Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Rabu, 18 Juli 2012

JIKA ACHA DAN OZY JATUH CINTA – PART 15

PART 15 = PILIHLAH LAGUMU


 

"Permisi Bu…", Patton mengetuk pintu. Semua kepala langsung terangkat.

Patton masuk, menyerahkan selembar surat kepada Bu Romy. Bu Romy membaca surat itu dengan serius, mengangguk pada Patton, kemudian memandang kepada para siswa yang mulai kasak-kusuk.


 

"Nova, Deva, kalian ikut Patton sebentar …"

Seakan sudah tahu, kedua anak yang disebut namanya tadi langsung berdiri, dan melangkah pergi dari meja masing-masing. Acha masih sempat menjawil tangan Nova, dengan tatapan penuh tanya, meminta penjelasan.

Bukannya menjawab, Nova hanya tersenyum gugup pada Acha, dan langsung melenggang pergi. Tapi Acha masih sempat melihat semburat merah di pipi Nova. Apakah karena Patton yang memanggilnya? Tapi kan ada Deva juga? Apa Deva mau dijadiin tameng untuk menutupi kecurigaan orang?

Acha menggeleng lemah dengan kening berkerut. Sahabatnya menyimpan rahasia, kisah cintanya pun tak maju-maju.

Tiba-tiba Acha merasa sangat merana, menyaingi penyanyi dangdut yang mengaku orang termiskin di dunia.


 

***


 

"Pak Joe? Maaf mengganggu sebentar…" sosok Pak Dave tiba-tiba berdiri di depan pintu kelas XI-IPA2. Pak Joe sontak berhenti menjelaskan diagram mengenai macam-macam definisi asam basa.


 

Dengan langkah panjang-panjang, Pak Dave berjalan masuk, menghampiri Pak Joe, berbisik-bisik sambil menyerahkan selembar surat kepada Pak Joe. Pak Joe manggut-manggut, lalu mengangkat kepala.


 

"Ozy, Cakka, Obiet, Alvin, dan Sivia… Kalian ikut Pak Dave…" kata Pak Joe dengan nada tegas. Bisik-bisik sontak terdengar di kelas itu dari keempat penjuru mata angin. Kalau cuma salah satu yang dipanggil, mungkin tidak terlalu aneh. Obiet dengan jabatan ketua PMR nya memang bolak-balik ada urusan melulu kalo di sekolah. Ozy juga sering dipanggil ke ruang guru, dijadiin konsultan IT, karena komputer-komputer di ruang guru selalu bertekuk lutut di depan Ozy. Cakka yang gitaris itu, kalo dipanggil biasanya ada hubungannya dengan festival band. Alvin, biasanya adalah sasaran para guru kalo ada tawaran untuk ikut pertandingan basket. Lha, ini sekaligus berempat yang dipanggil, ada apa ya? Tambahan pula sekarang Sivia juga ikut dipanggil. Padahal selama ini cewek itu terkenal tidak banyak bicara. Ekskul yang dia ikutipun hanya satu, PMR. Itu saja. Kenapa tiba-tiba Sivia ikut dipanggil bersama para selebritis nya SMA Bina Putra ini ya?


 

Ozy, Obiet, Alvin dan Cakka berdiri, berjalan keluar mengikuti Pak Dave. Agak di belakang mereka, Sivia mengikuti sambil menunduk. Di luar ternyata Zevana sudah menunggu, dan dengan senyum cerah memberikan isyarat pada mereka untuk mengikuti dirinya. Sementara mereka berjalan mengikuti Zevana menuju ke arah ruang Sekretariat OSIS, Pak Dave masuk ke kelas XI-IPA3, mengulangi prosesi pemanggilan. Kali ini yang dipanggil adalah Oik dan Agni. Sama seperti di kelas XI-IPA2 tadi, pemanggilan kedua anak ini menimbulkan kasak-kusuk. Ketua KIR dipanggil bersama Kapten Tim Basket? Apa KIR mau disuruh meneliti produktivitas anak-anak basket sebagai bahan karya ilmiah?


 

***


 

Rio mengedarkan pandangan ke ruangan sekretariat OSIS yang terasa sempit dengan kehadiran begitu banyak orang. Rio agak heran dengan komposisi orang-orang yang hadir saat ini. Terutama dengan kehadiran Bu Rahmi, Bu Winda, Pak Duta dan Pak Ony. Para guru itu sendiri juga terlihat agak bingung kenapa mereka ada disini. Rio yakin, seandainya tidak ada Bu Ira, sang kepala sekolah yang dari tadi mengajak mereka bicara, pasti keempat guru itu sudah menghilang. Beberapa saat kemudian, Bu Okki, guru Bimbingan Konseling masuk dan langsung bergabung dengan kelompok guru-guru itu. Rio memandangi kembali semua yang sudah datang, sambil berpikir-pikir, apakah mereka semua akan terlibat dalam acara yang dibeberkan Patton padanya minggu lalu?

Zevana, Patton dan Pak Dave berbisik-bisik bertiga sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Akhirnya Pak Dave mengangguk, memberi isyarat pada Patton untuk memulai.


 

"Ehm… Teman-teman, Bapak dan Ibu yang terhormat, terima kasih sudah mau berhadir disini untuk membahas acara perpisahan sekolah kita." Patton memulai.


 

"Semua teman-teman disini sudah pernah kami hubungi secara personal dan pribadi untuk memastikan kesediaan teman-teman membantu acara ulang tahun sekolah kita ini. Kecuali mungkin Bapak dan Ibu guru ya..? Tenang Pak, sebentar lagi kami jelaskan" lanjut Patton lagi.


 

"Jadi begini. Kami dari OSIS, memutuskan bahwa tema acara ulang tahun kita kali ini adalah Suprises of Music for All. Kenapa? Selama ini sekolah kita memang sudah terkenal dengan prestasi band dan vokal grupnya. Akan tetapi, kita mesti mengakui, bahwa lama-kelamaan jadi ada suasana monoton. Tiap ada acara, band yang tampil ya personilnya itu-itu saja. Vokalisnya cuma gantian dari Kak Gabriel, ke Kiky, atau ke Olivia. Genre musik yang dimainkan pun tidak pernah jauh dari pop, menjurus ke Pop Rock. Padahal sejatinya, musik itu adalah untuk semua orang." Kata Patton panjang lebar. Dia berhenti sejenak dan menebarkan pandangan ke semua orang yang tengah mendengarkan.


 

"Saya dan Zevana yakin, sebenernya masih banyak temen-temen lain yang juga berbakat di bidang musik, tapi tidak terekspos hanya karena dia tidak ikut ekskul vokal grup ataupun band sekolah. Makanya disini kami ingin menunjukkan kepada semua siswa, betapa kayanya sekolah kita tercinta ini akan bakat musik. Saya dan Zevana, dengan dibantu Kak Gabriel yang mewakili band sekolah dan Shilla selaku ketua ekskul vokal grup beberapa minggu terakhir ini sudah memilih dan memilah, kira-kira siapa saja yang kami yakin akan memberikan penampilan yang keren di atas panggung. Kami yakin, sebagian besar teman-teman di SMA Bina Putra ini akan surprise melihat bahwa tidak hanya jago di satu ekskul tertentu, teman-teman yang ada disini juga jago nyanyi."


 

Ozy manggut-manggut. Kata-kata Patton tadi memang ada benarnya. Anak-anak yang berkumpul disini rata-rata aktif di ekskul selain band dan vokal grup. Yang benar-benar berasal dari ekskul band dan vokal grup paling-paling hanya Gabriel, Cakka, dan Shilla.


 

"Nah, untuk semakin menguatkan unsur surprise dan menggarisbawahi bahwa musik itu tidak mengenal umur, kami juga menjadikan guru-guru sebagai pengisi acara" kata Patton sambil melemparkan pandangan ke arah guru-guru yang mulai kelihatan kikuk.


 

"Pak Duta, saya harus jujur pada Bapak. Paman saya dulu teman kuliah Bapak, dan bercerita bahwa waktu kuliah dulu Bapak adalah vokalis andalan kampus Bapak bersama dengan Pak Ony sebagai gitarisnya" kata Patton sambil menatap ke arah Pak Duta. "Selain itu, Ira menyarankan kepada kami agar juga ikut menyertakan Bu Rahmi dan Bu Winda, yang menurut Ira pasti memberikan warna yang berbeda. Bu Okky, kami berhasil mendapatkan informasi bahwa Ibu sebenarnya juga berprofesi sebagai penyiar radio, maka kami minta Ibu untuk jadi host acara ini, berdua dengan Pak Indra" lanjut Patton, menyebutkan nama petugas perpustakaan sebagai partner Bu Okky sebagai MC.


 

"Kalian sudah berjanji lhooooo sama saya di depan Ira" tambah Pak Dave sambil menyeringai dengan penuh rasa kemenangan. Pak Duta yang sempat mengangkat tangan untuk mengajukan protes langsung menurunkan tangannya. Dengan dongkol Pak Duta melemparkan pandangan kesal pada Pak Dave. Bu Ira menepuk perlahan pundak Pak Duta sambil tersenyum.


 

Obiet menggamit Ozy, bibirnya menyimpan senyum saat dia berbisik perlahan, "Pantesan aja Pak Duta lantang banget suaranya kalo ngejelasin aljabar… ". Ozy nyaris terkikik geli. Pak Duta? Menyanyi? Belum lagi dia membayangkan bagaimana Bu Winda menyanyi, padahal selama ini guru Fisika ini terkenal dengan tatapan mautnya kalau sedang mengawas ulangan. Dan Bu Rahmi? Guru Biologi yang sepertinya tidak pernah membicarakan apapun selain BIOLOGI?


 

"Ehm…" Zevana mencoba menarik perhatian para siswa yang kini mulai kasak-kusuk. "Karena waktunya sudah mulai mepet, tinggal sekitar 3 ½ minggu lagi, maka kami harapkan teman-teman segera mulai mempersiapkan diri. Teman-teman tidak perlu memikirkan soal panggung dan segala macam teknis lainnya, yang penting teman-teman latihan sebaik-baiknya. Soal lagu yang akan dibawakan, akan disampaikan oleh Kak Gabriel. Silakan Kak…"

Gabriel berdiri, berdehem, dan mengeluarkan sebuah agenda berwarna hijau tua.


 

"Teman-teman, saya dan Silla sudah merancang kira-kira lagu apa yang cocok untuk kalian bawakan…". Gabriel kemudian membacakan siapa akan menyanyikan lagu apa. Perlu waktu yang cukup lama bagi Gabriel untuk bisa selesai membacakan daftarnya, karena teriakan bernada protes seringkali bersaing dengan seruan tanda setuju dari peserta rapat yang lain. Negosiasi dengan Pak Duta tentang lagu yang akan beliau bawakan berlangsung paling alot. Waktu Gabriel menyebutkan lagu Jantung Hatiku milik Lyla Band sebagai lagu yang akan dibawakan Pak Duta, Pak Duta langsung berdehem.


 

"Maaf ya, tapi kalo menurut saya, lagu itu beda generasi dua dekade dengan umur saya" ucap Pak Duta.


 

"Mau yang segenerasi Pak? Ini aja… Inget lagunya Ari Wibowo jaman dulu banget itu ga? Yang Anak Singkong? Yang syairnya gini nih: Aku suka singkong, kau suka keju…. Itu aja. Lagian Pak Duta kan postur tubuhnya ga beda jauh sama pohon singkong." Bu Winda mengajukan usul dengan nada suara agak dongkol.


 

"Ya sudah, apa mungkin Pak Duta punya usul? Keinginan Pak Duta sendiri mau nyanyi lagu apa?" Gabriel mencoret pilihan lagunya, bersiap menggantinya dengan lagu pilihan Pak Duta sendiri.


 

"Gimana kalau ini aja, Sepasang Mata Bola, atau kalo ga, Selendang Sutra?" Pak Duta memberikan jawaban. Seisi ruangan langsung berseru tidak setuju.


 

"Maaf Pak, ini acara ulang tahun sekolah kita, bukan acara tujuh belasan" kata Zevana sedikit dongkol.


 

"Eh, saya saran aja. Pak Duta kan asli Jogja… Terus, logat Jawanya suka muncul tiba-tiba.. Jadi gimana kalo Pak Duta nyanyi lagu ini aja, Angin Mamiri!" Pak Dave dengan wajah cerah bersinar-sinar mengajukan usulnya.


 

"Ehm. Pak Dave, Angin Mamiri itu dari Sulawesi Pak…" Gabriel berusaha membetulkan.


 

"Oh ya? Ya udah deh, kalo gitu Kambanglah Bungo aja, gimana…?", Pak Dave masih keukeuh memberikan usul.


 

"Itu dari Sumatera Barat kali Paaak…" suara Zevana mulai terdengar tidak sabar.

Pak Dave melengos, "Yah, Pulau Jawa sama Pulau Sumatera ga jauh-jauh amat kaliii…" kata Pak Dave sambil menyibakkan poninya.

Tawar menawar lagu dengan Pak Duta berlangsung terus. Bahkan semakin lama, judul lagu yang disarankan untuk dinyanyikan Pak Duta semakin aneh. Mulai dari Balonku ada Lima, Yamko Rambe Yamko, sampai Indonesia Raya.


 

"USUL!" Alvin dengan bersemangat mengangkat tangan.


 

"Gimana kalo Pak Duta nyanyi lagu Kucing Garong aja? Dengan postur tubuh yang beda tipis dengan ikan asin, pasti Pak Duta akan dapat menyanyikan lagu itu dengan penghayatan yang maksimal" Alvin menyuarakan sarannya dengan menggebu-gebu. Applaus terdengar dari seluruh ruangan.


 

"Alvin, kamu saya kasih delapan deh di raport nanti untuk mata pelajaran Matematika…" kata Pak Duta.

Alvin tersenyum sumringah.


 

"Lengkap dengan sebuah tanda MINUS di depan angka delapan itu" Pak Duta menyambung lagi kalimatnya dengan nada dingin.

Alvin mengangkat tangan lagi, "Ketua Rapat, dengan ini saya menyatakan bahwa demi keselamatan hidup raport saya, saya mencabut usul saya barusan!"

Setelah lima belas menit perdebatan, akhirnya kesepakatan pun tercapai. Lagu untuk Pak Duta pun terpilih.

Gabriel menuliskan judul lagu yang disetujui untuk dinyanyikan Pak Duta di agendanya. Dia kemudian melanjutkan membaca isi agenda tersebut.


 

"Terakhir, lagu untuk Ozy. Berdasarkan informasi dari Zevana yang sudah pernah mendengarnya sendiri, dan dari saya yang sudah terbukti secara sah dan meyakinkan adalah kakak Ozy satu-satunya, Ozy punya cengkok melayu yang khas. Maka ada beberapa lagu yang saya usulkan untuk dinyanyikan oleh Ozy. Cinta Gila dari Ungu, Cobalah dari Hijau Daun, atau sekalian aja lagunya ST12, yang Biarkan Aku Jatuh Cinta, atau Saat Kau Jauh. Kira-kira yang mana nih? Atau ada usulan lain?" tanya Gabriel.

Berbagai tanggapan terdengar dengan riuh. Ozy mengangkat tangan.


 

"Kak Iyel, boleh ga aku ngasih keputusannya besok aja? Kayaknya perlu naik gunung terus mandi kembang 11 rupa dulu nih buat nentuin pilihan…" kata Ozy dengan wajah memohon.

Gabriel menoleh pada Zevana, meminta pendapat.

Zevana menggeleng tegas. "Mesti hari ini Zy. Biar bisa langsung diatur jadwal latihannya" kata Zevana dengan nada suara itu-adalah-keputusan-mutlak-yang-tidak-bisa-diganggu-gugat.

Ozy langsung menurunkan tangannya. Ciut mendengar nada suara Zevana.


 

"Jadi? Yang mana nih?" kata Gabriel, menunggu keputusan Ozy.

Ozy menghela nafas. Memejamkan mata, berusaha mencari inspirasi.


 

"Zy? Woi, kelamaan! Keburu jadi nenek sihir nih gua…" seru Zevana.

Ozy membuka mata dengan kesal, "Sekarang aja lo udah mirip jaelangkung nyebur di sumur kok" kata Ozy menanggapi Zevana.


 

"Komentar elo soal siapa yang paling mirip sama gua ga penting Zy. Yang penting, lagu pilihan lo apa? Kata Zevana lagi, sambil memutar-mutar pulpen di tangannya.

Ozy menghela nafas. Semoga saja keputusannya tidak salah.


 

"Ya udah deh. Gua udah nentuin. Gua mau nyanyi lagu ini aja…", Ozy menyebutkan sebuah judul lagu, yang langsung diiringi tepukan riuh tanda persetujuan.

Gabriel mengangguk senang. "Good choice!" katanya lagi sambil menuliskan lagu pilihan Ozy tersebut di agendanya.


 

"Oke, baiklah teman-teman, terima kasih atas bantuan teman-teman semua. Jadwal latihan ada di kertas yang akan dibagikan Zevana. Sekali lagi, mari kita sukseskan acara ulang tahun sekolah kita ini! Hidup SMA Bina Putra!" teriak Patton sambil mengacungkan tinjunya ke udara.

Tidak ada yang menanggapi Patton, semua berebut mengambil jadwal latihan yang ada pada Zevana.


 

Utami Irawati
PS Kimia FMIPA Unlam
>+62-81351396681
utami_irawati@yahoo.co.uk
@utamiirawati

Tidak ada komentar: