Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Sabtu, 21 Juli 2012

JIKA ACHA DAN OZY JATUH CINTA – PART 18

PART 18 = HARAPAN ITU ADA


 

Rio dan Acha tertawa-tawa di kamar Acha, memperhatikan kembali foto-foto yang dipotret oleh Acha untuk mengabadikan acara ulang tahun sekolah kemarin lewat laptop Acha.

Waktu sampai pada foto Nova yang tengah berduet dengan Patton, Acha berkata, "Pantesan aja kemaren Nova kayak yang nyembunyiin sesuatu gitu. Ternyata soal rencana duet mereka itu… Kirain waktu di perpus itu mereka jadian…"

Rio tertawa, "Padahal pasti waktu itu Patton sebenernya meminta Nova untuk berduet dengannya ya…"

Acha mengangguk. Tersenyum senang. Toh setelah selesai acara, Nova langsung mendekatinya, meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Acha tersenyum semakin lebar mengingat wajah Nova yang berseri-seri saat bercerita padanya tadi pagi, bahwa akhirnya dia jadian dengan Patton. Langsung pada sore itu juga, setelah acara OSIS itu selesai.

"Achaaa… Tolong bantuin Mama ngebongkar belanjaan yuk!" suara Mama terdengar lewat pintu yang setengah terbuka.

Acha langsung meloncat dari sisi Rio yang masih duduk di depan meja belajar, sementara Rio masih asyik mengklik mouse untuk melihat foto-foto lainnya.

"Iya Maaa… Bentaaar… lagi turun niiihh…" seru Acha setengah berlari keluar dari kamarnya.

Rio kemudian beranjak dari depan laptop, tapi dia baru setengah berdiri ketika melihat sesuatu yang menarik perhatiannya menyembul dari balik bantal Acha. Sebuah album foto berwarna ungu.

Rio menarik album tersebut dari bawah bantal, dan duduk kembali di depan meja belajar Acha. Sambil tersenyum, Rio membuka-buka halaman album itu secara berurutan. Halaman-halaman awal berisikan foto-foto Acha waktu masih kecil, termasuk beberapa foto dimana Acha berpose bersama Rio. Rio tertawa kecil melihat beberapa pose konyol mereka. Halaman selanjutnya berisikan foto-foto Acha di masa sekolah. Rio terus melanjutkan membuka album itu, dan tertegun melihat halaman terakhir.

Hanya ada satu foto di halaman terakhir itu. Dilekatkan dengan rapi di tengah-tengah halaman. Rio mencermati foto itu. Foto seorang cowok dalam seragam yang dikenali Rio sebagai seragam kebanggaan tim sepak bola sekolah mereka. Tapi bukan hanya seragam itu yang dikenali oleh Rio. Wajah cowok yang dalam foto itu sedang tertawa juga dikenal Rio dengan baik.

Ekspresi bingung di wajah Rio perlahan berubah menjadi sebuah senyuman. Senyuman yang semakin lebar, saat dia mengangkat wajah dan melihat Acha tengah berdiri di pintu.


 

Acha mau pingsan saja. Saat itu juga. Atau ambles ke bumi. Apapun lah. Asalkan bisa membuat dirinya hilang dari hadapan Kak Rio saat ini, yang sedang menatapnya sambil tersenyum lebar, dengan sebuah album foto ungu di pangkuannya, terpentang lebar pada halaman terakhir.

"Kirain elo naksirnya sama Pak Duta, Cha…" kata Rio geli saat Acha merangsek mendekatinya dan merebut album itu dari tangan Rio.

"Kak Rio apa-apan sih!!!" Acha menghempaskan diri dengan kesal di atas tempat tidur, dan menutupi wajahnya dengan bantal, menyembunyikan wajahnya yang sudah sama merahnya dengan semut rang-rang. Dia menyesal kenapa tidak membawa cobek dari dapur waktu naik tadi. Kan lumayan buat ditimpukin ke Rio.

"Udaaahhh… Ngaku ajaaa…" Rio dengan jahil menusuk-nusuk pinggang Acha dengan penggaris platik yang ditemukannya di atas meja belajar Acha.

"Lagian, kok elo ga pernah cerita-cerita dari dulu sih? Kan biar gampang urusannyaaa… Gua kan tinggal ngomong lewat Iyel, atau bahkan langsung ke Ozy-nya sekalian…"

Acha mengangkat bantal dari wajahnya, duduk, tapi masih tidak mau memandang wajah Rio.

"Takut. Habis Kak Rio suka galak kalo ada cowok yang senyum ke aku. Baru niat ngedeketin doang, udah diancem mau dijeblosin ke ring basket…"

Rio tertawa kembali, dan mengacak-acak rambut adiknya.

"Gua cuma ga kepengen elo dideketin ama cowok-cowok ga jelas. Cowok baek yang ga buaya di sekolah kita dikit Cha, paling cuma gua doang…"

Acha mendelik kesal.

"Eh, sama si Iyel juga ding!" lanjut Rio, "Tapi itu juga udah keburu disamber Ify. Lo sih slow motion banget kalo urusan cowok"

Acha semakin gondok.

"Tapi, kalau si Ozy sih…" Rio menggantung kalimatnya hingga Acha menoleh ke arahnya.

"…setau gua Ozy anaknya baek kok…" kata Rio lagi, sekali ini dengan wajah serius.

Senyum Acha mengembang lebar.

"Tapi Cha…", wajah Rio masih serius, Acha balas memandang Rio dengan penuh tanda tanya.

"Lo beneran naksirnya sama Ozy? Bukan sama Pak Duta? Kan lo jagoan matematika…" Rio menyeringai jahil.

"Kak Rio! Coba deh ya… Mana ada miripnya Ozy sama Pak Duta???" dengan kesal Acha mendorongkan halaman terakhir albumnya ke hidung Rio.

Rio tertawa lepas dan menepis tangan Acha, "Iye… iyee… Becanda Chaaa… Lagian hidup lo dibawa serius amat sih…"

"Tapi, ngomong-ngomong Cha, sejak kapan lo suka sama si Ozy?"

Cerita pun mengalir dari mulut Acha. Sedikit tersendat, karena Rio sering kali menggodanya dengan berbagai komentar tidak penting. Tapi toh akhirnya Acha menuntaskan kisahnya.

"Gitu deh Kak…" Acha mengakhiri ceritanya.

Rio tertawa lagi. Sambil bangkit dari kursi, dia kembali mengacak-acak kepala adiknya.

"Cha, akuilah… Sekali ini lo pasti bersyukur banget bahwa gua adalah kakak elo. Pokoknya besok elo terima beres!"

Rio melenggang keluar kamar Acha.

Tapi tiba-tiba kepalanya muncul lagi di pintu.

"Tapi Cha.."

"Apa lagi?"

"Terus, Pak Duta mau diapain?" kata Rio sambil tersenyum jahil.

Acha langsung melemparkan bantal yang tadi dipeluknya ke arah pintu. Tapi Rio sudah menghilang, hanya derai tawanya yang masih terdengar.

Acha tersenyum. Sebuah harapan merekah kembali. Dengan mata bersinar penuh harap, dia meraih album di sebelah bantalnya, dan memandangi kembali foto Ozy.


 


 

Utami Irawati
PS Kimia FMIPA Unlam
>+62-81351396681
utami_irawati@yahoo.co.uk
@utamiirawati

Tidak ada komentar: