenan sama abang Iyel, kata orang kan dia orangnya kasar, ga baik sama orang."

"Iya sih, tapi kakak ngerasanya sebetulnya Iyel itu orang yang baik, buktinya kamu sama Pak Rio baik kan.???

"Sebetulnya abang emang baik kak, baik banget malah, dari kecil dulu dia orang yang paling sering belain aku kalo aku di godain sama temen-temen aku. Aku sayang banget sama abang Iyel, kalo boleh aku bilang, aku lebih sayang bang Iyel daripada bang Rio, tapi kesian bang Iyel dari dulu suka dimarahin terus sama papa, ga kaya sama bang Rio, papa selalu baik mulu." Shilla betcerita panjang lebar tanpa canggung-canggung, dia merasa begitu nyaman menceritakan semuanya kepada Sivia.

"Dulu waktu abang SMP sebenernya dia selalu jadi juara umum di sekolahnya, tapi bang Iyel diem aja, cuma aku yang tau, bang Iyel cerita semuanya sama aku."

"Kenapa dia ga cerita sama yang lain.,???" Tanya Sivia

"Kata abang percuma, ga akan ada yang peduli. Papa selalu lebih peduli sama bang Rio, padahal bang Rio cuma jadi juara dua aja di kelasnya. Papa juga ga pernah mau ngambil rapot atau datang ke sekolah bang Iyel. Tapi kalo ke sekolah bang Rio, papa semangat banget. Kesian kan bang Iyel.," Terang Shilla dengan mata yang berkaca-kaca.

"Jadi ini Yel kenapa lu bersikap ga peduli sama orang, karena lu merasa ga ada orang yang peduli sama lu, lu ga adil Yel, lu ga bisa samain setiap orang kaya bokap lu." Batin Sivia.

"Kak Via.,kak Via.," Panggil Shilla, karena terlihat Sivia kini sibuk dengan lamunannya sendiri.

"Oh iya kenapa Shil???"

"Ga pa pa, cuma tadi Shilla liat ka Via ngelamun gitu."

"Kak Via lagi mikirin abang kamu Shil.,"

"Kakak suka ya sama bang Iyel.,???"

"Maksud kamu,???"

"Kakak cantik, kakak juga baik, aku suka kalo bang Iyel sama kakak, pasti bang Iyel jadi baik deh."

"Abang kamu memang baik kok Shil," Jawab Sivia dengan senyum manisnya.

"Trus kamu sendiri yang ngurusin ade kamu itu.,???"

"Engga sih, kalo pagi ada bu Ira yang jagain, tapi kalo siang gantian kalo ga sama aku ya sama bang Rio."

"Loh Iyel engga.,???"

"Abang Iyel ga suka sama Iyan."

"Kok bisa, kan adiknya sendiri, sama kamu aja dia sayang???" Tanya Via heran

"Soalnya Bang Iyel selalu nganggep kalo Iyan yang nyebabin mama meninggal, soalnya mama meninggal pas ngelahirin Iyan. Bang Iyel itu selain deket sama aku, deket banget juga sama mama, karena cuma mama yang selalu belain Bang Iyel dari papa, jadi pas mama meninggal ga ada lagi yang bisa belain bang iyel, sampai setaun kemarin akhirnya papa meninggal juga, tapi Bang Iyel belom bisa maafin papa, soalnya sampai papa meninggal pun tetep ga mau ditemenin sama Bang Iyel, bang Iyel ngerasa sakit hati banget."

"Abang Iyel juga ga terlalu deket sama Bang Rio, mereka kalo ketemu berantem mulu. Bang Iyel ngerasa Bang Rio selalu jadi anak emas papa, dan dari kecil dia selalu dibanding-bandingkan sama Bang Rio. Papa selalu nganggep bang Rio itu lebih baik daripada Bang Iyel. Papa kaya ga sayang gitu sama Bang Iyel. Aku jadi suka kesian sama bang Iyel yang selalu disalah-salahin sama papa."

Dari percakapannya dengan Shilla siang itu banyak sekali yang Sivia dapat mengenai Gabriel, lambat laun Sivia pun mulai mengerti kenapa Gabriel memiliki tingkah laku seperti sekarang.

"Ma kasih ya Shil.," Ujar Sivia

"Ma kasih kenapa kak.,???"

"Ma kasih karena kamu udah cerita banyak soal abang kamu, aku jadi banyak tau soal abang kamu, aku janji deh kalo kamu mau bantu aku, kita berdua bisa bikin abang kamu jadi lebih baik dari sekarang, gimana.,???" Tawar Sivia

"Aku mau kak, aku mau abang bisa berubah. Biar dia baik nya bukan cuma sama aku atau kaka Agni doank."

"Agni.,siapa.,???"

"Dia temen abang dari kecil, kak Agni juga baik sih sebetulnya, tapi dia ga pernah berusaha ngerubah abang jadi lebih baik, menurut dia abang Iyel udah cukup baik dengan sikapnya sekarang, karena abang emang baik sama dia."

"Abang kamu suka kali sama Agni."

"Kakak cemburu ya.,???"

"Apa sih kamu ini." wajah Sivia terasa memanas di goda Shilla seperti itu.

"Kak Agni emang suka sama abang, dia pernah cerita sama aku, tapi pas aku tanya sama abang dia bilang cuma nganggep kak Agni temen doank."

"Ooooh.," Jawaban Sivia singkat, tanpa di sadari ada sedikit kelegaan di hatinya ketika mendengar penjelasan Shilla tadi.

"Aku seneng ngobrol sama kamu Shil,"

"Aku juga seneng kok kak, aku seneng bang Iyel punya temen yang baik kaya kakak."

Terjalin keakraban diantara mereka berdua.

"Ngapain lu disini.,???" Tiba-tiba suara Gabriel mengagetkan Sivia dan Shilla.

"Abang udah balik.,???" Tanya Shilla

"Kak Via dari tadi nunggu abang." Ujar Shilla lagi

Gabriel masih berdiri di depan mereka dengan tatapan yang dingin dan sedikit memancarkan kemarahan. Gabriel sama sekali tidak menghiraukan perkataan Shilla.

"Gw tanya ngapain lu disini.,???"

"Abang kenapa sih dateng-dateng langsung marah-marah" Tanya Shilla

"Diem lu, gw nanya ama dia, ngapain dia disini."

"Gw cuma pengen maen aja kok Yel, sapa tau lu butuh catetan selama lu di skors." Jawab Sivia

"Apa.,??? Abang kena skors.,???" Tanya Shilla

Gabriel yang ditanya tidak menjawab pertanyaan adiknya itu.

"Lu tuh kenapa sih kerjaannya cuma nyampurin urusan orang doank, jangan sok peduli deh, gw ga butuh lu tolongin, gw ga butuh lu belain, lu ga tau apa-apa soal gw, lu jangan coba-coba deketin keluarga gw, dan lu jangan coba-coba deket sama gw, ngerti ga sih lu, mending lu urusin aja urusan LOE SENDIRI" Kata-kata Gabriel tajam dan beberapa kalimat terakhirnya di ucapkan dengan nada yang cukup keras dan tegas.

Sivia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, air matanya kini mulai mengalir dari ujung matanya. Sejurus kemudian Sivia berlari meninggalkan Shilla dan Gabriel keluar dari rumahnya Gabriel.

"Abang ini kenapa sih, kak Via kan ga ada maksud jelek dateng kesini, tadi kita ngobrol banyak dan aku ngerasa kak Via baik kok, kak Via itu peduli ama abang, tapi abang malah menyakiti hati kak Via, abang tuh punya perasaan dikit dong bang."

"Gw cuma ga suka dia ngurusin urusan gw, ga ada hubungannya sama dia juga kan.," Jawab Iyel

"Tapi kan bisa ngomongnya ga usah kasar gitu. Baik-baik aja, abang bisa baik sama Shilla, kenapa abang ga bisa baik sama kak Via juga, dia juga baik kan sama abang.," Ucapan Shilla itu sedikit membuat Gabriel luluh. Shilla memang selalu bisa membuat Gabriel mendengarkan kata-katanya.

"Trus sekarang gw harus gimana.,???" Tanya Gabriel

"Abang harus minta maaf sama kak Via."

"Apa ???minta maaf,??? ENGGAK!!!"

"Abang Please.," Shilla memasang wajah memelasnya

Akhirnya Gabriel pun berlari meninggalkan Shilla, untuk mengejar Sivia.

Dilihatnya Sivia kini sedang berjalan beberapa langkah di depan Gabriel. Gabriel tahu Sivia sedang menangis.

"Via.," Panggil Gabriel.

Sivia menghentikan langkahnya kemudian menoleh kearah Gabriel. Terlihat air matanya yang masih mengalir di pipinya.

"Gw minta maaf."

"Apa.,???" Tanya Via

"Gw minta maaf soal yang tadi dirumah gw, gw ga maksud bwt lu sakit hati."

Gabriel mendekati Sivia, tiba-tiba Gabriel melakukan sesuatu hal yang tidak di sangka oleh Sivia. Gabriel menghapus air mata Sivia dengan kedua belah tangannya, meskipun masih dengan ekspresi dinginnya.

"Gw ga suka ngeliat cewe nangis karena gw." Setelah itu Gabriel langsung meninggalkan Sivia begitu saja.

Setelah Gabriel tidak terlihat lagi oleh pandangan Sivia, Sivia pun tersenyum.

"Dugaan gw bener kan Yel. Pada dasarnya lu tetep cowo biasa yang ga tega ngeliat seorang cewe nangis."


 

Facebook: Ek Rkwt

Twitter: @rekscasillas

Tidak ada komentar: