Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Minggu, 15 Juli 2012

I LOVE YOU SENIOR! - CERPEN COUPLE ALVIA

Sivia berjalan kaki dengan santai. Pagi ini tidak seperti biasanya, siswi kelas tiga SMA yang berambut sebahu ini berangkat sendiri ke sekolah. Rupanya, Shilla, salah satu sahabat karibnya, yang biasanya berangkat bersama-sama dengan dirinya sudah jalan lebih dahulu karena ada jadwal piket kelas.

“sendirian?” tanya seorang cowok yang tiba-tiba berjalan bersisian dengan dirinya.
“ya.” jawab Sivia pendek. Ia tak mengenali cowok itu.

Sepintas cowok yang berada di sampingnya, mengingatkan Sivia pada seseorang yang dulu pernah dekat dengannya.

“sekolahku di depan.” Sivia seperti memberitahukan. Cowok itu menanggapinya dengan senyum dan anggukan pelan. Sivia terkejut ketika cowok itu sama-sama memasuki gerbang sekolah.

“Oh, ternyata kita satu sekolah toh?” Sivia baru ngeh. Si cowok mengangguk lagi.
“Kenapa nggak bilang daritadi?” Sivia merasa tidak enak. Kembali cowok itu cuman tersenyum. Selama ini Sivia tak menyadari kalau cowok itu juga sering berangkat ke sekolahnya.
“Duluan ya……!” pamit Sivia dari kejauhan. Si cowok cuman mengangguk dan melambaikan tangannya. Tak lama kemudian, cowok itu pun melangkah pergi menuju kelasnya yang ternyata bersebrangan dengan kelas Sivia. Itu berarti cowok itu adalah adik kelas Sivia.

***

Pikiran Sivia masih tertuju pada cowok yang barusan ditemuinya.
‘Kenapa tadi aku lupa nanya namanya ya?’ tanyanya dalam hati. Sivia menepuk jidatnya. Entahlah, kenapa ada desiran aneh yang dia rasakan ketika pertama bertemu dengannya.

“Nah loh.. mulai deh, ngelamun!” Shilla membuyarkan lamunan Sivia.
“Tadi gue ketemu sama cowok.” Sivia masih agak ragu untuk cerita sama Shilla.
“Terus?” Shilla nggak ngerti.
“Wajahnya mirip banget dengan seseorang.” Sivia melanjutkan ceritanya lagi.
“Maksud kamu mirip sama Cakka?” Shilla menebak-nebak. Sivia mengangguk mengiyakan.
“Yang jelas itu bukan Cakka. Tapi kenapa bisa mirip banget ya?” tanya Sivia seperti ditujukan kepada dirinya sendiri. Seantero sekolah ini tahu kalau Cakka adalah pacar Sivia. belum lama mereka jadian, Cakka lulus dari sekolah ini dan hubungan mereka pun tak ada kelanjutannya lagi.

***

Jam istirahat nanti, Pak Budi memanggil Sivia ke ruang guru, ada hal penting yang mau dibicarakan, katanya. Dia dipercaya mengurus Persami untuk murid kelas satu dan dua, minggu ini.jam istirahat seperti ini banyak murid yang duduk bercengkerama di teras kelas dan hamper sebagian siswa sekolah ini juga lebih memilih pergi ke kantin. Sayangnya siswa-siswa itu sangat jarang berminat untuk meramaikan ruang perpustakaan.

Deg..!!
Jantung Sivia berdegup kencang ketika harus melewati kelas 2A. ada cowok yang tadi pagi berangkat bareng dengannya.
‘Aduuh gimana nih? Sorot mata itu. gue gak berani natep.’ Batin Sivia.

Untung saja ada Ify yang tiba-tiba sudah merangkul bahunya dari belakang.
“Sivia. where are you going?” tanya Ify mengagetkan.
“Hai Ify. Mau ketemu Pak Budi. Mau nemenin?” ajak Sivia.
“Emangnya, Shilla ke mana?” Ya. Shilla memang selalu bersamanya.
“Dila lagi cari buku untuk tugas Fisika, jam terakhir nanti.”
“Well. Okay. But, I have to tell my cousin first. Wait for me, okay?”Sivia mengangguk. Nggak sampai semenit, Ify kembali dengan menggandeng seorang cowok yang..

“ini Vi orangnya. Gimana?”
“Hai. Gue Alvin. Anak baru pindahan dari Bali.” Cowok itu tersenyum (lagi) sambil mendorong tangannya untuk bersalaman.
“Sivia.” mereka berjabat tangan.

“Mirip Cakka kan?” sambung Ify. Sivia menyenggol tangan Ify.

***

Matahari tepat bertengger di atas kepala, ketika rombongan sudah sampai di tujuan. Desir angin pantai memberi kesejukan tersendiri di hati para siswa. Mereka langsung sigap mendirikan tenda-tenda sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Sore ini akan diadakan pelantikan pengurus organisasi pecinta alam yang baru. Setlah beberapa kandidat dicalonkan, akhirnya proses pemungutan suara pun dilaksanakan secara teratur. Dan dari hasil pemungutan suara, Sivia tak menyangka kalau posisi ketua yang selama ini disandangnya, ternyata akan diserahterimakan kepada Alvin.

Meskipun baru beberapa hari mengenalnya tapi Sivia bisa menilai, Alvin dapat menerima tanggung jawab ini dengan baik.

Malam harinya, serah terima antara ketua lama dan ketua baru pun dilaksanakan. Semua rangkaian acara berjalan dengan sangat baik. Ada perasaan aneh yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata ketika Sivia berdiri tepat di samping Alvin. Jarak mereka yang begitu dekat seperti mempertemukan dua magnet yang berbeda, sehingga ada daya tarik-menarik dalam diri masing-masing.

Dari pertama kali masuk sekolah ini, Alvin sudah banyak mendengar sepak terjang Sivia di sekolah. Selain cantik dan berbakat di bidang seni dan olahraga, dia juga jago soal pelajaran. Wajar saja, Sivia jadi kebanggaan sekolah ini.

“Selamat ya, semoga tugas berat ini sanggup kamu laksanakan dengan baik.” Sivia menjabat tangan Alvin.
“Terima kasih,” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Alvin. Tentu saja ditambah dengan senyuman termanisnya, untuk cewek yang selama ini jadi lakon dalam mimpi-mimpi indahnya.

Malam ini, semua siswa harus benar-benar istirahat, hal ini untuk persiapan fisik dan mental mereka mengikuti rangkaian acara esok harinya. Tapi ada juga yang melanggar peraturan. Terutama anak-anak cowok yang lebih memilih menghabiskan malam di tepi pantai.

***

Pagi itu, dengan sedikit tergesa, Alvin menghadap para senior yang menyambut kedatangannya dengan muka tegang.
“Bagaimana ini?! Apa tidak bisa kamu bersikap tegas pada teman-temanmu?” Sivia menatap tajam ke arah Alvin.
“Maaf Kak. Tapi ini masih wajar dan biasa dilakukan oleh teman-teman sekaligus menjaga keamanan perkemahan kan?” Alvin membela teman-temannya.
“Tapi tidak harus dengan main kartu dan minum-minuman seperti itu kan?” Rio, salah satu senior menambahkan.
“Saya bisa jamin teman-teman tidak melakukan hal itu tadi malam.” Alvin masih teguh pada pendiriannya.
“Sekarang kumpulkan teman-temanmu! Kita kaji ulang, apa kamu benar-benar pantas jadi ketua mereka?” ucap Sivia kemudian. Alvin jadi sedikit dongkol pada Sivia yang begitu ketus dan galak cara bicaranya. Tapi toh, dia harus mengakui kalau Sivia adalah seniornya.

***

Semua peserta Persami sudah berkumpul di tengah-tengah lapangan.

“Sekali lagi saya tanyakan, apa benar kalian tidak salah pilih karena telah menunjuk Alvin sebagai pemimpin kalian?” Sivia terlihat dingin.
“Kalian tahu,hari ini ketua kalian telah menunjukkan ketidakmampuannya dalam memimpin kalian. Bahkan, sekarang ada petugas dari kepolisian yang akan membawa salah satu dari kalian karena telah dianggap melakukan perbuatan kriminal tadi malam. Dan anehnya, ketua kalian tidak mengetahuinya. Ada dari kalian yang akan jujur mengakui kesalahannya sendiri?” Sivia masih menunggu respon dari para juniornya. Anak-anak saling pandang. Mereka saling tanya, dan mengharap salah satu dari teman yang merasa salah untuk maju menemui Sivia.

“Baik, kalau tidak ada yang mengaku, maka yang akan jadi jaminan atas peristiwa semalam adalah Alvin, sebagai ketuanya.” Ujar Rio, mulai berdiri di tengah lapangan. Alvin terperanjat tapi dia berusaha bersikap tenang.

“Baik. Kalau memang itu sudah menjadi tanggung jawab saya pada teman-teman, saya rela.” Alvin melangkah menemui para senior yang berbaris di depan.

Beberapa anak berbicara riuh rendah. Mereka tak rela melihat Alvin dibawa petugas kepolisian. Beberapa siswi bahkan sampai menangis. Sebagai rasa solidaritas, ada beberapa siswa yang menghadang kepergian Alvin menuju mobil polisi.

“Teman kami tidak salah, Pak! Tolong jangan bawa dia. Kami akan mencari pelaku sebenarnya, Pak!” banyak ucapan-ucapan dari rekan-rekan Alvin untuk bisa menahannya. Tapi, toh polisi tetap membawanya juga. Begitu mereka naik di mobil polisi, salah satu petugas membuka borgol di tangan Alvin.

“Anda lulus dari ujian mental sebagai ketua…” ucapan pak polisi barusan membuat teman-temannya kaget sekaligus gembira.

“Di antara kalian tidak ada yang melakukan kesalahan, ini semua hanya salah satu permainan yang dibuat oleh mantan ketua kalian.” Ucap pak polisi yang sedikit banyak membuat beberapa teman Alvin menaruh rasa kesal pada Sivia.

Sebagai balasannya, beberapa siswa lainnya, beramai-ramai menggotong tubuh Sivia dan menceburkannya ke pantai. Sivia yang tak siap dengan keadaan, tentu saja kelabakan. Semua peserta Persami tertawa puas.

“Lebih baik kamu cepat ganti baju! Nanti masuk angin.” Ujar Alvin. Baru saja Sivia mendekati bibir pantai, tiba-tiba ada sesuatu yang menusuk kakinya.

“Aargghh!!” badannya terjembab lagi ke air. Banyak darah yang keluar dari telapak kakinya. Alvin terlihat panic. Dengan sigap dia membopong tubuh Sivia ke dalam tenda. Beberapa senior yang lain segera membawa peralatan P3K.

Sivia hanya diam, sesekali dia meringis kesakitan. Sivia sempat melihat Alvin begitu sigap mengurus semua sebelum akhirnya dia terkulai pingsan. Rupanya ada cangkang kerang yang menusuk dan membuat telapak kaki Sivia robek cukup lebar.

***

“Thanks ya sudah nolongin aku tadi.” Ucap Sivia pada Alvin, di malam terakhir persami. Mereka duduk bersisian menghadap hangatnya api unggun.

“It’s not a big deal. Masih sakit?” Alvin masih tampak khawatir dengan luka di kaki Sivia. Entah kenapa perasaannya begitu hangat karena Sivia duduk di dekatnya.

Dia menatap wajah sang senior dengan lembut. “Kamu cantik” katanya pelan. Entah mendapat keberanian darimana, Alvin membenahi rambut-rambut yang berterbangan tertiup angin laut di seputar wajah Sivia. tatapan mereka beradu. Ada binary-binar cinta yang terpancar dari keduanya.

“Boleh aku jatuh cinta pada senior hebat seperti kamu?” Alvin berbisik lembut ke telinga Sivia. sesaat Sivia hanya terpaku diam. Lalu kemudian mengangguk dan tersipu malu. Tak ada kata yang sanggup diucapkannya.

“thanks. I love You Senior!”

Mereka berdua tertawa di tengah keheningan malam. Terkadang Cinta yang datang tak bisa di tepis oleh umur seorang manusia. Dan disinilah kita tahu, bahwa cinta itu tak memandang apapun yang menjadi penghalangnya.

THE END !

Tidak ada komentar: