Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Kamis, 26 Juli 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 7


 

Namun baru saja beberapa langkah Gabriel berjalan, langkah Gabriel terpaksa berhenti karena dia mendengar kalimat dari Agni yang tak pernah dia sangka sebelumnya.

"Gw suka sama lu Yel.,gw sayang sama elu.,!!!"

Gabriel membalikan tubuhnya kearah Agni.

"Maksud lu ngomong itu apa Ag.,???" Tanya Gabriel dengan tatapan dinginnya

"Gw beneran suka sama lu Yel, gw ga tau dari kapan, tapi gw ngerasa perasaan gw ke elu lebih dari perasaan gw sebagai temen Yel. Lu yang selalu ada buat gw, lu satu-satunya temen yang selama ini paling deket sama gw, dan lu satu-satunya cowo yang ada di hati gw Yel" Terang Agni dengan menatap mata Gabriel

"Gw tetep ga ngerti maksud lu Ag" Jawab Gabriel lantas kembali melanjutkan langkah kakinya. Namun kembali terhenti pada saat Agni kembali berbicara.

"Lu ga usah pura-pura ga ngerti Yel, gw tau lu sebetulnya tau maksud gw apa. Please Yel buka hati lu dikit aja, buat gw, buat gw yang selama ini selalu ada di deket lu. Dan yang gw pengen sekarang cuma lu tetap selalu ada buat gw bukan sebagai temen, tapi lebih dari itu."

"Sampai kapanpun gw bakal akan selalu ada buat lu kok Ag, tapi sorry, tetep sebagai temen"

"Apa karena cewe itu Yel???"

"Bukan Ag, ini bukan karena apa-apa, bukan karena siapa-siapa dan bukan karena apapun, ini murni karena perasaan gw sendiri Ag." Jawab Gabriel seraya meninggalkan Agni sendiri tersedu di tengah lapang yang sepi itu.

Agni berjalan dengan gontai menuju rumahnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Gw pikir lu juga sayang sama gw Yel. Kenapa selama ini lu cuma baik sama gw, kalo akhirnya lu kasih hati lu buat orang lain Yel???" Pertanyaan ini hanya Agni ungkapkan di dalam hatinya saja.

Setibanya di rumah, Agni mendengar suara batuk yang tidak henti-henti dari kamar ibunya.

"Ibu, ibu kenapa.,???" terlihat oleh Agni ibunya batuk dengan mengeluarkan darah.

"Bu, penyakit ibu semakin parah, tapi Agni ga bisa berbuat apa-apa bu, Agni anak yang tak berguna bu" Agni merasa begitu terpuruk menghadapi kenyataan bahwa penyakit paru-paru ibunya semakin parah, dan semuanya menjadi terasa begitu berat untuk Agni setelah penolakan Gabriel tadi.

***

Gabriel mengeliat dari tidurnya, cahaya matahari terasa begitu menyilaukan matanya. Rasa kantuk masih terasa berat menggelayuti kedua matanya. Namun terpaksa Gabriel terbangun dari tidurnya karena medengar ketukan berkali-kali di pintu kamarnya.

"Bang Iyel, abang.,banguuuun, udah jam setengah tujuh" Teriak Shilla sambil mengetuk-ngetuk kamar Gabriel yang terkunci dari dalam.

"Apa sih Shil,???" Gabriel membuka pintu kamarnya dengan sedikit membentak Shilla.

"Berisik banget sih, lu dah tau kan gw hari ini ga perlu ke sekolah." Terang Gabriel dengan nada yang begitu kesal

"Shilla tau hari ini abang ga sekolah, tapi hari ini Bu Ira ga bisa dateng.,jadiii.,.," Shilla menggantungkan kata-katanya.

"Jangan bilang lu suruh gw jagain Iyan"

Shilla hanya menunduk mendengar ucapan Gabriel itu dan dengan gerakan lambat Shilla menganggukan kepalanya.

"Lu jangan gila deh, gw bisa mati berdiri kalo di tinggal berdua sama dia" Jawab Iyel bertambah emosi.

"Tapi ini beneran mendesak Bang, hari ini Shilla sama Bang Rio juga pulang agak sore soalnya ada les dulu"

"Shilla pergi dulu ya bang, Bang Rio udah nungguin Shilla" Shilla langsung pergi meninggalkan Iyel menghindari ocehan yang belum sempat keluar dari mulutnya Gabriel.

***

Gabriel keluar dari kamarnya dengan langkah yang lesu. Dia menuruni satu persatu anak tangga yang menghubungkan lantai dua dengan lantai satu rumahnya.

Terlihat Iyan yang sudah sendiri sedang duduk di lantai memainkan mobil-mobilan kesayangannya.

Gabriel duduk di sofa tepat di hadapan Iyan yang sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Gabriel saat itu.

"Heh lu, kenapa sih lu harus ada di dunia ini???" Gabriel berkata begitu kasar kepada adik bungsunya itu.

"Tau ga, gara-gara lu nyokap jadi mati, dan lu tau, itu bikin orang yang sayang sama gw berkurang satu"

"Lu pikir orang yang sayang sama gw itu banyak, ENGGAK!!!, gw cuma punya nyokap sama kakak lu Shilla"

Gabriel tetap berbicara kepada Iyan, mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini dia pendam dalam hatinya, seakan-akan Iyan bisa mengerti dengan semua yang diucapkan oleh Gabriel.

"Lu ngerti ga sih Yan,???"

"Lu bikin gw jadi sendirian"

Selama beberapa jam Gabriel sama sekali tidak memperdulikan apa yang dilakukan Iyan, meskipun pada saat itu Gabriel tetap berada di samping Gabriel. Bagaimanapun juga ada sedikit rasa tidak tega di hati Gabriel untuk meninggalkan Iyan sendiri. Gabriel tetap sibuk dengan remote TV nya, sampai akhirnya mulai terdengar rengekan kecil dari Iyan.

"Udah deh lu jangan rese, jangan nangis, cengeng lu, bisanya cuma nangis doank" Mendengar ucapan Gabriel itu tangisan Iyan malah bertambah keras.

"Lu kenapa sih, ga ngerti omongan gw ya" Gabriel masih tetap dalam posisinya duduk di sofa, membiarkan Iyan yang menangis sendiri dilantai, tanpa ada sedikitpun niat untuk mendekati Iyan. Tangis Iyan kini benar-benar tak terbendung lagi, suara tangisnya semakin kencang. Dalam kebingungannnya terdengar nada pesan di handphonenya Gabriel. terlihat nama Shilla di layar LCD handphonenya.

"Abang, kalo Iyan nangis Shilla dah siapin susu di botol. Abang tinggal seduh aja, pake air panas dulu setengah, nanti kalo dah larut baru ditambahin air dingin"

Terang Shilla dalam SMS nya.

Kemudian Gabriel bangkit menuju dapurnya meninggalkan Iyan yang masih tetap dalam tangisnya. Gabriel mengikuti saran yang Shilla berikan dalam pesannya tadi. Kemudian kembali menghampiri Iyan dengan sebotol susu hangat di tangannya.

"Neh, ini kan yang lu mau???" Gabriel mengulurkan botol susu itu ke hadapan wajahnya Iyan. Gabriel mungkin lupa Iyan masih berumur dua tahun, yang masih perlu diajari bagaimana cara memegang dan meminum susunya. Iyan sama sekali tak mempedulikan botol susu yang di siapkan Gabriel untuknya, dan Iyan masih tetap sibuk dengan tangisnya.

"Lu tuh sebetulnya mau apa sih. Hargai usaha gw dikit bisa ga sih??? Gw udah susah-susah bikinin lu susu, lu malah ga peduliin, apa lu juga sama kaya mereka yang ga pernah ngehargain gw???" Tanya Gabriel dengan nada yang penuh dengan kekesalan.

Tak lama kemudian handphone Gabriel kembali berdering. Kembali nama Shilla terlihat disana.

"Abang, Shilla lupa kasih tau, Iyan itu baru mau minum susu kalo sambil di gendong"

Terlihat wajah Gabriel yang tidak percaya dengan isi dari SMS adiknya itu

"Apa.,???lu mau gw gendong???JANGAN HARAP!!!" Teriak Gabriel kepada Iyan. Namun tangisan Iyan betul-betul tak mau berhenti, dengan terpaksa untuk kedua kalinya Gabriel mengikuti saran dari Shilla lagi.

Dengan ragu-ragu dia mendekati Iyan, diangkatnya Iyan lantas medudukannya diatas pangkuannya. Kemudian dengan perlahan memasukan ujung dot susu itu ke mulutnya Iyan. Perlahan tangis Iyan mulai berhenti dan dengan semangat Iyan meminum susu dari botolnya itu sampai tak tersisa.

Pada saat Gabriel akan menurunkan kembali Iyan ke lantai, terasa cairan hangat membasahi pangkal paha Gabriel, bau pesing tercium sangat menyengat hidung Gabriel.

"Lu tuh ga punya pikiran banget sih, ngompol dimana aja, bau tau" Gabriel begitu kesal dengan kelakuan adiknya yang satu ini. sedangkan Iyan yang tak mengerti apa-apa malah membentuk tawa di bibir mungilnya.

"Gw bisa gila tau kalo terus-terusan sama lu, dan lu malah ketawa setelah ngompol di celana gw" Gabriel kini betul-betul kembali menurunkan Iyan kembali ke lantai. Dan masih dengan celana yang basah karena ompolnya sendiri, Iyan kembali mengalihkan perhatiannya kepada mobil-mobilannya yang sempat dia lupakan tadi. Sedangkan Gabriel sendiri berjalan menuju kamarnya untuk mengganti celananya yang basah karena diompoli Iyan. Belum sampai Gabriel dianak tangga kedua terdengar bel pintunya berbunyi. Gabriel mengurungkan niatnya untuk mengganti celananya dan berjalan menuju pintu rumahnya. Rasa terkejut betul-betul tergambar dari wajah Gabriel pada saat melihat siapa yang datang pada saat itu.

"Elu.,???ngapain lu kesini lagi, gw kan udah bilang ga usah ngurusin urusan gw"

"Terserah gw donk, orang gw kesini mo nengokin elu sama Iyan" Jawab tamu itu yang ternyata Sivia.

"Maksud lu.,???"

"Tadi Pak Rio bilang kalo lu dirumah sendiri sama Iyan, gw ga habis pikir kenapa Pak Rio ninggalin Iyan sama kakak yang ga sayang sama adeknya sendiri" Perkataan Sivia ini membuat Gabriel terhenyak. Dan tanpa menunggu ijin dari Gabriel, Sivia langsung memasuki rumah Gabriel. Sivia langsung mendekati Iyan yang pada saat itu memulai kembali aksi merengeknya.

"Halo Iyan, namaku kakak Via"

"Aduuuh Iyan sayang, kamu kenapa kok nangis???"

"Pasti kamu takut ya sama abang kamu yang galak itu"

Gabriel hanya berdiri memperhatikan tingkah laku Sivia itu.

"Celana kamu kok basah,???kamu ngompol ya???"

"Abang kamu kok tega ya biarin kamu dengan celana yang basah kaya gini, kamu kan bisa masuk angin" Kata Sivia smabil menggendong Iyan, tanpa merasa jijik dengan celana Iyan yang basah karena ompolnya.

"Kamarnya Iyan dimana Yel???" Tanya Sivia

Tanpa bicara dan hanya dengan menggerakan dagunya Gabriel menunjuk salah satu kamar yang berada di lantai satu yang tak begitu jauh dari tempatnya berdiri.

Kamar itu tertata rapi, dan sangat menggambarkan kamar seorang perempuan. Selama ini Iyan memang tidur bersama Shilla. Dengan sigap Sivia membuka celana basah Iyan dan menggantinya dengan yang kering. Setelah itu Sivia kembali meletakan Iyan dalam gendongannya dan menuju ke dapur rumahnya Gbariel.

"Lu pasti belom kasih Iyan makan kan Yel???"

Gabriel tak menggubris pertanyaan Sivia. Dan masih tetap berdiri mengamati semua yang diperbuat Sivia kepada adiknya.

"Abang kamu hari ini lagi bisu ya Yan, tapi kakak yakin tadi dia marah-marahin kamu terus, iya ga???" Iyan tertawa mendengar kata-kata Sivia itu, seakan-akan membenarkan omongan Sivia. Sivia membuka-buka lemari makan Gabriel, dan menemukan semangkuk sayur sop disana. Sivia memanaskan sayur sop itu, menyendok sedikit nasi dari magic jar, dan langsung menyuapi Iyan.

"Lu mau makan juga Yel, lu pasti belom makan juga kan???"

"Ga usah" Jawab Iyel singkat

"Ya udah kalo lu ga mau makan, mending lu sekarang ganti celana lu tuh, bau"

Gabriel baru sadar kalau semenjak Sivia datang perhatiannya betul-betul terpaku pada Sivia dan melupakan celananya yang basah karena ompol Iyan. Dan sedetik kemudian Gabriel pun pergi ke kamarnya. Mandi, mengganti bajunya dan kembali turun menemui Sivia dan Iyan. Gabriel tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, Sivia sedang asyik bersenda gurau dengan Iyan, dan dengan jelas terlihat tawa selalu terbentuk di bibir keduanya. Gabriel menghentikan langkahnya di anak tangga kedua paling bawah, memposisikan dirinya duduk dianak tangga itu dengan menekuk kedua lututnya, menopangkan kedua sikunya ke tangga yang lebih atas dari tempat dimana dia duduk. Dia begitu menikmati pemandangan yang dibentuk oleh dua orang manusia yang kini berada beberapa meter darinya. Sivia dan Iyan.

Setelah begitu lama bersenda gurau terlihat mata Iyan yang mulai terkantuk-kantuk,

"Kamu ngantuk yan Yan???aku gendong kamu ya, biar kamu tidur siang, tuh udah jam setengah tiga, gara-gara asik maen jadi lupa bobo deh Iyan nya" Terang Sivia lembut seperti kepada adiknya sendiri. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Sivia bisa membuat Iyan tertidur. Dan kini Iyan betul-betul terlelap dalam tidurnya. Sivia membaringkan Iyan di tempat tidurnya dan meletakkan beberapa bantal disekeliling Iyan menjaga Iyan agar tidak terjatuh dari tempat tidurnya.

"Iyan dah tidur, dan bentar lagi Shilla juga balik, jadi gw balik sekarang ya Yel" Pamit Sivia kepada Gabriel

"Lu hebat bisa ngurusin anak rese itu" Akhirnya Gabriel membuka mulutnya juga.

"Gw ga hebat kok Yel, biasa aja, semua orang juga bisa lakuin hal yang sama, termasuk lu juga"

Gabriel tersenyum sinis mendengar ucapan Via barusan.

"Gw.,???" Tanya Gabriel

"Iya elu, asal lu ngelakuinnya pake ini" Tangan Sivia menyentuh dada Gabriel,

"Hati lu Yel"

Gabriel merasakan desiran halus di hatinya pada saat tangan Sivia menyentuh dadanya tadi. Desiran halus yang baru kali ini Gabriel rasakan.

Sivia melangkah pergi meninggalkan Gabriel yang masih bingung dengan perasaan yang dia rasakan saat itu.

"Oh ya Yel.," Sivia kembali menoleh kearah Gabriel, membuat Gabriel tersadar dari keterpakuannya.

"Selama lu di skors gw bakal tiap hari kesini" Terang Sivia dengan senyum di wajahnya. Senyum yang mulai memiliki arti khusus di matanya Gabriel.

***

Sivia berjalan dengan hati yang begitu senang sore hari itu.

"Iyel, sedikit demi sedikit pasti gw bisa masuk ke hati lu" Ucap Sivia optimis kepada dirinya sendiri. Namun rasa senangnya itu terputus karena kehadiran seseorang yang tiba-tiba berada dihadapannya.


 

Facebook: Ek Rkwt

Twitter: @rekscasillas

Tidak ada komentar: