Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Minggu, 29 Juli 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 8


 

Sivia berjalan dengan hati yang begitu senang sore hari itu.

"Iyel, sedikit demi sedikit pasti gw bisa masuk ke hati lu" Ucap Sivia optimis kepada dirinya sendiri. Namun rasa senangnya itu terputus karena kehadiran seseorang yang tiba-tiba berada dihadapannya.

"Hey, kalo jalan liat-liat donk, jangan maen ngeloyor di depan orang aja" Ujar Sivia kepada orang itu.

"Eh elu, kirain siapa, ada apa.???" Tanya Sivia yang mengenali orang yang ada di hadapannya itu. Orang yang menunjukan tempat tinggal Gabriel kepada dirinya kemarin.

"Gw mo nanya, lu punya hubungan apa sama Iyel.,???"

"Maksudnya.,???" Tanya Sivia tak mengerti arah pembicaraan orang itu.

"Gw cuma mau tau apa maksud lu deket-deketin Iyel kaya gini, datengin rumahnya, so'-so' baik sama keluarganya, maksudnya apa???"

"Apa urusan lu nanya-nanya, ini semua ga ada hubungannya sama lu kok" Jawab Sivia dengan nada yang sedikit meninggi.

"Gw lupa belom ngenalin diri gw, gw Agni, gw temen Iyel dari kecil" Terang orang itu dengan sinis

"Oh jadi ini yang namanya Agni yang di certain Shilla kemaren" Batin Sivia

"Trus kalo lu temennya Iyel, emank kenapa, gw juga sama-sama temennya Iyel"

"Tapi gw ga suka lu deket-deket sama Iyel, dan gw harap ini terakhir kalinya lu dateng kerumahnya Iyel"

"Apa hak elu, ngelarang-larang gw dateng kerumah Iyel, penghuni rumah itu aja ga keberatan kok" Ujar Sivia sedikit kesal.

"Lu suka sama Iyel.,???" Pertanyaan Agni begitu telak terhadap Sivia

"Iya gw suka sama Iyel, trus lu mau apa.,???" Jawaban Sivia begitu mengejutkan Agni, dia tak menyangka kalau Sivia akan seterus terang itu.

"Gw tau kok, lu temen Iyel dari kecil, gw juga tau lu punya perasaan sama Iyel, tapi sorry disini lu ga berhak buat ngelarang gw terus deket sama Iyel, dan sampai kapanpun gw bakal terus deket sama Iyel, karena Iyel butuh orang yang bisa bikin dia lebih baik, bukan orang yang membiarkan dia terus tertutup seperti ini dan membiarkan Iyel hanya menjadi miliknya sendiri kaya LO.," Terang Sivia tegas

"Maksud lu apa ngomong kaya gitu" Agni sudah mulai emosi

"Gw tau lu nyaman dengan kondisi Iyel seperti ini, karena lu beranggapan dengan kondisi Iyel seperti ini cuma lu yang bisa deket sama dia, iya kan.,???"

"Lu ga tau apa-apa soal Iyel, apalagi soal gw." Jawab Agni merasa tersudut mendengar ucapan Sivia barusan.

"Karena gw ga tau apa-apa soal Iyel, makanya gw bakal cari tau dan gw bakal bikin Iyel jadi orang yang lebih menyenangkan, bukan cuma buat gw, tapi juga buat orang lain di sekeliling Iyel"

Tanpa berkata apa-apa lagi Sivia langsung meninggalkan Agni begitu saja, dia tidak mau perdebatannya dengan Agni merusak suasana hatinya yang sedang merasa sedikit senang sore hari itu.

***

Hari kedua skorsing, Gabriel tetap tidak melakukan sesuatu yang berarti dirumahnya, tak sedikitpun ada niat untuk merenungi kesalahannya apalagi menyadarinya. Dia turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan dengan bertelanjang kaki, celana selutut yang entah sudah berapa hari tak dicuci, dan kaos oblong tak berlengan.

"Yel, hari ini lu mo ngapain dirumah.,???" Tanya Rio

"Ngapain???Maksudnya.,???" Jawab Gabriel seraya memasukan sesuap roti ke dalam mulutnya.

"Ya kali aja lu mau bahas pelajaran sekolah sama Via, toh dia kan sering dateng kesini, biar lu ga ketinggalan pelajaran" Ujar Rio lagi

"Oh jadi elu yang nyuruh-nyuruh dia dateng kesini, maksud lu apa, lu pikir dengan gw ga sekolah tiga hari gw bakal bego, gitu.,???sampe-sampe lu ngirim dia jadi guru privat gw, sepintar apa dia berani-berani ngajarin gw???" Terang Gabriel dengan nada sinisnya

"Bukan begitu Yel, bukan gw kok yang nyuruh dia dateng kesini, itu kemauan dia sendiri" Terang Rio

"Terserah lah" Gabriel meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan potongan roti di piringnya. Sedangkan Rio hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah laku adiknya itu.

"Gw pikir setelah pembicaraan kita kemarin lu bakal sedikit berubah Yel" Gumam Rio

"Abang harus sabar sama bang Iyel," Ujar Shilla yang dari tadi hanya diam mendengarkan sedikit cekcok antara kedua abangnya itu.

"Tau ga Bang, aku yakin kok sebetulnya Bang Iyel itu baik, tapi dia cuma masih inget soal dulu-dulu sama papa aja" Shilla mencoba untuk sedikit menghibur Rio

"Iya abang juga tau kok Shil.,"

"Dan abang tau ga, Kak Via mau bantu kita buat bikin Abang Iyel jadi lebih baik"

"Abang juga percaya kalo Via bisa membantu Iyel," Sedikit senyum optimis terbentuk di bibir Shilla dan Rio pada saat ingat akan Sivia.

***

Panas matahari begitu menyengat siang hari itu, namun itu tak menyurutkan niat Gabriel untuk pergi menuju lapangan sepi tempat biasanya dia bertemu Agni, namun karena Agni bekerja, jadi saat itu hanya Gabriel sendiri terduduk lesu dipinggir lapangan bola mini itu. Gabriel teringat peristiwa beberapa tahun lalu pada saat dia masih duduk di kelas dua SD, dia dan kakaknya Rio sama-sama mengikuti perlombaan balap kelereng dalam rangka tujuh belas Agustusan. Pada saat itu Gabriel memenangkan perlombaan itu dan Rio hanya menempati juara kedua. Rasa bangga begitu bergejolak di hatinya, dia membuktikan kalau dia bisa mengalahkan Rio dan dia berharap itu akan membanggakan papanya.

"Papa.,papa.,Iyel.,menang.,Iyel menang" Teriak Gabriel kecil pada saat itu, tapi apa yang dia dapat, bukan sambutan bahagia dari papanya seperti yang dia harapkan, namun dia melihat papanya malah menghampiri Rio tanpa mempedulikan Gabriel sedikitpun dan kemudian mengatakan sesuatu kepada Rio yang membuat hati Gabriel kecil sangat terluka pada saat itu.

"Ayo Rio kita pulang, ga pa pa kamu cuma juara dua, ini kan cuma balap kelereng, menang juga ga terlalu bikin bangga kok."

Gabriel yang teringat akan hal itu merasa luka hatinya beberapa tahun yang lalu itu terbuka kembali. Dia menatap kosong bagian lapangan tepat dimana dia berdiri beberapa tahun lalu itu. Kemudian tangan kirinya mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya, mengambilnya sebatang lalu menyulutnya. Inilah pelampiasan kemarahannya, kemarahan yang dia pendam dalam hatinya, dan hanya dia keluarkan lewat tiupan-tiupan asap rokoknya. Belum sampai separuh dia menghisap rokok itu, tiba-tiba tangan seorang gadis mencabut rokok itu dari bibirnya Gabriel, menghempaskannya ke badan bumi lalu menginjak-nginjaknya tanpa ampun.

"Apa sih lu,???" Teriak Gabriel betul-betul merasa kesal dengan perlakuan gadis itu.

"Lu tuh ga sadar juga ya Yel, lu kena skorsing gara-gara benda itu, masih aja lu ngisep barang ga berguna itu" Bentak gadis itu

"Bukan urusan lu, gw dah bilang berkali-kali, bukan urusan LU!!!"

"Yel, lu bilang orang ga peduli sama lu, sekarang gw tau kenapa orang ga peduli sama lu, bukan karena orang itu jahat tapi karena lu sendiri yang ga peduli sama diri LU!!!" Ucapan Sivia begitu tegas membuat telinga Gabriel betul-betul bisa mencerna setiap kata yang diucapkan Sivia. Dan hal itu mampu membuat Gabriel tertegun. Sivia menatap tajam kearah Gabriel,

"Yel, liat mata gw, LIAT MATA GW!!!" Teriak Sivia yang membuat pandangan Gabriel yang tadinya kosong kini beralih menatap kearah mata Sivia juga.

"Bener kan apa yang gw bilang tadi Yel," Tanya Sivia kini dengan nada suara yang meluluh.

"Lu liat mata gw Yel, lu harus percaya kalo gw beneran peduli sama lu, lu boleh bilang ga ada orang yang peduli sama lu, tapi lu salah Yel, gw peduli sama lu" Terang Sivia dengan mata yang sedikit mulai berkaca-kaca. Gabriel tak bisa memungkiri apa yang dilihat dari mata bening Sivia itu, mata itu begitu memancarkan ketulusan.

"Kenapa lu begitu peduli sama gw Vi, lu kenal gw belom lama"

"Gw ga tau Yel, kalo boleh jujur gw juga ga tau alasan pasti kenapa gw sebegitu pedulinya sama lu, tapi pertama kali gw kenal lu, hati gw yang merasa Yel, hati gw yang bicara, Tuhan yang kasih gw petunjuk lewat hati gw Yel" Jawaban Sivia ini betul-betul tak bisa diterima oleh logika Gabriel. Ingin sekali Gabriel tidak percaya dengan perkataan Sivia itu, namun dia sama sekali tak punya alasan untuk menyangkalnya, dan tanpa dia sadari di lubuk hatinya dia begitu sangat berterima kasih atas kehadiran gadis itu di dalam hidupnya akhir-akhir ini.

***

Hari ketiga skorsing pun Gabriel lewati sama seperti hari-hari sebelumnya, dengan kedatangan Sivia kerumahnya, sikap Gabriel pun sedikit demi sedikit mulai mencair. Nada sinis di setiap ucapannya mulai berkurang. Sikapnya terhadap Iyan pun mulai berubah, mulai terlihat sedikit rasa peduli dan sayang kepada adik bungsunya itu. Dan terang saja hal itu membuat Rio dan Shilla sangat senang. Mereka yakin lambat laun Gabriel akan menjadi orang yang lebih baik dan lebih peduli terhadap lingkungannya.

***

Matahari sudah memulai tugasnya kembali menyinari bagian barat dari wilayah Jakarta pagi hari itu. Gabriel sudah bersiap dengan seragam abu-abunya, masa skorsingnya telah berakhir. Dia menuju meja makan untuk sarapan, saudara-saudaranya sudah terlihat siap dikursinya masing-masing. Gabriel mengambil selembar roti kemudian melahapnya tanpa memberikan toping apa-apa pada rotinya.

"Abang baik-baik di sekolah ya.,???" Ujar Shilla

Gabriel hanya melirik sekilas kearah adik kesayangannya itu.

"Kamu harus percaya sama abang kamu Shil," Ujar Rio

"Kamu inget kan di sekolah abang kamu ini punya 'Guardian Angel' pribadi" Ujar Rio lagi berusaha mencairkan suasana dengan mencoba untuk bercanda.

"Ga penting banget sih obrolannya" Jawab Gabriel seraya meraih tas punggungnya kemudian langsung pergi tanpa pamit meninggalkan meja makan itu.

"Abang.," Panggil Shilla

Gabriel menoleh kearah Shilla.

"Salam buat 'Guardian Angel' nya ya," Goda Shilla

Gabriel yang merasa kalo yang dimaksud 'Guardian Angel' oleh kedua saudaranya itu adalah Sivia, untuk pertama kalinya merasa sedikit panas di pipinya akibat tersipu. Gabriel langsung mengambil langkah seribu karena tidak mau kedua saudaranya mengetahui apa yang dirasakannya pada saat itu.

***

Gabriel telah duduk manis disalah satu bangku metromini jurusan sekolahnya, setelah beberapa meter melaju, metromini itu berhenti di suatu kompleks perumahan. Seorang gadis menaiki metromini itu dan tanpa memilah-milah tempat duduk dia langsung duduk di bangku samping Gabriel yang saat itu memang masih kosong.

"Pagi Yel,, seneng deh liat kamu ada di kelas lagi" Ujar Sivia

Gabriel melirik sekilas kearah Sivia, perasaan aneh sedikit kembali mendera hatinya, perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Tapi rasa gengsi Gabriel masih terlalu tinggi untuk mengakui hal tersebut.

Seorang ibu-ibu tua terlihat menaiki metromini itu, yang semua bangkunya kini sudah penuh oleh penumpang. Sivia yang melihat hal itu merasa tidak tega. Dia bangkit berdiri memberikan tempat duduknya kepada ibu-ibu tua itu.

"Duduk bu, saya bentar lagi turun kok" Ujar Sivia pada Ibu-ibu tua itu

"Ma kasih ya neng" Jawab Ibu-ibu itu.

Kurang lebih lima menit berdiri tiba-tiba Sivia merasa pundaknya ada yang menepuk dari belakang. Terlihat Gabriel sudah dalam posisi berdiri di belakang Sivia saat itu.

"Duduk lu," Ujar Gabriel tanpa ekspresi di wajahnya.

Sivia hanya tersenyum melihat perlakuan Gabriel saat itu dan menerima tawaran Gabriel untuk menempati tempat duduknya.

"Akhirnya sedikit tapi pasti lu udah mulai berubah Yel" Batin Sivia.

Selang beberapa menit Gabriel dan Sivia turun di sebuah halte tak jauh dari sekolahnya. Gabriel berjalan cepat di depan Sivia. Sivia sangat mengerti hal itu, dia tahu Gabriel sama sekali tidak ingin orang melihat kedekatannya dengan dirinya.

"Yel.," Panggil Sivia

Gabriel menghentikan langkahnya. Menengok kearah Sivia yang kini berada beberapa langkah di belakangnya.

"Lu harus inget kata-kata gw ini ya Yel."

"Gw tau lu susah nahan emosi lu, tapi gw punya solusi buat itu Yel." Terang Sivia lagi

Gabriel mengernyitkan keningnya, tanda tak mengerti.

"Lu kan sebel banget sama gw Yel, jadi kalo lu lagi emosi, lu inget gw aja, jadi emosi lu beralih ke gw, abis itu lu boleh cari gw, lu boleh keluarin semua unek-unek lu ke gw, dan gw bakal diem aja sampe lu merasa puas"

"Gimana Yel, setuju kan,???"

Pertanyaan Sivia itu dijawab dengan jawaban yang tidak pernah disangka ataupun dibayangkan oleh Sivia.

Gabriel menjawabnya dengan senyum kecil di bibirnya.


 

Facebook: Ek Rkwt

Twitter: @rekscasillas

Tidak ada komentar: