Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Senin, 01 Agustus 2011

"CINTA KEDUA" PART 10

Hey guys CK part 10 datang.. Dibaca yaa. Hope you like this all :)

***

Ozy segera bangkit dari duduknya.
“eh, maaf maaf Ray. Huahahaha.” Ozy terkikik sambil memegang perutnya yang terasa geli.
“maaf? maaf apanya? Tangan gue gepeng nih elo dudukin.” Ray mengibas-ngibaskan tangan kanannya yang tadi diduduki oleh Ozy. “lagian masa lo gak nyadar sih kalo ada tangan gue lo dudukin?” Ray masih meringis kesakitan.
“hahaha. Mana gue tau Ray. Lo nya gak ngomong kalo ada tangan lo disitu (astajim-_-) Hahaha.”
“auk ah !”

Ray berdiri menjauh meninggalkan Ozy yang masih tertawa riang di taman itu. Sama sekali tak tahu diri. Sudah tangannya kurus gini. Ee, malah tambah digepengin lagi sama si Ozy. Siaaaal ! fikirnya.

***

Sivia menyandarkan Cakka di bawah pohon dekat motor Cakka. Ia membopong Cakka sendirian dengan susah payah.
“lo berat banget sih Kak! Kebanyakan dosa sih!” umpatnya.

Sivia ikut duduk di samping tubuh Cakka yang ia sandarkan tadi. Ia mengambil sapu tangan yang dibawanya lalu mengusapkannya pada wajah Cakka yang lebam.
“gue ngomong apa nih sama Pak Darmawan kalau beliau tau? Gue udah gak becus jagain Ray sama Kak Cakka.” Dengan hati-hati, ia terus membersihkan darah yang mengalir dari pelipis Cakka.

Tak lama kemudian..

Dengan kepala yang masih pusing dan berat, Cakka berusaha membuka matanya sedikit demi sedikit. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan pelan. Ia melihat seorang gadis dihadapannya sedang menatap wajahnya manis.

“Kak Cakka? Udah sadar? Alhamdulillah!” Sivia tersenyum manis. Kekhawatirannya sejak setengah jam lalu sedikit hilang karena melihat Cakka kembali sadar. Cakka membenarkan sedikit posisinya. “sejak kapan lo manggil gue pake ‘Kak’ ?” dengan cueknya Cakka melontarkan kalimat pembuka yang tak mengenakan Sivia.
“hah?” Sivia terkejut.
“biasanya juga manggil ‘Cakka sialan’ !”

Sivia memanyunkan bibirnya. “bukannya terimakasih udah gue tolongin, malah ngebahas yang gak jelas. Dasar aneh!”

Cakka sedikit tersenyum mendengar kekesalan Sivia. “Aduh duh aduh.” Cakka memegangi sudut bibirnya. Mungkin efek tersenyum tadi membuat luka di ujung bibirnya terasa.
“eh, kenapa kenapa Kak?” Sivia mencoba melihat apa yang membuat Cakka meringis. “astaga? Ternyata disitu juga luka ya? gue gak liat.” Sivia mengeluarkan sapu tangannya lagi dari dalam tas.
“mana sini gue bersihin darahnya.” Sivia mengarahkan wajah Cakka ke arahnya dengan kedua tangannya. Dengan telaten, ia membersihkan luka di sudut bibir Cakka akibat bogeman preman-preman tadi.

Tanpa sadar, Cakka memperhatikan Sivia. Gadis yang tiba-tiba masuk di kehidupannya ini membuatnya sedikit terhibur. Setidaknya ada yang dikerjain di rumah selain Bi Inem, pembantunya.
Cakka mengembangkan lagi sedikit senyum di bibirnya.

‘ Ni anak kuat juga mentalnya ngadepin gue. Ckckck. ‘ Cakka bergumam dalam hati. Senyum manisnya masih menghiasi wajahnya yang sedikit lebam akibat perkelahian tadi.

“kenapa lo senyum-senyum Kak?” Sivia menyadari bahwa sudut bibir Cakka yang ia bersihkan lukanya, sedikit mengembang.
“mau tau aja lo!” ucap Cakka yang di balas oleh rengutan oleh Sivia.

“eh! buruan bersihin lukanya. Gua capek nih. Mau pulang.” Rengek Cakka.
“iya iya. Udah kok. Tinggal gue obatin ntar dirumah supaya gak tambah sakit.” Sivia memasukkan sapu tangan yang penuh dengan bercak darah Cakka ke dalam tas kecilnya. Ia kemudian berdiri. Melangkahkan kaki ke arah motor Cakka yang diparkir tak jauh darinya.

“eh eh eh! Mau kemana?” bentak Cakka. Sivia berhenti melangkah ketika pergelangan tangannya di genggam kuat oleh Cakka.
“ish apaan sih lo Kak? Ya gue mau pulang lah. Kan udah selesai. Emangnya mau nginep disini? Ogah deh.”
“heh! lo gak liat gue babak belur gini?” tanya Cakka
“liatlah.” Jawab Sivia enteng.
“ya udah.” Balas Cakka.
“yaudah apanya?” Balas Sivia lagi.

“astaga! Lo gak ngerti? lo bego banget sih jadi manusia? Bantuin gua berdiri kek. Nuntun gue kek. Bopong gue kek. Gue kan lagi babak belur gini. Mana kuat berdiri sendiri!” omel Cakka.

“astaga! Lo kan kuat! Preman lagi. Masa berdiri aja gak bisa?” bantah Sivia.
“heh! Gue bukan preman!” elak Cakka sambil berdiri sendiri dengan berpegangan pada pohon yang disenderinya.
“apa? Lo bilang bukan preman? Trus kalo bukan preman, kenapa tadi pukul-pukulan sama preman?”

Cakka sedikit kaget. Wajahnya cengo. Sesaat ia terdiam.
“Mmm Oke. Lo liat?” tanyanya pelan. Ia tak menyangka ternyata Sivia sudah mengetahui semuanya. Ia berharap Sivia tak tahu apa masalah sebenarnya antara Cakka dan kedua manusia bringas tadi. Semoga..
“Iya gue liat. Lo ada apa sih sama mereka, Kak?”
Fiuuh. Cakka menghela nafas berat. Syukur Sivia tak tahu. Kalau tahu, bisa gawaaaat! Cakka membatin.
“Kak? Woooy!” Sivia mendorong sedikit bahu Cakka sehingga ia sedikit limbung.
“eh eh eh ” Cakka yang tak siap dengan keadaan akhirnya melayang jatuh tersungkur (lagi) ke tanah.

Gedebuukk.
“waaadooh” Cakka meringis kesakitan. “SIVIAAAAA!!!”

***

Suasana restoran itu begitu nyaman. Udaranya juga sejuk. Hiasan-hiasan dinding membuat tempat itu lebih manis. Shilla dan Gabriel yang sudah membeli beberapa lusin gelas plastik, langsung duduk di restoran itu untuk sedikit mengisi perut.

“Kak, gimana lo sama Kak Agni?” Shilla membuka obrolan. Ia memperhatikan Gabriel sambil menyeruput es jeruknya.
Gabriel sedikit tersedak mendengar pertanyaan Shilla. Namun, dengan cepat, ia bisa kembali mengendalikan keadaan. “Gue? Ya begitulah.” Ucapnya sekenanya.

Shilla tersenyum mendengar jawaban Gabriel. “begitu gimana maksudnya Kak?”
“yaa.. biasa aja.”
“biasa gimanaa?” Shilla sedikit menggoda Gabriel.
“yaa layaknya orang pacaranlah. Gimana sih? Kayak lo sama Cakka.” Ucap Gabriel jengkel. Uupps, sepertinya Gabriel salah mengeluarkan statement.

Shilla yang mendengar nama ‘Cakka’ disebut-sebut langsung menundukkan kepalanya. Senyum manisnya hilang entah kemana. Ditiup angin mungkin (?)

Gabriel merutuki dirinya. Kenapa disaat seperti ini, ia malah salah mengeluarkan kata-kata yang membuat gadis pujaannya kembali sedih.
“eh, sorry Shill. Gue bukan bermaksud--”
“--gak papa kok Kak!” Shilla memotong perkataan Gabriel. Dan senyum itu kembali menghiasi wajahnya. Namun, bukan senyum tulus melainkan senyum pahit.

“eh, udah gak usah dibahas. Mendingan obrolin yang lain yuk Kak.” Shilla kembali bersemangat memakan nasi goreng yang dipesannya tadi.
“bener nih gak papa?” Gabriel masih terlihat khawatir.
“iya. Oh iya kak, si Alvin gak pernah cerita tentang gebetan ya?”
Gabriel kembali tersenyum melihat Shilla yang kembali ceria. Tanpa sadar ia kembali memperhatikan wajah cantik Shilla. Lama.. Ia memikirkan bagaimana mungkin Cakka menyia-nyiakan gadis baik dan cantik seperti Shilla. Hanya orang bodoh yang melakukan hal seperti itu.

“Kak? Hoy?” Shilla melambai-lambaikan (lagi) tangannya di depan Gabriel. Gabriel pun sadar.
“eh eh, kenapa Shill? Mau nambah ya?”

Yap. Lagi-lagi Gabriel menjadi orang yang linglung. Entah mengapa, jika sedang bersama gadis yang ada dihadapannya ini, ia menjadi lebih sering melamun. Dan jika ditanya kenapa, ia malah balik bertanya dengan pertanyaan bodoh seperti tadi.

“Kak? Lo tuh sakit ya? Daritadi kayaknya melamun terus. Ada masalah ya? Mau cerita ke gue?” Tanya Shilla bertubi-tubi.

‘ Iya gue ada masalah! Dan masalah gue itu elo Shill! Elo!! ’ batin Gabriel.

“Ah? Enggak kok. Aku gak papa. Perasaan kamu aja kali Shil.”

‘ What? Gue ngomong apa tadi? Aku-Kamu? Aaarrggh! ‘ erang Gabriel dalam hati.

“Apa?” Tanya Shilla.
“eng, maksud gue, itu.. Perasaan lo aja kali Shill.” Jawab Gabriel berusaha menetralkan suasana.
“Oh, iya .” balas Shilla. Di dalam benaknya saat ini mungkin Gabriel sedang ada masalah. Dan dirinya tak berhak tahu apa masalah itu.

***

“Kak Alvin!”
Alvin menoleh mendengar namanya dipanggil. Ia memperhatikan Ray yang lari tunggang langgang dari kejauhan sedang menghampirinya.
“Ray?”
Tak lama kemudian, Ray sudah berdiri di hadapan Alvin. “Ada apa?” tanyanya.
“Kak, boleh pinjam hp gak? Mau nelfon Kak Cakka. Abisnya daritadi gak ada kabarnya.” Ray berkata sambil ngos-ngosan. Nafasnya satu dua.
“Boleh. Nih!” Alvin memberikan botol minuman kepada Ray. Sesaat Ray bengong. ‘ Kak Alvin tuli apa ya? Gue kan pinjam hp. Kok malah dikasih botol? Hp sama botol kan jauh banget ’ benaknya.

“Minum dulu. Ntar dehidrasi looh.” Alvin mengerti apa yang membuat Ray terdiam.
“ooh. Thanks Kak!” Ray meneguk air itu. Setelah tenang, ia memberikan kembali kepada Alvin.
“Nih hp-nya. Gue tinggal dulu ya. Kalo udah selesai, taro aja di dalam tas gue noh!” Alvin menunjuk sebuah tas tak jauh darinya.
“Oke Kak!” Dengan cepat Ray menekan nekan tuts hp untuk menghubungi nomor Cakka.
Tuuuuuut.. Tuuuuttt..
“Halo?” jawab suara di sana.
“Halo? Kak Cakka ya?” Tanya Ray.
“Yaiyalah. Gue Cakka. Kenapa Ray? Kok lo make hp nya si Alvin? Alvinnya kemana?”
“Woooy Kak Cakka! Lo bawa Kak Sivia kemana sih? Terus daritadi di telfonin gak diangkat. Ada apa?” Tanya Ray dengan suara yang amat sangat nyaring. Mungkin sudah dongkol dengan perbuatan-perbuatan Cakka yang mengkhawatirkan.

“Wees. Santai kenapa sih Ray? Ntar Sivia kesana jagain lo. Beres kan? Udah ya! Gue ngantuk. Sampein salam ke Alvin sama Gabriel ya! Bye!”
Tuut Tuut Tuut..

Ray melihat layar hp Alvin sekilas. Cakka sudah menutup telfonnya tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Apa sih maunya Cakka? Ray geregetan dengan kakak semata wayangnya itu.

‘ Kak Cakka tadi kemana ya? Awas aja kalau Kak Cakka berani kerjain Kak Sivia! ’ Ray kembali melihat layar hp Alvin. Ia ingin mencoba menelfon nomor Sivia. Tapi tunggu. Tunggu dulu. Saat Ray benar-benar memperhatikan layar itu, ia kaget bukan main. Tangannya seketika melemas. Jantungnya berdetak kencang. Nafasnya tercekat. Kepalanya terasa panas melihat wallpaper yang begitu menyayat hatinya terpampang di hp Alvin.

‘ Acha? Sa.. Sama.. Kak Alvin? ’
Seketika itu juga Ray langsung terduduk di tanah. Matanya terpejam. Apa iya dia sudah kalah telak dengan kakak kelasnya sendiri? Ternyata gadis yang diam diam disukainya telah memiliki kekasih..

***

Jeng jeng jeng! Penulis balik. Hahaha. Setelah sekian lama akhirnya part 10 bisa muncul juga. Anak anak ning yang udah nunggu, nih special buat kalian semua. Kak via, Fitra, kak Tika, kak Yessy, Naila, Fitri, Shyfa (pembaca setia), Kak Maiia, Sarah, pokoknya semuaaaa deh :)
Btw, Ada yang bisa kasih tahu sama Ray gak kalo dia cuman salah paham? Hiks. Hiks. Gak tega deh.
Anyway, keep comment ya Guys! I hope you like this part.
Keep Wait --> CINTA KEDUA part 11. Mungkin agak lama gue lanjutinnya. Mau focus ulum semester satu sih.. Sorry guys :)

See you
-Echa-

Tidak ada komentar: