Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Jumat, 13 Juli 2012

JIKA ACHA DAN OZY JATUH CINTA – PART 11


 

PART 11 = OZY DAN PERMINTAAN ZEVANA


 

"Ozy!"

Mendengar namanya dipanggil, Ozy menegakkan punggungnya, menengok ke kiri, ke arah pemilik suara itu. Ada Zevana ternyata. Ozy memaksakan sebuah senyum, lalu kembali bersandar menatap kolam. Tangannya mencari lagi kerikil lagi untuk dilemparkan ke kolam itu.


 

Zevana mendekat. "Suara lo keren…"


 

"Thanks…" Ozy menoleh lagi ke arah Zevana, tidak menyangka bahwa Zevana akan berkomentar seperti itu.


 

"Kok lo ga ikutan di band sekolah kita aja? Biar sama kayak Kak Gabriel? Kakak lo itu sampai sekarang pun masih jadi vokalis andalan sekolah lho Zy"


 

Ozy tersenyum, "Ga ah. Ga pede. Kayaknya band sekolah kita lebih banyak maennya lagu pop sama pop-rock gitu"


 

"Tapi tetep aja Zy, suara lo keren. Karakternya emang beda sama Kak Gabriel, tapi tetep unik", Zevana menyahut sambil duduk di sebelah Ozy.


 

"Zy, gua mau ngomong…" kata Zevana dengan wajah serius.


 

Ozy memandang Zevana, keningnya sedikit berkerut. "Gua tau lo anaknya baik sama siapa aja, mau nolongin siapa aja." Zevana memulai. Ozy tersenyum, "Ah, ga juga ah. Kalo diminta tolong sama Pak Ony buat nyikat lantai kelas pake sikat gigi, gua bakalan nolak kali…"


 

"Whatever. Yang gua tau, elo itu orangnya suka nolong, dan suka ga tegaan kalo ada yang minta tolong sama elo."


 

Ozy menatap Zevana heran. Dia sungguh tidak bisa menebak arah pembicaraan Zevana. Zevana juga tidak menunggu jawaban Ozy. Dia sudah langsung menyambung kata-katanya.


 

"Zy, gua perlu banget bantuan elo sekali ini. Gua bener-bener berharap, lo ga bakal nolak buat nolongin gua." raut wajah Zevana berubah, dari tegas menjadi sedikit memohon.


 

"Gua perlu banget bantuan elo Zy, gua ga tau mesti minta bantuan ke siapa lagi…"


 

Mendengar suara Zevana, Ozy jadi tidak tega. Apalagi pada dasarnya dia memang tidak tegaan.


 

"Lo mau kan bantuin gua Zy? Please? I'll beg you on bended knees kalo itu yang kamu pengen…" kata Zevana. Matanya seakan siap menitikkan air mata. Ozy jadi semakin salah tingkah. Dia paling tidak siap dan kebingungan kalo harus melihat cewek menangis di hadapannya.


 

"Zev, ga usah segitunya kali. Lo mau minta tolong apaan?"


 

"Tapi lo mau kan nolong gua Zy?" Ozy mengangguk.


 

"Janji?" Ozy mengangguk lagi.


 

"Bagus…" dengan cepat ekspresi wajah Zevana berubah, dari ekspresi memohon menjadi senyum penuh kemenangan. "Jadi gini Zy…", Zevana langsung menjelaskan rencananya pada Ozy. Ozy ternganga.


 

"HAH? YA GA MUNGKIN LAH! Zev, gua ga…"

Belum selesai Ozy protes, Zevana mengangkat telunjuknya dan menggoyang-goyangkannya di depan wajah Ozy.


 

"Lo udah janji Zy. Mengutip kalimat favoritnya Pak Dave, a promise is a promise. Dan gua yakin, Kak Gabriel bakalan merasa sangat tidak senang kalo sampe dia tahu bahwa adiknya mengingkari janji yang sudah dibikin sendiri…".

Ozy mengutuki dirinya sendiri. Kenapa sih dia harus setidaktegaan ituuuu? Duh. Sekarang dia terjebak pada janjinya sendiri. Dan Zevana benar. Kak Gabriel selalu menekankan, bahwa harga Rio diri seorang cowok bisa dilihat dari bagaimana cowok itu menepati janji.


 

"Yah, mau gimana lagi?" ujar Ozy dengan perasaan dongkol.


 

Zevana tertawa ceria. "Ikhlas tapi kan Zy…" kata Zevana menggoda.


 

"Yang pasti, gua udah terlanjur janji…"


 

Zevana menepuk pundak Ozy sambil berdiri.


 

"Sip! Tunggu aja satu dua minggu ini ya…" kata Zevana. Dia lalu berjalan menuju deretan kelas, "Gua duluan Zy, bentar lagi bel masuk nih…"


 

Ozy mengangguk. Dia sendiri juga berdiri, dan setengah berlari menuju kelasnya. Saat melewati kelas XI-IPA1, Ozy tidak sadar, sepasang mata Acha menatapnya dengan perasaan terluka dari dalam kelas.


 

***


 

Utami Irawati
PS Kimia FMIPA Unlam
>+62-81351396681
utami_irawati@yahoo.co.uk
@utamiirawati

Tidak ada komentar: