Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Senin, 01 Agustus 2011

"CINTA KEDUA" PART 6

Hai teman-teman semua.
Balik lagi sama saya Echa.
Udah deh. Daripada lama-lama, langsung ya.
Keep comment please.



***


Sivia terus menangis memandang foto itu. Sebuah foto kenangan yang begitu amat sangat menyakitkan. Entah mengapa, perasaan rindunya akhir-akhir ini sering datang menghampiri dirinya.
Sivia memejamkan matanya. Merasakan aliran darahnya berjalan dengan amat cepat. Hidungnya sesak.

“Kak, lo dimana?” Sivia menggigit bibir bawahnya. Masih dengan mata terpejam. Ia meremas foto itu dengan pelan.

Diam-diam, Ray memandangi Sivia dari pintu kamar Sivia yang sedikit terbuka. Sedikit prihatin melihat Sivia.
Ia saat ini ingin sekali mencoba membantu menenangkan Sivia sedikit. Ia memberanikan diri untuk bersuara.
“kak, gue Ray. Boleh masuk gak?” ucap Ray hati-hati.

Mendengar panggilan dari luar kamarnya, Sivia membuka matanya perlahan. Dengan mata yang menampung air, ia berusaha melihat lebih jelas. Ia mengerjapkan matanya.
“Ray? Oh, boleh.”
Sivia menghapus air mata yang tadi jatuh dipipinya. Kemudian menaruh foto yang di pegangnya tadi ke atas meja rias yang tak terlalu jauh dari tempat tidurnya. Ia menaruh foto itu dengan keadaan terbalik.

“Kak..” Ray masuk lalu menarik bangku meja rias Sivia. Ia menaruhnya di dekat tempat tidur Sivia. kemudian duduk di atasnya.
“emm, kakak kenapa? Ada masalah?” tanya Ray hati-hati.
Sivia menundukkan kepalanya. Ia berusaha untuk kembali tidak menangis. Ya setidaknya dia tak menangis di depan Ray.
“enggak kok Ray. Kakak gak ada masalah.”
“ooo. Gitu.” sebenarnya Ray sama sekali tak percaya dengan perkataan Sivia barusan. “Kak, Ray mau ngomong.”
Sivia mengangkat kepalanya. Kini menghadap ke arah Ray. “ngg. Ray, kakak mandi sebentar ya. biar agak fresh. Ray Tunggu disini aja.” Sivia tersenyum.

Ray mengangguk-anggukan kepalanya. “oh, iya Kak. Ray tunggu disini.”


***


@rumah Ozy.

Ify sedang memandang ke arah luar jendelanya. Ia memperhatikan bintang-bintang pada malam itu. Sangat indah. Seakan tersenyum memandang wajahnya.

“tadi gue udah nanya sama Kak Alvin. Katanya, Kak Rio bakal pulang dua minggu lagi. Kenapa sih lo gak langsung sms Kak Rio aja? Dia kan pacar lo Kak.” Ozy berdiri di samping Ify. Ia ikut menikmati suasana malam itu.

Yap. Ify dan Rio sudah pacaran semenjak satu bulan yang lalu. Ify yang mengutarakan perasaannya duluan. Awalnya Rio gak mau, tapi entah mengapa ada perasaan yang menyuruhnya untuk menerima saja cinta dari Ify. Tapi, sikap Rio ke Ify sangat jauuh berbeda dari sikapnya ke Sivia. Ia tak pernah menghiraukan Ify. Paling sms aja. Jalan bareng? Kaga pernah. Dicuekin mulu. Tapi, Ify tetap bertahan dengan sikap Rio. Mungkin Rio masih butuh waktu, fikirnya.

“enggak papa.” Jawab Ify singkat. Ia tersenyum mendengar jawaban dari Ozy.
“emangnya lo kenapa sama Kak Rio? Berantem?”
“enggak.”
“trus?”
“gue mau ngasih kejutan.” Ify tetap tersenyum.
“ooo”

Ozy membulatkan bibirnya. Merasa sedikit puas dengan jawaban Ify.
“oiya, kak, gue mau curhat.” Ucap Ozy.
“hmm?” Ify tetap memandang langit. Sebenarnya dia ogah-ogahan juga dengerin orang curhat. Tapi kalau udah dia yang curhat, bbeh. Pasti gak ada stopnya. Apalagi tentang Rio.

“gue suka sama cewek.” Curhat Ozy.
1 detik, 5 detik, 10 detik.. hening.
Dan apa kalian tahu respon Ify secara tiba-tiba? Ini dia.
“ooo”
Ozy mengangkat alisnya. Matanya melotot memandang Ify. Kesal. Itulah perasaannya saat ini.

“Cuma -ooo- ?” Ozy mendecakkan lidah. “Cuma itu tanggapan lo kak? bete gue sama elo Kak. Aaah.”

Ozy berlari keluar kamar Ify. Ia terlihat kesal sekali dengan kakaknya. Beda banget sama Sivia yang setia nampung curhatan Ozy dulu sewaktu masih tinggal bersama.
Sivia?

‘ hm. Andai aja Kak Sivia masih disini. Pasti gue gak bakalan di cuekin kayak gini.’ Ozy membatin. Lalu ia memilih pergi ke kamarnya untuk menyiapkan barang-barang MOS besok.


***

Ray melihat kesekeliling kamar Sivia. Makin hari makin rapih saja kamar itu menurutnya. Matanya berkeliling melihat ruangan Sivia. Sampai di atas meja rias, ia melihat selembar foto yang tadi di pegang Sivia. Ada perasaan batin yang menyuruh Ray untuk melihat siapa yang ada di foto itu.
‘ itukan foto yang tadi Kak Sivia pegang ’ batin Ray.

Ray berdiri berjalan ke arah meja rias itu.

“gue liat gak ya? siapa tau aja kan ini foto keluarganya Kak Sivia.” Ray sudah menyentuh foto itu. Bersiap untuk membaliknya. Tapi,
“ah, enggak. Gue gak boleh sembarangan.” Kemudian Ray kembali, lalu duduk di bangku yang tadi dia duduki.
Ia nampak berfikir tentang apa yang membuat Sivia menangis.
“aaah. Tapi gue penasaran!” Ray menggaruk-garuk kepalanya. “gue liat aja ah.”
Ray kembali berjalan ke meja itu. “Sorry Kak. Gue cuman pengen tahu apa yang bikin elo nangis.”

Ray sudah memegang foto itu. Kemudian dengan perasaan gugup, ia memberanikan diri untuk membaliknya. Dan, taraaaaaa.



“apaaaa?” Ray shock. Betapa kagetnya Ray melihat seseorang yang ada di foto itu.
“ini kan.. sahabatnya Kak Cakka..” Ray mengatur detak jantungnya yang berdetak sangat cepat. “Kak Rio ?” bisik Ray.

Tiba-tiba, terdengar suara Sivia keluar dari kamar mandi. Ray buru-buru menaruh kembali foto itu. Lalu segera duduk di bangku tadi seperti posisi semula. Menganggap tak terjadi apa-apa.

“sorry ya Ray. Kakak kelamaan ya?” Sivia keluar dari kamar mandi. Tapi udah pake setelan baju tidur loh ya. mana mungkin Sivia keluar dari kamar mandi pakai handuk.

“eh, ngg. Enggak papa.” Ray mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia mengatur nafasnya secara perlahan.
Sepertinya Sivia tak menyadari kepanikan Ray. Sivia tersenyum lalu langsung duduk di tempat tidurnya.
“oh iya, tadi Ray mau ngomong apa?” tanya Sivia lembut. Berbeda sekali dengan Sivia yang tadi. Sebentar saja Sivia sudah bisa merubah suasana hatinya.

“em, itu Kak. Hari Sabtu di sekolah Ray sama Kak Cakka ngadain acara persami. Nah, Kak Cakka kan sibuk jadi panitia acara. Jadi, gak ada yang jagain Ray kak.” Ucap Ray tanpa basa-basi. Dia sudah bisa mengatur situasi saat itu.

Sivia mengernyitkan dahinya. Masih sedikit tak mengerti dengan ucapan Ray tadi.
“terus?” Sivia masih membutuhkan sedikit kejelasan dari Ray.
“emm. Itu. Kak Sivia mau gak jagain Ray disana? Soalnya kata Kak Cakka, kalau Kak Sivia gak mau jagain Ray, Ray gak dibolehin ikut Kak. Padahal Ray pengen banget ikut acara persami itu.” Ray memasang wajah melas. Berusaha mencoba menarik perhatian Sivia. Berharap Sivia menyetujui permintaannya yang satu ini.

“tapi…” Sivia terlihat berfikir.
Ray terlihat sedih mendengar satu kata dari Sivia itu. Sepertinya Sivia tidak akan menyetujui permintaannya.
“tapi Kakak kan belum jadi murid di situ. Emangnya boleh ikut?” Sivia melanjutkan kalimatnya.

Ray melebarkan matanya. Berusaha memaknai kata-kata yang terucap dari Sivia. Dalam kata lain, Sivia menyetujui permintaannya. “Tenang aja kak. Kan ada kak Cakka yang penanggung jawab semuanya. Pasti Kak Sivia bisa ikut. Kan kak Sivia bakalan jadi murid juga di sekolah Putra Bangsa. Jadi Kakak mau kan? Mau kan? Mau kan?” mata Ray berbinar. Ia terlihat senang. Seperti anak kecil yang berhasil merengek pada mama mereka untuk meminta dibelikan permen.

“hm. ya udah kalau itu mau kamu. Kakak pasti ikut buat jagain kamu.” Ucap Sivia.
Waw. Ray langsung loncat-loncat di kamar Sivia. “yeyeyeyeyeyyyy. Gue ikut persamiiiiiiiii. Horeeeeeee.. yeyeyeyey..”

Sivia tersenyum kecil melihat tingkah konyol Ray. Ia merasa senang jika dirinya bisa menyenangkan hati orang lain. Walaupun sampai saat ini, hatinya masih merasa sedih karena teringat seseorang.
Seseorang? Yah. Mengingat hal itu, senyum Sivia kembali sirna. Ray menyadari hal itu.

Ray berhenti bersorak. Kemudian kembali duduk di bangku tadi.
“em, kakak, kenapa?” Ray menyentuh pundak Sivia. Ray teringat akan foto yang tadi dilihatnya secara diam-diam. Ia yakin pasti orang yang ada di foto tadi yang membuat Sivia seperti ini.
“emm..” Sivia terlihat ragu untuk bercerita pada Ray. Ia masih sedikit tak enak untuk berbagi kesedihannya.
“kakak cerita aja sama Ray. Yah setidaknya Ray tahu apa yang buat Kak Sivia jadi gini.”
Sivia memandang Ray tersenyum. Ray melepaskan tangannya dari pundak Sivia.
“kakak kangen sama seseorang, Ray.” Ucap Sivia. sepertinya ia percaya pada Ray. “udah lama kakak gak ketemu sama orang itu.”

Ray mengangguk pelan. ‘ apa seseorang yang dimaksud Kak Sivia itu Kak Rio? apa Kak Sivia sama Kak Rio sudah saling kenal? Apa hubungan antara mereka berdua?’ Ray membatin.

“kakak kangen sama siapa? Anak panti?” Ray mencoba memancing Sivia. berharap Sivia akan menyebutkan nama ‘RIO’ dalam ucapannya.

Sivia tersenyum tipis. “kakak kangen sama orang yang membuat kakak merasa tenang setiap saat.” Ray serius mendengar curhatan Sivia. Memang Sivia tidak menyebutkan siapa yang dirindunya saat ini.
Ia hanya mencurahkan hatinya tentang perasaan rindunya saja pada Ray.

Setelah lama berbincang,
“hm. Ya gitu deh. Jadi, kakak pengen ketemu sama dia.” Sivia tersenyum manis. “tapi, itu kalau Tuhan mengijinkan.” Harap Sivia.

‘ apa bener orang yang dimaksud Kak Sivia adalah Kak Rio? Apa mereka pernah ada hubungan di masa lalu ya? ’

“Ray! Ray! Hello?” Sivia mengguncang pelan tubuh Ray. Ia bingung melihat Ray melamun.
“eh, kenapa Kak?” Ray sadar akan lamunannya.
Sivia tersenyum melihat Ray yang polos. “udah malem. Sekarang kamu tidur ya. istirahat. Besok kan masih MOS.” Ujar Sivia penuh perhatian. Inilah salah satu sikap Sivia yang disenangi oleh Ray. Sivia bisa memberikan rasa kasih sayang yang dirindukannya.

“ya udah deh kak. Ray tidur dulu ya.”

Ray keluar dari kamar Sivia. Ia masuk ke kamarnya sendiri. Lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

“ hm. Kalau yang kak Sivia maksud itu adalah Kak Rio, dijamin pasti harapan kak Sivia terkabul dalam waktu dekat ini. Kak Rio kan sekolah di Putra Bangsa. Dan Kak Rio bakal pulang dua minggu lagi. Tapi, yang bikin gue bingung, Kak Sivia sama Kak Rio ada hubungan apa sih?”


***

Huaaa. Selesai juga part 6.
Ada yang mau bantu menjawab kebingungan Ray?
Kasian tuh Ray kagak tau apa-apa.
Hehehe.
Maaf ya kalau pendek. Soalnya keburu waktu. Jadi cuman bisa ngepost segini deh.
Mohon dimaklumi ya kawan.

Keep wait -- CINTA KEDUA part 7 ya.
Comment please:)
Add fb gue ya. “ Resa Echa Ariani”
See you.
-Echa-

Tidak ada komentar: