Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Selasa, 02 Agustus 2011

SEGALANYA PASTI BERUJUNG PART 4-6

To : K’ Iel
“Blm. Sapa?”

From : K’ Iel
“Itu nomornya Rio“

To : K’ Iel
“Rio? Rio Utomo anak bidang Bela Negara?”

From : K’ Iel
“Bukn. Rio mantan ketua OSIS.”

To : K’ Iel
“Hah…Serius k’? k’ Mario Stevano?”

From : K’ Iel
“Ho’oh”

Sivia melongo menatap layar Hp nya.
“K’ Mario???? Mario Stevano Aditya Haling?????” Sivia bergumam komat kamit tak jelas. Rasanya seperti mimpi.
‘Arjunanya anak SMASA (Nama SMA Sivia) sms aku???? Jadi…si nomor misterius itu k’ Rio????’

“Are u sure????” Sivia hampir teriak ngucapin kalimat itu. Matanya merem melek masih ga percaya dirinya bisa dapet sms dari permata intan berlian…hueeee lebay….maksudnya dari cowok sepopuler, seganteng, sepinter, se eksis, dan se se se yang lainnya…..kayak K’ Rio.

Tiba2 terlintas satu niat dalam pikiran Sivia. Sivia meraih Hpnya dan langsung mengetik sms kilat.

To : 08*******601
“K’ Rio?”

Dan tanpa disangka Rio membalas sms nya.

From : 08*******601
“:D apa Vi?”

Gubrakkkkk ni cowok kok biasa aja ya? Kagak ada apaan gitu. Kagak nyadar apa habis bikin orang penasaran setengah mati selama berminggu2.

Sivia pun terpikirkan satu ide lagi. Dia bergegas membuka opera mininya lewat Hp. Login face book,masuk home, Find friends, search for people, lalu Sivia mengetik satu nama

‘Mario Stevano Aditya Haling’
“Semoga ada….” gumam Sivia sebelum menekan OK. Searching…… dalam proses dan akhirnya…..

“Huaaa…..ada!!!!!!!”
Dari fotonya dipastikan itu benar Fb kak Rio langsung dah Sivia nge add tuh Fb. Sivia benar2 lagi on fire nih. Penasaran aja kenapa Rio mau2nya sms dia.

Sivia masih terheran2 dengan apa yang terjadi. Apaan coba tu mantan ketua OSIS sms sms segala. Sivia keluar dari opera mininya. Kemudian dia memasukkan kontak yang selama ini adalah nomor misterius dan sekarang dia ada di kontak dengan nama K’ Rio.

Sivia berkutat kembali dengan proposal. Dia masih terheran heran sih dengan kejadian barusan. Tapi dia berusaha biasa aja. Karena memang dia juga ga terlalu deket sama Rio. Cuma sekedar kenal aja. Maklum lah…..siapa sih cewek yang ga kenal Rio, arjunanya SMASA gitu loh.

@rumah Rio

“Aduh….mampus, Yo…..Sivia udah tau itu nomorku. Ahhhh……udah ga bisa jahil lagi nih….” Rio mandangin sms Sivia tadi sambil nepuk jidatnya sendiri. Sesekali dia juga garuk2 kepala dengan muka panik.

@kamar Sivia

45 menit Sivia berkutat dengan proposal akhirnya beres juga. Setelah nge print ulang proposal yang baru, iseng2 dia pasang modem dan mulai buka face book dari laptopnya. Tujuan pertama adalah Fb. Sivia mengecek Notif nya, dan…… “Mario Stevano accepted your friend request”

Sivia masuk ke profilnya dan menulis sesuatu di wall nya
“Hm!”

Setelah itu sivia sibuk membalas wall wall dari teman2 nya. Liat2 status temen2nya yang lucu. Eh…..tiba2 ada 1 notif baru masuk.

“ Mario Stevano commented on your wall post”
Sivia membuka wallnya……Dan benar ada comment dari Rio

“Apaan ham hem ham hem…..”
‘Waduh…jangan2 ni orang lagi ol’ pikir Sivia. Dia mengecek ke daftar chatnya dan benar saja Rio sedang ol. Langsung saja Sivia mengawali chat sama Rio.

Sivia> Hm!!
Mario > :D apaan sih ham hem ham hem???
Sivia> Owh….jadi ini ya yang suka sms “makan2 Via”?
Mario> ^_^!
Sivia> Ditanyain identitas aja pelit amat
Mario> Hehe……
(Rio udah ampe berkeringat dingin nih ngebales chat nya Sivia)
Sivia> Terus?
Mario> ?????
Sivia> Ngapain sms?
Mario> Kok ga pernah dateng kumpul?

Sivia dan Rio pun terlibat dalam percakapan pertama yang cukup seru. Ternyata mereka lumayan nyambung juga. Sivia juga banyak tanya tentang OSIS, sedangkan Rio lebih banyak becandaan dan bisa aja bikin Sivia ngakak dengan lelucon2 gilanya. Tak disangka orang se cool Rio ternyata kalau udah chatting bisa gokil juga.

Pukul 23.00

Sivia> K’ aku off dulu ya ngantuk
Mario> Yap!
Sivia> malem…
Mario> J

Sivia menutup notebook nya lalu beranjak ke kamar mandi untuk gosok gigi. Setelah selesai dia langsung tidur. Chatting tadi tak terlalu meninggalkan kesan untuk Sivia. Maklum……baru pertama. Lagian dia juga ga akrab2 banget sama Rio. Cuma sebatas tau dari temen2 yang deket sama dia aja.

>>>>>>>>>>

Alvin, Ray dan Ozy berjalan menuju kantin saat istirahat sekolah.
“Eh….apaan tuh?” Ozy menunjuk kerumunan anak2 yang berkumpul di mading deket taman sekolah.

“Ho’oh rame banget. Liat yuk….” mereka bertiga pun ikut nyempil nyempil dalam kerumunan di mading itu. Alvin hanya menunggu di belakang kerumunan karena dia memang tak terlalu suka keramaian.

“wew……kontes nyanyi……” Ray membaca judul poster yang tertempel di mading itu. Setelah puas membaca pengumuman, Ozy dan Ray keluar dari kerumunan dan langsung mengambil napas panjang.

“Buset dah……pengap amat…….” Ozy mengipasi wajahnya dengan tangan kanannya.

“Apaan sih pengumumannya?” Alvin yang ga ikut lihat pengumuman jadi penasaran juga.

“Ntu, kontes nyanyi tahunan yang diadain anak OSIS dalam rangka hari ulang tahun sekolah kita.”

“Owh..…..” Alvin hanya ber Owh ria dengan muka datar.

Mereka pun kembali ke tujuan semula yaitu kantin. Mereka ambil tempat di pojokan dekat penjual soto.

“Vin, kamu pesen apa?”

“Juh jambu merah aja deh.”

“kamu, Zy?”

“Samain”

Ray pun memesan dua jus jambu merah dan satu gelas es jeruk untuk dia sendiri.
Alvin dan Ozy ngobrol2 tentang Lintar yang makin lengket aja sama Nova. Sekarang mereka udah ga surat2an lagi. Mereka beralih media menjadi sms an. Lintar baru aja dibeliin Hp sama ayahnya setelah berminggu minggu merengek minta dibelikan Hp. Nova membujuknya agar minta dibelikan Hp biar mereka bisa kangen2an tiap hari. Dan yang lebih lucu lagi kalau sms an mereka manggilnya Mih sama Pih. Dasar anak muda jaman sekarang.

Alvin senyum senyum sambil geleng2 kepala mendengar cerita Ozy tentang Lintar dan Nova.

Sementara yang diseberang sana sudah merasakan panas di pipinya karena jantungnya yang berpacu lebih kencang saat melihat sosok Alvin yang sedang tersenyum bersama Ozy. Sepasang mata itu tak bisa lepas mengamati tiap gerak gerik Alvin. Senyum selalu tersungging tiap kali dia melihat Alvin tersenyum. Hari2nya terasa berwarna semenjak dia melihat Alvin untuk yang pertama kalinya. Dia merasa senang walaupun cuma liat Alvin dari kejauhan.

>>>>>>>>>>

Alvin menunggu Pak Joe di koridor. Di tengah penantiannya tiba2 Alvin teringat sesuatu. Dia beranjak dari duduknya lalu melangkah kembali ke dalam sekolah.

Matanya menyusuri tiap huruf yang tertera di sana. Sebuah poster besar tertempel di mading yang sekarang sudah sepi, tak seperti tadi siang.

Setelah membaca sampai bawah Alvin hanya mengangguk2 sambil mengusap usap janggutnya.

Alvin mengetik seseuatu di Hp nya. Dia mencatat tempat pendaftaran dan nomor Hp Contact Personnya. Setelah itu dia kembali ke koridor dan ternyata Pak Joe sudah menunggu tak jauh dari situ. Alvin langsung memasuki mobil dan pulang.

>>>>>>>>>>

Sejak chatting pertama dengan Rio, Sivia jadi makin sering berhubungan dengan Rio lewat dunia maya. Wall wall-an atau kalau ngga YM-an.

Rio juga sering sms Via padahal isinya cuma manggil doang “Via…” kalau ditanya ada apa dia ga pernah bales.
Seperti malam ini juga.

From: K’ Rio
“Via…”

To: K’ Rio
“APA SEEEEEEHHHHH???????”

From : K’ Rio
“Ol dong”

Sivia juga sedang nganggur jadi dia menuruti saja permintaan seniornya itu.

Sivia> Hm!!!
Mario> Hehe……
Sivia> APA SEEEEEHHHH?????????
Mario> hehe…..
Sivia> aku off nih
Mario>eh jangan. Ngambekan nih……
Sivia> Bodo….
Mario> Eh…ntar malem katanya ada hujan meteor
Sivia> oyeah?
Mario> Yap. Jam 2 an gitu
Sivia> Buset…..ogah ah….jam segitu musti bangun
Mario> nyesel lho ntar ga liat
Sivia> Biarin
Mario> Yaudah…liat aja nanti di mataku

‘Heh????’ Sivia melongo menatap layar laptopnya. ‘Apa maksudnya ini? Tuh anak sadar ga sih?’

Mario> Heh!!! Tidur?
Sivia> ngga. Eh….emang kakak pernah liat aku?
Mario> :D
Sivia> Kok ketawa
Mario> Hehe….
Sivia> Liat dimana?
Mario> Heh….lupa kalau aku ini mantan ketua OSIS?
Sivia>ngga
Mario> diklat lapangan
Sivia> owh….

‘waduh…..diklat lapangan….pasti mukaku lagi kucel2nya tuh. Maklum namanya juga anak OSIS. Kalau ngasih tugas kagak tanggung2. Bikin kucel orang.

Mario> terlihat begitu anggun

‘gubrakkkkkk……..apaan lagi nih anak…..wah wah wah…… sarap nih…..’ Sivia makin geleng2 kepala baca balesan chat dari Rio. Tapi tersipu juga Sivia dibilang kaya gitu.

Sivia> Anggun dari hongkong. Muka kucel begitu
Mario> :D

Sivia dan Rio melanjutkan chatting dan kali ini sampai jam 1 pagi. Ngomongin ini ngomongin itu, entahlah…..obrolan ga penting. Tau tau udah jam 1.

Chatting seperti itu terus berlanjut selama berminggu2. Kadang 3 hari sekali. Kadang seminggu sekali. Kemaren malah 3 hari berturut turut.

Lama kelamaan omongan Rio jadi semakin kemana mana. Obrolan mereka juga mulai nyerempet nyerempet urusan pribadi. Rio sering memuji Sivia. Dan tak munafik Sivia sedikit deg degan kalau chatting sama Rio.

Sivia memang sering chatting dan Fb an sama Rio tapi kalau di sekolah mereka jarang sekali bertemu. Sejak mereka dekat, ga lebih dari tiga kali mereka papasan di jalan. Itupun dalam suasana yang sangat berbeda dengan saat chatting. Selalu saja Sivia yang harus menyapa duluan. Klau ngga yaudah lewat gitu aja. Malah terkadang disapa pun Rio ga respon. Seperti sore ini.

Sivia mengunci ruang OSIS setelah mengambil daftar undangan Study Banding yang diminta oleh Irsyad, ketua bidangnya.

Saat tu anak2 kelas XII yang baru selesai les mulai berhamburan keluar kelas.

‘Waduh….anak2 kelas XII baru keluar. Harus buru2 nih. Jangan2 ntar ketemu k’ Rio lagi.’ gumam Sivia.

Sivia memang agak sedikit kikuk kalau bertemu dengan Rio. Selain dia deg degan, dia juga sering teringat kata2 romantis Rio untuk Sivia yang sering bikin Sivia salting. Ditambah lagi sikap Rio yang ga enak banget kalau ketemu.

‘Tuh anak pemalu banget sih. Kalau di chatting aja ngomongnya cerewet banget. Begitu ketemu udah kayak kagak kenal aja.’

Saat Sivia sedang mnggerutu tiba2 sosok yang sedang dia rutuki muncul tak jauh di depannya. Dan tatapan mereka langsung bertemu. Keduanya tampak kaget. Sivia reflek menyapa Rio.

“Kak….” Sapa Sivia sambil tersenyum seadanya.
Nah lo…..si Rio bukannya menjawab apa kek, eh malah maen ngeloyor pergi aja. Mukanya juga datar2 aja.

“Ihhhh….” Sivia memanyunkan bibirnya sambil terus mempercepat langkahnya. Sivia kesal sekali dengan sikap Rio yang sangat bertolak belakang dengan saat chatting.

“Bodo!”
Sivia menekuk tujuh mukanya sampai ke rumah. Rasa kesalnya masih kebawa bahkan sampai dia selesai mandi.
Hp sivia bunyi

From: K’ rio
“Hehe…tadi senyum sendiri ya?”

To : k’ Rio
“Bodo!”

From: K’ Rio
“Sory deh aku ga bales sapaanmu”

To: K’ Rio
“Apa susahnya sih tinggal bales doang. Ngangguk doang mah mending. Apaan maen lewat lewat aja!”

From: K’ Rio
“Maaf deh….habisnya aku terlalu gugup.”

To: K’ Rio
“Hah???”

From: K’ Rio
“ hehe….”

Sivia tak habis pikir dengan kakak kelasnya satu ini. Datang ke kehidupannya dengan tiba2, pake main rahasia rahasiaan identitas segala. Kalau di chat atau sms cerewetnya minta ampun, tapi kalau udah ketemu kayak orang ngga kenal. Kalimatnya juga suka aneh. Dan Sivia mulai terjerat dengan semua kata2 manis Rio. Sosok yang begitu berkharisma ditambah lagi dengan semua kalimat romantis yang membuat pipi Sivia merah merona. Cewek mana coba yang ga bakal kepincut.

Hubungan Sivia dan Rio semakin tak jelas. Sekarang sudah satu setengah bulan sejak Sivia mengetahiu bahwa itu adalah Rio. Mereka semakin sering sms an, chatting an bahkan telfonan. Dan kalau udah telfonan mereka bisa ngabisin waktu berjam-jam cuma buat ngobrol hal2 ngga penting. Dan seringnya itu pas malam hari sampai jam satu pagi.

Terkadang Rio nyanyi nyanyi ga jelas dan Sivia hanya mendengarkan sampai akhirnya ketiduran. Atau kalau tidak Sivia bercerita tentang Oik dan Gabriel tapi saat dia meminta pendapat Rio ternyata dia udah ngorok.

Pernah suatu saat Rio menyanyikan Tercipta Untukku nya UNGU sambil gitaran lewat telfon. Itu memang lagu favorit Sivia. Tentu saja Sivia jadi senyum2 sendiri. Apalagi suara Rio yang renyah renyah merdu gimana gitu. Aduh…..

Jadi bisa dibilang semakin hari hubungan mereka statusnya jadi HTS. Sivia makin deg degan tiap kali sms atau chatting sama Rio. Rio juga makin blak2an sama Sivia. Dia udah ga sungkan lagi ngomong Sivia cantik, senyumnya manis dan kalimat2 memabukkan lainnya. Dan Sivia semakin terlena dengan semuanya.

*****

“Kak…..”
Sivia yang sedang menyantap makan malamnya menghentikan kegiatannya karena Alvin tiba2 angkat bicara.

“Ehm” Sivia memandang Alvin heran. Dia seperti akan mengucapkan sesuatu yang penting. Kalau sudah serius begitu wajah Alvin terlihat sangat lugu.

“Alvin pengen ikut kontes nyanyi di sekolah.”
Sivia mengernyitkan dahi
‘emang Alvin bisa nyanyi?’ batin Sivia

“Mmmmm……Alvin suka nyanyi ya?” tanya Sivia basa basi.
Alvin hanya mengangguk.

“Wah…..kakak pengen denger kamu nyanyi nih. Abis makan kamu nyanyi buat kakak ya…” Sivia bicara penuh semangat. Sebenernya Sivia cuma pengen tau Alvin itu bisa nyanyi apa ngga. Habisnya selama ini dia ga pernah liat Alvin nyanyi.

“Ok Kak….” Alvin mengacungkan jempolnya lalu kembali melanjutkan makan.

Setelah makan Sivia sudah duduk manis di kasur Alvin, sedangkan Alvin berdiri tak jauh di hadapannya.

Sivia menanti dengan rasa penasaran. Alvin tampak menarik napas panjang lalu kemudian…..

Oh ini kisah sedihku,ku melupakan dia
Betapa bodohnya aku
Dan kini aku menyesal
Melepas keindahan
Dan itu kamu

Tuhan tolonglah aku kembalikan dia kedalam pelukku
Karena ku tak bisa
Mengganti dirinya
Ku akui jujur aku tak sanggup
Sungguh aku tak bisa

Dan tlah ku jalani semua
Cinta selain kamu tapi tak ada yang sama
Beribu cara ku tempuh
Tuk melupakan kamu tapi tak mampu

Tuhan tolonglah aku kembalikan dia kedalam pelukku
Karena ku tak bisa
Mengganti dirinya
Ku akui jujur aku tak sanggup sungguh aku tak bisa
(Pasto-Jujur Aku Tak Sanggup)

Alvin mengakhiri lagunya dengan membungkukkan badan seperti penyanyi terkenal yang membungkuk pada penontonnya.

Hening….tak ada tanggapan dari Sivia. Ada apa dengan Sivia? Kenapa dia diam saja?

Yaiyalah……

Sivia memandang Alvin tanpa berkedip sambil menopang dagunya dengan tangan kirinya. Dia benar2 takjub dengan suara Alvin. Tak disangka tak dinyana ternyata Alvin punya suara yang tak kalah bagus sama Justin Bieber(Wehehe….)

“Kak!!!” Alvin yang merasa tak ada respon dari kakaknya mengibas ngibaskan tangannya di depan muka kaknya. Sivia gelagapan.

“Eh…eh…..”

“Gimana sih…kakak ini dengerin Alvin ga sih?” Alvin manyun merasa tak diperhatikan sama Sivia.

“ Ya Ampun Alvin….kakak ampe takjub denger suara kamu. Bagus banget.” Sivia meremas kedua pipi Alvin dengan gemas saking kagumnya dengan suara adiknya itu.

“Jadi Alvin boleh ikut kontes nyanyi?”

“Owh…boleh dong boleh…..suara kamu bagus banget. Kakak doakan semoga kamu sukses ya. Tapi Alvin harus banyak latihan. Biar suaranya tambah bagus. Ya ya ya……”
Kenapa jadi Sivia yang bersemangat?

“Siap Kak!” Alvin menegakkan badannya dan tangannya hormat pada Sivia. Sivia tersenyum geli melihat tingkah adiknya.

*****

Alvin baru pulang dari kelas musik. Alvin memang hanya mengikuti satu ekskul dan itu adalah ekskul musik. Sore ini Pak Duta, pembina ekskul musik, mengumumkan tentang kontes menyanyi yang akan diadakan OSIS, seperti yang tertempel di papan pengumuman kemaren. Pak Duta juga mendaftar siapa saja yang ingin mengikuti kontes tersebut. Dan Alvin adalah salah satunya.

Selain Alvin ada Ray juga yang ikut mendaftar. Selain itu juga ada Deva, temen satu kelasnya Ozy yang juga ikut ekskul musik. Sedangkan Ozy? Dia sama sekali ngga tertarik sama yang namanya nyanyi. Padahal sebenarnya suaranya bagus. Tapi dia lebih tertarik dengan lukis daripada nyanyi. Sehobi sama Acha tuh. Pantesan klop.

Sepulang dari ekskul musik seperti biasa Alvin nunggu pak Joe. Ray dan teman2 yang lainnya sudah pulang duluan. Alvin berjalan perlahan karena Pak Joe juga baru dia sms 5 menit yang lalu. Jadi paling masih 10 menit lagi bakal nyampe.

Saat sedang berjalan melewati ruang kelas yang kebanyakan sudah tak berpenghuni alias kosong, tiba2 Alvin mendengar seasuatu yang bersumber dari ruang di sebelah studio musik. Alvin menajamkan pendengarannya berusaha mendengar lebih jelas suara apa itu.

Perlahan Alvin berjalan menuju sumber suara sambil terus menajamkan pendengarannya. Langkahnya menuju ke samping kanan kelas musik tempat dia belajar tadi. Alvin berhenti di depan pintu….

Ruang Kesenian.

Alvin nenatap apa yang ada di dalamnya lekat-lekat. Sosok itu sedang berdiri di atas panggung ruangan itu, tepat di tengah2. Hanya dia yang ada di ruangan itu. Gadis itu berdiri tegap. Dia sedang memainkan biola sambil memejamkan matanya.

Alunan musik slow yang merdu dibawakan dengan sempurna olehnya. Alvin memandang gadis itu dengan takjub. Dia mengagumi permainan biolanya. Alvin berdiri mematung di depan pintu.

Gadis itu selesai memainkan lagunya kemudian membungkuk seolah2 di hadapannya ada penonton. Saat dia sedang turun dari panggung, dia menyadari kehadiran Alvin yang masih berdiri di depan pintu. Alvin tau cewek itu sudah menyadari kedatangannya tapi dia sama sekali tak beranjak. Saat pandangan mereka bertemu, Alvin melemplar senyum pada gadis itu,dan gadis itupun tersenyum pada Alvin. Manis sekali.

Alvin masih tetap berdiri di depan pintu. Gadis itu membereskan perlengkapannya lalu berjalan keluar ke arah Alvin berdiri.

Sesampai di depan pintu….
“Hai….” cewek itu menyapa Alvin terlebih dahulu.

“Hai. Bagus.” Alvin menjawab tanpa basa basi dengan gaya yang masih tetap cool.

Gadis itu tersenyum.”kamu ngapain berdiri disini?”

“dengerin kamu main biola” Alvin blak2an aja sama tuh cewek.

“Nama kamu siapa?” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak salaman.

“Alvin.” Alvin balas menjabat tangannya.

“Aku Ify.”

“Mau pulang?” tanya Alvin.

“Iya…” Ify masih tetap tersenyum.

“Yaudah….barengan aja ke gerbangnya.”

Ify mengangguk dan merekapun berjalan menuju gerbang. Ify adalah anak ekskul musik juga tapi dia ngambil khusus biola, sedangkan Alvin ngambil khusus nyanyi. Ify adalah anak 7-C. Beda kelas sama Alvin,dia 7-A. Tadi Ify sedang latihan untuk pementasan minggu depan. Dia akan bermain biola di acara pembukaan HUT SMP mereka.

Baru pertama bertemu, Ify dan Alvin bisa nyambung juga saat ngobrol. Ify orangnya memang ramah. Dia selalu berusaha untuk membuat lawan bicaranya merasa nyaman dengannya, sedangkan Alvin, sebenarnya dia susah ngomong sama orang yang baru dikenalnya, tapi kali ini dia terpancing juga dengan Ify. Walaupun dia ngomongnya juga tetep ngirit.

Mereka berpisah di pintu gerbang. Ify naik angkot . Sebenarnya tadi Alvin menawarkan untuk mengantarkan Ify ,tapi Ify menolak. Rumah mereka memang beda arah sih.

>>>>>>>>>>

Siang itu Sivia ada kumpul OSIS.

“Oik, Ke kantin yuk.” Sivia bersiap berdiri setelah membereskan tasnya.

“aku mau pulang aja,….” Oik menjawab ajakan Sivia dengan muka lesu.
Sivia yang sudah mau berdiri mengurungkan niatnya dan duduk kembali di samping Oik.

“Kita kan ada kumpul OSIS.kamu kenapa sih? Dari tadi pagi nih ya, mukamu tuh ketekuk mulu. Kagak ada senyum2nya. Sakit?” Sivia khawatir dengan Oik yang sejak pagi tadi keliatan lemes. Ga cerewet kayak biasanya, banyak ngelamun, diajakin ke kantin ga mau.

Oik hanya diam. Matanya berkaca2.

“Lah kok nangis? Kamu kenapa sih? Jangan bikin orang khawatir dong.”
Sivia memegang bahu Oik lalu memutar badan Oik sampai menghadap padanya.

“Oik, kalau kamu masih nganggep aku sahabat kamu cerita dong kalau ada masalah.” Sivia berusaha meyakinkan Oik yang sekarang sudah benar2 menangis.

Oik memeluk Sivia yang semakin parah nangisnya.
“K’ Iel suka sama cewek lain…..” Oik ngomong setengah berteriak dengan suara seraknya.

“Hah?????” Sivia ga kalah kagetnya.
Sivia melepas pelukan Oik lalu menatap tajam mata Oik yang sembab.
“Maksud kamu apa sih? Bukannya kemaren kalian masih baik2 aja?”
Sivia heran karena memang kemaren mereka masih ke kantin bareng. Nah sekarang malah Oik nangis2 sambil bilang Gabriel suka sama cewek lain.

“Kemaren aku liat K’ Iel sama Agni berduaan di cafe. Aku nguping pembicaraan mereka……K’ Iel suka sama Agni, Vi…..” suara Oik semakin bergetar karena menagis.

“Wah….parah tu orang!!!!!!!” Sivia jadi ikut emosi mendengar penjelasan Oik. “Apaan coba maksudnya. Berani2nya nyakitin sahabat aku!!!!!!” Sivia malah teriak2 ga jelas di depan Oik. “Gimana ceritanya sih, Ik?”

Oik pun menjelaskan kronologis kejadiannya. Dia menceritakan semua apa yang di didengarnya di cafe itu sambil terus menangis. Dan karena mendengar cerita Oik itu Sivia jadi tidak makan siang. Setelah Oik pulang Sivia langsung ke ruang OSIS karena waktunya udah mepet.

Dayat (ketua OSIS yang baru) mengumumkan bahwa akan diadakan makrab bagi pengurus OSIS yang baru. Acaranya diadakan di Kebun Raya Bogor hari minggu ini.

>>>>>>>>>>

Hari ini Sivia mengajak Alvin makan di luar. Sivia sudah berpesan pada Bi Oky ngga perlu masak buat ntar malem. Sivia pengen ngajak Alvin jalan2 karena hari ini nilai ulangan matematika Alvin dapat 100. Alvin memang anak yang pintar. Dia emang ga terlalu suka main. Bisa dihitung pake jari berapa kali dia nyentuh PS nya. Dia juga ga terlalu minat sama Hp. Jarang banget maen Twitter, face book, dan lain semacamnya, Dia lebih suka buku. Dan hebatnya lagi, buku yang dia suka ya buku pelajaran.

Alvin memang anak yang tertutup. Dia bisa menghabiskan waktu berjam2 hanya untuk membaca buku. Pendiam dan pemalu. Kalau misalnya disuruh menggambarkan sifat Alvin dalam satu kata, mungkin yang paling cocok adalah ’cool’.

Tapi Sivia senang juga nilai Alvin di sekolah bagus2. Sivia memang sering menanyakan tentang nilai ulangan Alvin. Dan rata2 memang diatas 90. Mana pernah dia dapat nilai rendah. Benar2 kakak adik yang sehati. Sama2 pinter.

“Mau makan dimana ni, Vin?”
Kali ini Sivia menyetir mobilnya sendiri.

“Terserah yang bayarin aja lah.” Sivia tersenyum mendengar jawaban adiknya.
Sivia memarkir mobilnya di depan sebuah restaurant khusus masakan Korea. Kayaknya pas banget nih sama mukanya Alvin. :D

Mereka mengambil tempat di dekat kolam kecil di pojok ruangan. Sivia memesankan makanan untuknya dan Alvin. Tak beberapa lama pesanan mereka datang. Berbagai macam makanan yang berbau2 korea (kagak ngarti juga tuh baunya kaya gimana) sekarang sudah terhidang di meja. Mreka menikmati makan malam sambil ngobrol tentang nilai ulangan Alvin. Alvin juga menceritakan tentang teman2nya yang suka nyontek sama dia. Tapi Alvin dengan tegas menolak. Awalnya memang mereka agak gimana gitu ke Alvin, tapi lama kelamaan mereka mulai paham dan mengerti prinsipnya Alvin. Sivia suka itu.

“Kak….Alvin ke toilet dulu ya.”
Sivia mengangguk kerena mulutnya juga masih mengunyah makanan. Ia menunggu Alvin sambil menikmati alunan musik korea yang dilantunkan band restaurant itu.

Prang!!!!!!!! (anggap aja suara piring pecah)

Sivia sontak menghentikan makannya dan menoleh ke sumber suara. Seorang pelayan restaurant memunguti serpihan piring yang berserakan di lantai. Orang2 memperhatikan pelayan itu dan…..

“Alvin?”
Sivia segera berlari ke arah TKP. Alvin jatuh terduduk di samping pelayan restaurant yang memunguti pecahan piring itu sambil terus minta maaf.

“Maaf pak maaf saya ngga sengaja.”

Pelayan itu hanya diam sambil terus memunguti pecahan piring. Orang2 juga tak ada yang mau membantu Alvin berdiri. Alvin duduk sambil memegang kakinya. Sivia berjalan tergesa2 ke arah Alvin.

“Vin….”

“Kak….” Alvin menatap kakaknya takut. “Maaf kak Alvin ga sengaja.”

“Yaudah….ayo bangun.” Sivia membantu adiknya bangun. Dia menuntun Alvin kembali ke mejanya. Lalu Sivia menemui pelayan restaurant yang tadi ditubruk sama Alvin dan memberi ganti rugi. Setelah itu Sivia juga meminta bon atas makanan yang dipesannya. Setelah membereskan semuanya Sivia mengajak Alvin pulang.

Di mobil

“Kamu kenapa sih Vin?”
Alvin masih menunduk, takut Sivia akan memarahinya.

“Maaf kak…..Alvin ga sengaja…..” kata Alvin dengan muka memelas.

“Iya gapapa….kakak ga marah kok. Kakak cuma nanya tadi Alvin kenapa kok bisa sampai nubruk pelayan itu?”

“Alvin ga sengaja kak. Tadi Alvin cuma jalan biasa aja.Trus kaki Alvin keseleo. Alvin langsung ambruk aja dan disamping Alvin ada mas2 yang lagi bawa nampan tadi. Alvin beneran ga senagaja , Kak…..”

Sivia mengusap rambut Alvin dengan tangan kirinya sambil terus menyetir.

“Yaudah…..tapi kamu gapapa kan???”

“Iya gapapa…..” Alvin kembali tertunduk, merasa bersalah atas kejadian tadi.

“Udah jangan cemberut. Muka gantengnya ilang lho….” (padahal mau Alvin cemberut kayak gimana juga tetep ganteng :D).

Alvin tersenyum mendengar candaan kakaknya.

>>>>>>>>>>

Pagi ini Sivia datang lebih pagi karena harus piket. Dia piket tiap hari senin. Tugasnya sudah selesai dan sekarang dia lagi sibuk chattingan sama Rio lewat e-buddy.

Mereka makin dekat saja. Dan anehnya mereka jarang sekali ketemu. Kalaupun ketemu ya dalam suasana yang sperti kemaren itu. Tapi mereka klop banget kalau urusan chatting, sms, fb an atau telfon. Bisa ampe berjam2.

Sivia mengakhiri chat nya saat melihat Oik datang dengan muka cemberut dan mata yang bengkak seperti habis menangis semalaman.

“Oik, kamu kenapa??” Sivia menyambut kedatangan Oik yang langsung memeluk Sivia. Oik nangis sesenggukan tak peduli anak2 lain memperhatikan mereka. Sivia membiarkan Oik menangis sampai dia mau cerita.

“Aku putus sama K’ Iel….”

“Hah?????” Sivia kaget mendengar kalimat Oik. Mereka pacaran udah hampir 2 tahun dan selama ini hepi2 aja. Oik baru curhat ke dia tentang Gabriel yang suka sama Agni hari Jumat kemaren dan hari ini Oik bilang mereka putus.

Tangis Oik terputus saat bel Upacara berbunyi. Melihat mata Oik yang bengkak Sivia jadi tak tega. Dia menyarankan agar Oik di UKS saja. Sivia minta ijin pada guru piket. Akhirnya mereka berdua diam saja di UKS sementara yang lain upacara. Oik menceritakan semuanya pada Sivia.

“Aku udah nanya sama K’ Iel tentang Agni.”

“Trus?” Sivia mendengarkan Oik dengan muka penasaran abis.

“Dia ngaku.”

‘Buset….tu anak gentle juga mau ngaku sama Oik.’

“Tapi dia bilang dia masih sayang sama aku. Dia ga mau putus dari aku.”

‘Tuh anak mikir ngga sih. Kemaruk amat mau dua2nya.’ Sivia hanya membatin karena tak ingin menyela curhatan Oik.

“Dia sayang sama Agni…….dan dia seneng kalau deket sama Agni….”

“K’ Iel ngomong gitu???”
Oik mengangguk.

Sivia geleng2 keheranan dengan sikap Iel. Apaan ngomong kayak gitu ke Oik. Blak2 an sih boleh. Tapi kok ya ampe segitunya sih. Ngga mikir apa perasaan Oik gimana kalau denger kayak gitu.

“Aku yang mutusin dia……Sebenarnya dia minta aku buat ga mutusin dia. Dia bakal nglepas Agni demi aku.”

“Kamu masih sayang banget sama dia?”

“Aku rela mati demi dia…..”

“Hush!!!!!!” Sivia yang mendengar jawaban Oik langsung melototi Oik
“Apaan sih, Ik. Ga segitunya juga kali.”

Oik hanya diam sambil terus menangis.

“Kamu tetep mutusin dia?”
Oik mengangguk.

“Kan kamu masih sayang banget sama dia, dia juga bilang dia rela nglepas Agni demi kamu, kenapa kamu tetep mutusin?”

“Aku tau dia sayang banget sama Agni,Vi. Walaupun dia bilang kayak gitu, aku tau dia pasti sakit banget nglepas Agni. Aku ga mau dia sedih.”
Sivia mengernyitkan dahi.

“Aku bahagia kalau dia bahagia.”

“Apa?” Sivia menatap tak percaya pada Oik. Oik masih treus menangis dan Sivia hanya bias menenangkan dia seadanya.

>>>>>>>>>>

Sudah beberapa hari ini wajah Oik murung terus. Dia seperti tak semangat menjalani hidup. Dan puncaknya hari ini dia tak masuk sekolah karena sakit. Sepulang sekolah Sivia memutuskan untuk menjenguk Oik di rumahnya. Saat akan berjalan ke gerbang sekolah Sivia melihat Gabriel dan Agni sedang boncengan motor sambil ngobrol2 bahagia.

Sivia yang melihat itu cuma bisa nahan emosi. Dia ga menyangka Gabriel yang selama ini baik ternyata bisa berbuat seperti itu pada Oik.

“Dasar serigala berbulu domba!!!!!!!!” Sivia berteriak ke arah motor Gabriel yang sudah menjauh. Mereka memang tak mendengarnya, tapi anak2 yang lain langsung menoleh pada Sivia dan mentap dengan tatapan aneh. Sivia langsung ngacir menyadari bahwa dirinya jadi pusat perhatian.

Di rumah Oik, ternyata Oik masih menangisi Gabriel. Sivia jadi tak tahan juga melihat sahabatnya seperti itu.

“Kamu tuh munafik…”
Jdaaaarrrrrr…..Apa maksud Sivia berkata seperti itu pada Oik yang sedang sesenggukan. Oik menatap Sivia dengan pandangan tak percaya.

“Aku bahagia kalau dia bahagia“(Sivia menirukan gaya Oik saat mengucapkannya.
“Bahagia apanya……yang ada dia bahagia kamu merana. Dia enak2an ketawa ketiwi sama Agni sementara kamu disini nangis ampe mata kamu bengkak kaya gitu. Bahagia apanya, Ik????” Sivia terbawa emosi.

Oik semakin menangis mendengar perkataan sahabatnya itu.

“Dari dulu aku ga pernah percaya sama kalimat itu. Aku bahagia jika kau bahagia. Gombal! Kalau ga ikhlas ya bilang aja ngga ikhlas. Pake sok bijak segala. Akhirnya kayak gini kan….” Oik melongo melihat Sivia ngomel2 seperti itu. Tangisnya semakin menjadi2 . Sivia jadi merasa bersalah juga sudah bentak2 Oik seperti itu. Tapi Oik sadar memang ada benarnya juga apa yang dikatakan Sivia. Dia tidak marah pada Sivia.

>>>>>>>>>>

Malam harinya di kamar Sivia

Mario> Terus?
Sivia> Yaudah…..malah aku yang ngomel2 ke Oik. Ah…..kebawa emosi sih
Mario> wkwkwk…..dasar……
Sivia> Habisnya aku kesel banget. Aku ga pernah percaya sama yang namanya “aku bahagia kalau kau bahagia” munafik!
Mario> jangan gitu…..ada kali yang bener2 ikhlas
Sivia> L
Mario> Udah….jangan manyun gitu. Ilang lho cantiknya.

Sivia dan Rio saling curhat2an. Dan seperti biasa sampai berjam2.

>>>>>>>>>>

Hari sabtu,saatnya makrab OSIS.

Sivia datang kepagian. Dia terlalu bersemangat untuk kegiatan ini. Selama ini dia belum pernah ikut ngumpul sama anak2 OSIS yang baru, jadi kali ini dia pengen nglewatin acara ini dengan sungguh2.

Di ruang OSIS sudah tampak kerumunan anak2. Sivia ingin menyapa tapi mengurungkan niatnya karena ternyata kerumunan itu adalah anak2 mantan pengurus OSIS yang baru lengser.

“Lah…kenapa ada mereka?” Sivia bergumam heran.

“Hai Via…..” Sapa kak Dea…mantan bendahara bidang 7.

Gabriel yang mendengar nama Via langsung menatap Via dengan tatapan aneh. Sivia menatap sinis pada Gabriel. Dan Gabriel langsung beranjak dari duduknya masuk ke ruang OSIS.

“Hai kak…..” Balas Sivia pada Dea. “Kok ada kakak2 juga? Bukannya……”

“hehe….” Dea malah nyengir. “Begitu denger ada makrab anak2 langsung pengen ikut tuh. Tenang aja….kita biaya sendiri kok. Cuma pengen lebih deket sama kalian aja. Lagian aku ga pernah liat kamu ikut ngumpul2, pasti ga terlalu kenal kan sama kita2?”
Sivia cuma nyengir. Sadar kalau dia jarang ikut ngumpul.

“Hai,De….”
Dea langsung menoleh ke sumber suara, begitu juga dengan Sivia.

‘K’ Rio????’ pikiran Sivia jadi tak karu2an melihat Rio sekarang berdiri tak jauh dari tempatnya.
‘mampus……ga enak banget nih acara jadinya kalau ada dia. Ah…..kagak bisa bebas…..’ Sivia tak enak juga ada Rio. Hubungan mereka kan bisa di bilang KAJJ.

Hah???apaan tuh?
Hehe…..Kagak Ade Jelas Jelasnye…..

Sivia lansung menjauh dari Dea. Dia tak tahan dekat2 sama Rio. Takut Rio mendengar detak jantungnya. Wueee….lebay…. Rio menyadari tingkah aneh Sivia. Dia tak menyapa Sivia, malah asyik ngobrol sama Dea.

Bis berangkat jam 9. Sivia duduk dengan Zahra, Ketua bidang Kemanusiaan. Bis sudah penuh.

Tiba2...ada beberapa kakak senior cowok yang masuk ke bis sambil membawa kursi plastik.

“Udah penuh ni Kak.” Kata Dayat ke Kak Debo

“Tenang kita bawa kursi kok…..nyempil di tengah juga kagak ape2.” ujar Debo nyantai.
Debo, Patton dan Obiet duduk di gang antar kursi. Mereka udah siap2 kursi cadangan sepertinya. Namanya juga cuma nebeng.

Dan Sivia kaget saat seseorang meletakkan kursi plastik di gang samping kursinya. Ngga tepat di sampingnya sih…agak di depannya gitu kok. Tapi dia mengahdap berlawanan dengan Sivia. Walhasil mereka bisa dibilang hadap2an lah.

‘Mampus…ngapain sih K’ Rio duduk di situ. Aduhhhh…..’ Sivia menundukkan pandangannya pura2 mengetik sms di Hp nya padahal dia lagi nahan detak jantungnya yang udah ga karu2an.

Sivia bingung mesti ngapain…Dia iseng2 mainin Hp…..sok2 ngetik…padahal jarinya ga bener2 nyentuh keypad. Zahra yang memperhatikan tingkah Sivia jadi merasa aneh sendiri. Tapi dia cuma diem. ’Bosen kali’ pikirnya.

Saat sedang asik memainkan Hp nya tiba2 Hp nya bergetar. Sms masuk…..
Sivia membukanya dan langsung melongo menatap layar Hpnya….tk percaya dengan apa isi sms itu…..

From: K’ Rio
“Via….”

Sivia mendongakkan kepalanya. Melihat ke arah Rio. Sementara itu Rio malah pura2 tidak memegang Hp. Mukanya juga biasa2 saja. Sivia jadi semakin heran dengan tingkahnya.

To : K’ Rio
“Apaan sih?”

Tak ada balasan dari Rio. Entah dia sudah membuka sms dari Sivia atau belum. Dia tak tampak sedang melihat Hp.

15 menit kemudian Hp Sivia getar lagi.
From: K’ Rio
“Via…..”

Sivia kesal juga dengan sikap Rio yang sangat ngga jelas itu.
To: K’ Rio
“Apa seeeeeeehhhhh??????????? Sini situ doang pake sms segala. Teriak aja kenapa!!!!!!!”

Rio tak tampak sedang membaca sms maupun melihat Hp nya. Sivia dongkol juga lama2.

20 menit kemudian
From : K’ Rio
“Via….”

Kali ini Sivia benar2 kesal dengan sikap Rio. Dasar pengecut!!!!!! Sivia tak membalas sms Rio kali ini. Dia memasukkan Hp nya ke dalam tas lalu mengajak Zahra ngobrol. Zahra yang tiba2 diajak ngobrol sama Sivia kaget juga.

‘Kenapa ni anak jadi cerewet begini?’ pikir Zahra sambil mendengarkan Sivia yang cerewet banget cerita ini itu.

Ini memang acara makrab, tapi kegiatannya ga sampe malem. Cuma jalan2 doang keliling KRB sambil foto2 dan ada beberapa games aja. Di tengah2 kegiatan ada sesi perkenalan juga. Tiap orang harus hapal semua nama dari pengurus OSIS yang baru. Yang ga hapal dapat hukuman. Sivia yang punya daya ingat tinggi lolos dari hukuman. Males juga kalau mesti nyanyi2 kayak orang gila (hukumannya). Apalagi ada Rio. Hhhh……

Dari awal kegiatan sampai kegiatan ini hampir berakhir Sivia dan Rio sama sekali tak mengucapkan sepatah katapun. Padahal mereka kadang jalan berdekatan. Atau papasan dimana gitu. Tapi ya ngga ada yang mau menyapa duluan.

’benar2 ga gentle’ pikir Sivia.

Sementara Rio sejak tadi hampir tiap 30 menit selalu sms Sivia dengan isi yang sama “ Via…..”

Ya cuma gitu doang. Sivia juga ga meduliin sms Rio itu. Inboknya udah penuh dengan sms ga pentingnya Rio tuh.

Sekarang sudah jam 3 sore. Acara sudah ditutup dan sekarang mereka tinggal jalan ke gerbang keluar. Di sepanjang perjalanan mereka masih nyempetin foto2. Sivia jalan berdua bareng Zahra. Mereka berdua sama sama ga narsis jadi ya cuma jalan dan ga ikut foto2.

Terkadang rombongan berhenti sebentar untuk foto di lokasi yang bagus. Sivia dan Zahra ikut berhenti tapi cuma ngliatin mereka berpose tanpa ikut nimbrung.

Sekarang anak2 sedang bergantian berfoto di jembatan gantung (yang warna merah itu lho). Sivia dan Zahra cuma berdiri di pinggir jalan sambil ngliatin tingkah polah anak2.

“Via!”
Seperti ada yang memanggil Sivia. Sivia dan Zahra kompak menengok ke sumber suara.

Ternyata yang memanggil Sivia adalah Rio. Rio sudah bersiap untuk mengambil foto Sivia dengan kemera digitalnya saat Sivia menengok. Tapi Sivia yang terlanjur salting reflek memutar badannya membelakangi Rio sehingga Rio gagal mengambil foto.

Rio masih menunggu Sivia menoleh lagi dengan kamera yang masih pada posisi siap mengambil gambar.

Zahra yang tidak tau bahwa antara Sivia dengan Rio ada apa2 jadi bingung ngliat tingkah Sivia.

“Via….itu K’ Rio mau ambil foto.” Zahra memutar tubuh Sivia agar menghadap ke Rio. Dan Zahra pun ikut berpose.

Sivia masih salting, tapi melihat Zahra yang sudah berpose sedemikian rupa jadi ga enak juga. Ntar malah semakin mencurigakan. Akhirnya Sivia memaksakan senyum seadanya dan Rio pun mengambil gambar mereka berdua. Walaupun akhirnya ntar di crop juga.

Setelah mengambil gambar, Rio tersenyum pada Sivia. Saat melihat senyum Rio, Sivia merasa semua kesalnya dari mulai berangkat tadi sampai sekarang jadi ilang tak berbekas. Dia seneeeeng banget liat Rio senyum. Benar2 menyejukkan. Pipi Sivia memerah setelah disenyumi Rio. Untung Zahra tak melihat perubahan rona wajah Sivia.

Bis sudah sampai di depan SMASA. Anak2 turun dari bis. Setelah berpamitan semuanyapun bubar menuju rumah masing2.

Di teras rumah Sivia.

Hp Sivia bergetar. Belakangan ini setiap kali Hp nya bergetar, jantung Sivia juga ikut bergetar. Apalagi kalau ada sms dari Rio. Udah mau lompat tu jantung.

From:K’ Rio
“makasih”

To : K’ Rio
“atas?”

From: K’ Rio
“atas, bawah, depan, samping, belakang….yang mana aja deh terserah……”

Sivia ngakak juga baca sms dari Rio.

To: K’ Rio
“Serius…..atas apa?”

From: K’ Rio
“Sudah mewarnai kolom kehidupanku.”

Wuaaaaaa!!!!!!!!!!! Sivia langsung senyum2 ga jelas. Padahal dia masih ada di teras rumah, baru nyampe.
Dia merem melek sambil meringis ketawa ketiwi sendiri.

Saat dia ngebuka matanya, Alvin sudah berdiri terheran2 di depannya. Dahinya berkerut. Tampangnya seperti orang blo’on ngelihat tingkah kakaknya di teras rumah. (Alvin waktu kayak gitu tetep ganteng).

Sivia yang tadi jingkrak2 langsung berubah diam dan berdiri tegak dengan tampang sok cool nya. Dia langsung ngacir ke kamar sebelum Alvin nanya yang ngga ngga.

‘?????????? Itu tadi beneran kak Sivia kan????’
Alvin garuk2 kepala mikirin tingkah kakaknya barusan.

>>>>>>>>>>

Hari Jumat.

Sore ini adalah latihan terakhir sebelum kontes menyanyi yang audisinya akan dilaksanakan besok pagi. Pak Duta membekali murid2nya yang ikut dengan berbagai metode menyanyi dan cara menyiasati suara biar bisa menakhlukkan lagu. Memang tak terlalu mendetail karena masing2 peserta memang latihan secara pribadi. Pak Duta hanya memberi dukungan bagi anak didik di ekskul musiknya. Apalagi ekskul ini kan khusus menyanyi. Ya….biar bisa ikut bangga juga lah kalau ada yang bisa masuk final.

Latihan selesai jam 4 sore. Anak2 sudah pulang duluan sedangkan Alvin harus menunggu Sivia. Kali ini Sivia yang akan menjemput Alvin. Tadi pagi dia menyuruh Alvin untuk membawa baju ganti ke sekolah. Setelah selesai latihan mereka akan langsung pergi belanja untuk audisi besok. Selain itu mereka akan menyambut kedatangn mama dan papa dari sidney.

Sebenarnya ini bukan Hari raya tapi mama sama papa pengen ketemu sama Alvin. Dia kan anak mereka juga, Pengen lah nemuin anak sendiri. Apalagi besok Alvin mau audisi buat lomba nyanyi. Mereka mau support Alvin secara Live.

Alvin menuju toilet untuk ganti baju. Setelah itu dia menuju koridor untuk menunggu Sivia. 5 menit kemudian Sivia dengan Honda Jazz Ungunya sudah nangkring di depan gerbang. Alvin menghampiri mobil kakaknya dan mereka langsung meluncur ke sebuah mall.

“Yang ini aja gimana, Vin?” Sivia menunjukkan kaos lengan panjang motif garis2 dan sebuah rompi putih.

“Aduhhh……Alvin ga ngerti, kak. Bagus semua…..”

“Yah…Alvin gimana sih…..suka yang mana?”

“Semua….”

“Hm!“ Sivia manyun denger jawaban adiknya.

Sivia kembali memilih2 baju untuk Alvin. Alvin juga mondar mandir kesana kemari sambil megang2 baju tapi kayaknya semuanya dia pegangin dan ga ada yang dia pilih.

“Vin….” Sivia melambaikan tangannya meminta Alvin mendekat.

“Cobain nih….” Sivia menyodorkan satu stel baju.
Alvin memasuki kamar pas dan mencoba baju itu. Tak beberama lama kemudian Alvin keluar.

“Wueeeee…….”
Sivia setengah berlari menghampiri Alvin.

“Ckckck……Rain aja lewat nih…..”

“Hih kakak…..lebay amat. Muka pas pasan begini dibandingin sama Rain.”

Sivia melongo denger kalimat Alvin barusan (penulis juga)
“Vin..Vin…” Sivia cuma geleng2 kepala.
‘Pas-pasan????’

Sivia kembali mengamati penampilan adiknya. Dia sok menata rambut Alvin, dipegang2, ditarik2 trus agak diacak2in dikit (au ah bingung).

Jas putih dengan daleman warna biru ditambah celana warna putih ngepas banget di badan Alvin. Pake baju apa aja emang pas tuh anak.
“Bungkus!!!!!” Sivia mengacungkan jempolnya.

“Udah sono lepas…..” Alvin beranjak ke kamar pas untuk melepas bajunya. Saat dia keluar Sivia menyodorkan satu stel baju lagi pada Alvin.

“Coba yang ini….”

“Lah….buat apaan lagi, Kak?”

“Buat ntar malem ketemu mama sama papa.”

Alvin jadi deg degan denger Sivia nyebut mama sama papa. Gimana ya reaksi mereka kalau ketemu Alvin. Jangan2 ga suka.

Alvin masuk lagi kedalam kemudian tak lama kemudian keluar lagi.
Alvin pakai jaket warna merah plus celana putih (yang dipake pas nyanyi Ku Takkan Bisa).

“No Comment”
“Lho kenapa Kak? Jelek ya?”
“Bukan…..no comment…..capek dari tadi bilang kamu ganteng. Pake apa aja cocok lah kamu itu. Ih….lutuna ade’ku ini.” Sivia mencubit pipi Alvin gemas.

“Ih…kakak apaan sih….Alvin kan udah gedhe.”
Sivia cuma nyengir adiknya protes.

Malamnya di rumah Sivia.
“Oke Pa, ati2 ya Pa….”
Sivia menutup telfon dan segera berlari ke depan.

“Pak Joe!!!!!”
Sivia melambaikan tangan pada sopirnya.

“Iya Neng….”

“Jemput mama sama papa di bandara ya…..Mereka udah nyampe…….”

“Iya Neng….”
Pak Joe segera tancap gas menuju bandara yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah. Sedangkan Sivia bergegas ke kamar Alvin.

“Vin….”
Sivia langsung membuka kamar Alvin tanpa mengetuk pintu.

“Huaaaaaaa kakaaaaaaaaaaaaaakkkk!!!!!!!!!” Alvin teriak sambil menutupi badannya dengan baju yang akan dipakainya.

“Eh…maap maap…” Sivia langsung mundur keluar dari kamar Alvin dan menutup pintu dengan keras. Sivia menunggu Alvin di balik pintu sambil ketawa cekikikan inget ekspresi Alvin waktu tereak tadi.

Tak berapa lama kemudian Alvin membuka pintu dengan sudah memakai pakaian lengkap. Cuma mukanya agak manyun ke Sivia. Sivia yang liat muka Alvin langsung ketawa ngakak.

“Ih….kakak ini…..Alvin kan malu.”

“Iya..iya maaf….Kakak terlalu bersemangat.” kata Sivia sambil terus nahan ketawa. “Eh….rambutnya kok masih berantakan? Sini Kakak dandanin….”

Sivia menarik Alvin masuk lagi ke dalam kamar. Didudukkannya Alvin di depan kaca. Sivia mengambil sisir dan mulai menata rambut Alvin seperti hair stylist terkenal. Sisir sana sisir sini…..Acak sana acak sini……(bayangin ndiri ya. Cakep dah pokoknya).

“Nah…..sip. Yuk turun. Bentar lagi mama papa nyampe.” Sivia mendahului jalan keluar sedangkan Alvin belum beranjak dari duduknya.

“Loh…ayo….kok malah bengong?”

“Alvin takut kak….”
Sivia balik lagi dan narik tangan Alvin.

“Udah ga usah takut. Mereka baik kok. Mama sama papa pasti sayang juga sama Alvin. Lagian kan ada kakak….ayolah…..”

Alvin menuruti langkah kakaknya. Mereka menunggu di ruang tamu. Tak lama kemudian terdengar suara mobil memasuki halaman. Sivia segera berlari ke teras rumah. Alvin mengikut perlahan di belakangnya.

“ Mah,,, Pah….” Sivia menyambut kedatangan mama dan papanya dan langsung memeluk mereka.

“Sivia….”
Bu Winda memeluk putrinya dengan sayang. Begitu juga dengan Pak Dave. Alvin malah berdiri mematung agak jauh dari mereka.

Bu Winda menangkap sosok Alvin yang berdiri mematung dengan muka seperti sedang nunggu hasil ujian. Bu Winda mengernyitkan dahi. Sivia yang menyadari ekspresi mamanya langsung menggajak Alvin mendekat dan membawanya ke hadapan Bu Winda.

Bu Winda tak berkata apapun. Dahinya masih berkerut menatap wajah Alvin.
Dan seulas semyumpun meluncur dari bibir Bu Winda.

“Ya ampuuun…..ganteng sekali kamu Nak……Lebih ganteng dari yang difoto.”
Alvin mencium tangan Bu Winda dan Pak Dave. Bu Winda sepertinya menyukai Alvin. Dia memeluk Alvin yang masih sedikit gemetar dengan penuh kasih sayang. Begitu juga Pak Dave.

“Masuk yuk Mah…Pah…”

Alvin masih gemetar walaupun mama dan papanya memberikan respon yang baik. Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama untuk makan malam dan ngobrol sambil nonton TV. Bu Winda menanyakan tentang sekolah Alvin dan tak ketinggalan tentang audisi lomba menyanyi besok. Alvin belum mau banyak bicara. Sivia duduk di samping Alvin, memberikan dukungan pada adiknya itu karena dia tau betul pasti sekarang Alvin sedang ga karu2an perasaannya.

Jam 10 malam Alvin sudah pergi tidur. Dia kan harus mempersiapkan fisiknya juga untuk audisi besok. Sedangkan Sivia malah begadang bersama mama dan papanya. Maklum mereka lama tak bertemu.

“Alvin pinter ya.” Bu Winda memuji putra angkatnya itu.

“Iya, Ma…..Rajin banget dia. Tapi anaknya pemalu banget. Irit banget kalau ngomong.”

“Ganteng lagi. Lumayan lah ada yang mirip sama papa.” Pak Dave nyeletuk di tengah pembicaraan mengenai Alvin.

“Ih….papa…..” Bu Winda menyentil pundak Pak Dave.
Mereka ngobrol sampai jam 2 pagi.

>>>>>>>>>>

“Selamat pagi hadirin yang berbahagia….bla bla bla…”

Alvin duduk manis bersama Sivia, Pak Dave dan Bu Winda. Mukanya tampak tegang. Nunduk terus sambil komat kamit ga jelas, gatau lagi ngomong apaan.

Alvin dapat undian Nomor 3. Sekarang peserta nomor satu sedang melantunkan lagunya Peterpan Yang Kisah Cintaku. Suaranya merdu dan powerfull. Alvin makin deg degan mendengarnya. Tangan kanannya mengepal erat2 menahan debar jantungnya.

Sivia menangkap kegundahan di hati Alvin. Dia menggenggam tangan Alvin dan membisikkan sesuatu.
“Alvin pasti bisa. Kakak sayang Alvin.”

Alvin tersenyum pada Sivia. Tangannya dingin sekali.

“Marilah kita sambut peserta nomor 3, Alvin Jonathan Sindunata!!!”

Derai tepuk tangan penonton mengiringi langkah Alvin menuju panggung. Bu Winda tepuk tangan semangat sekali, sedangkan Pak Dave siap dengan kamera digitalnya. Sivia justru sibuk komat kamit berdoa demi adiknya.

Alvin mengambil napas dalam dalam berusaha meredam debar jantungnya agar tak mempengaruhi suaranya.
Musik mulai mengalun dan…….

Sedalam yang pernah kurasa
Hasratku hanyalah untukmu
Terukir manis
dalam renunganku
Jiwamu jiwaku menyatu

Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih di hatiku

Kucurahkan isi jiwaku
Hanya padamu
dalam air itu
Kau bawa slamanya diriku

Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih di hatiku

Tepuk tangan penonton riuh rendah mengiringi Alvin turun dari panggung. Sesampai di tempat duduk, Bu Winda dan Pak Dave langsung memuji penampilan Alvin. Sivia memeluk adiknya yang masih tampak deg degan.

“Alvin bagus banget” Sivia mengacungkan jempol pada adiknya.

Alvin akhirnya bisa tersenyum lega setelah tampil.
18 peserta sudah tampil. Alvin klenger juga nunggu hampir 3 jam. Dan sekarang saatnya pengumuman.

Kali ini Alvin ga sedeg-degan saat nyanyi tadi. Dia terima saja apapun keputusan juri. Dia menanti pengumuman di atas panggung dengan senyum manisnya. Dan otomatis para wanita yang lagi nonton, terutama temen2 Alvin jadi ga kedip ngliatin Alvin senyum di atas panggung.

Di antara penonton yang menanti dengan berdebar2, ada seseorang yang menundukkan wajahnya kusyuk memanjatkan doa. Dia berharap Alvin bisa lolos. Dia berdoa dengan sepenuh hatinya.

Pembawa Acara naik ke atas panggung membawa daftar nama siapa saja yang lolos ke babak 3 besar.

“Hadirin yang berbahagia……peserta yang berhasil lolos ke babak 3 besar dan akan tampil di malam puncak perayaan HUT SMP Adi Wiyata adalah……”

Semua penonton berdebar2 terutama orang tua yang anaknya mengikuti audisi ini.
Bu Winda, Pak Dave dan Sivia menatap Alvin yang tetap tersenyum dengan harap harap cemas.

“Adalah………..Ray………”
Keluarga dan pendukung Ray bersorak mendengar jagoannya disebut.

“…….Keke………”
Pendukung Keke bersorak.

“ dan………Alvin!!!!!!!!”
Sivia sontak melonjak mendengar nama adiknya disebut. Bu Winda dan Pak Dave mengelus dada lega. Alvin berpelukan dengan Ray diatas panggung. Senangnya mereka sama-sama masuk 3 besar.

Di tengah kebahagiaan Alvin ternyata ada yang merasa tidak suka. Ada seseorang yang memandang sinis pada Alvin. Dia menatap Alvin dengan penuh kebencian.

Berbeda lagi dengan seseorang di barisan belakang penonton. Dia sedari tadi komat kamit mendokan Alvin. Begitu nama Alvin disebut, dia tersenyum bahagia. Ditatapnya Alvin yang sedang menerima ucapan selamat di atas panggung dengan hati yang amat bahagia. Dia senang melihat Alvin bahagia.

>>>>>>>>>>

Malam harinya Sivia sekeluarga berencana akan makan di restaurant. Itung2 perayaan Alvin yang masuk 3 besar.

Tadi siang sepulang dari audisi inbox Hp Alvin penuh dengan ucapan selamat. Ada yang ngasih kado juga. Ada yang langsung datang ke rumah. Dan yang bikin Alvin geli, tadi dia diciumin sama anak2 cewek dari kelas sebelah. Buseet…….Alvin ditarik2 sampe mau lepas tuh jasnya. Untung ada Ozy yang tadi ikut nonton langsung ngehalangin cewek2 itu biar ga tambah buas.

“Dasar ganjen amat sih lo pada… Sini ciumin abang Ozy aja….” kata Ozy sambil menyodorkan pipinya ke anak2 cewek yang ngerumunin Alvin. Pastinya kagak ada yang nanggepin banyolannya si Ozy. Ditambah lagi si Acha langsung ngejewer telinga Ozy dan menyeretnya keluar.

Sepanjang perjalanan pulang Alvin ngusap2 pipinya terus.
Sivia ga bisa nahan ketawa liat muka adiknya udah kusut gitu. Sepanjang perjalanan Sivia ngakak sampai perutnya sakit.

“Wah….pipimu udah ga perawan tuh Vin.”
Alvin yang dari tadi cemberut makin manyun diledek sama kakaknya. Alvin benar2 terlihat berantakan. Gila amat tuh cewek pada.

Pak Dave dan Bu Winda udah nunggu di teras rumah. Sivia berlari2 kecil menyusul mereka.
“Udah Siap?”

“Sip Ma.”

“Alvin mana?” tanya Pak Dave.

“tadi udah Sivia panggil kok Pah. Paling bentar lagi turun.”
Mereka menunggu Alvin di dalam mobil.
Sivia asik sms an sama Rio

From : K’ Rio
“Kalah ni aku…..”

To: K’ Rio
“ :D Dasar!!!! Mau juga kayak gitu?”

From : K’ Rio
“Iyalah….siapa sih yang ga mau dikerumunin sama cewek cewek. Enak tuh jadi Alvin.”

Sivia baca sms terakhir Rio sambil manyun.
Tiba2 Hp nya bergetar tapi kali ini bukan sms dari Rio.
Sebuah nomor baru telfon. Saat Sivia akan mengangkatnya, panggilan terhenti. Sivia pun mengirim sms pada nomor itu.

To : 08*******711
“Siapa ya?”

From : 08*******711
“De’ Via?”

To : 08******711
“Iya. Ini siapa?”

From : 08*******711
“Salam kenal aja ya De‘. Suatu saat nanti kamu akan tau.”

Nah lo…..jawabannya bikin orang makin penasaran aja. Apa lagi ini? Siapa pula ini? Secret admirer lagi?

“Kok lama ya, Via?” Mama Sivia membuyarkan lamunan Sivia yang memikirkan nomor misterius itu.
Sudah hampir 10 menit mereka menunggu tapi Alvin ga turun juga.

“Susul gih….” Mama Alvin menyuruh Sivia memanggil Alvin. Sivia bergegas menuju kamar Alvin. Dia melupakan nomor misterius itu.

‘tuh anak ngapain sih…….ganjen amat dandan aja lama banget. Kagak usah dandan juga udah cakep lo tu Vin. Bangun tidur langsung manggung juga ngga ada yang protes. :D’

Tok tok tok…. Sivia mengetuk pintu Alvin. Dia ga mau diteriakin lagi kaya kemaren.

“Vin…..lama amat sih……..”
Tak ada jawaban dari dalam.

“Vin…….”
Sivia tak mendengar apapun. Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam. Kamar Alvin kosong.

Tidak ada komentar: