Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Senin, 01 Agustus 2011

"CINTA KEDUA" PART 7

Ass.
Balik lagi bareng gue. Sorry yah lama banget ngepostnya.
Ya udah deh. Langsung aja.
Happy reading!

***

Sudah kurang lebih enam hari Sivia menemani Ray dan Cakka di rumah megah nan mewah itu. Perilaku Ray pada Sivia sih biasa-biasa aja. Tapi kalau Cakka? Gak usah ditanya. Setiap hari Cakka menyuruh Sivia ini itu. Mulai dari pasangin dasi tiap mau pergi sekolah, rapihin kamar, nyuciin baju, sampai sediain makanan. Pokoknya semua ditugaskan ke Sivia.


***


Hari ini adalah hari dimana acara persami akan dimulai. Sivia membantu Ray berbenah untuk keperluan persami. Sementara Cakka ?

“gue bilang putus ya putus!! Apa kurang jelas ya?!” Cakka berbicara pada seseorang di telfon.
“tapi, gue gak bisa terima gitu aja Kak. Lo mutusin gue tanpa sebab. Gue kurang apa sih sama elo Kak?”
“lo? Lo mau tau apa kekurangan lo? Tanya aja sana sama tembok!” Cakka meninggikan suaranya.
“tapi, Kak, gue..”
“udah deh Shil ! lo tau kan kalau gue tuh orangnya bosenan! Jadi, lo gak usah gangguin gue lagi. Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi. PUTUS !”
Tuut. tuut. Tuut.

Cakka melempar handphone-nya ke tempat tidur. Kemudian kembali membereskan barang-barang yang akan dibawa untuk kemah nanti. Ia menyiapkan sikat gigi, satu baju, satu celana, dan satu jaket. Dimasukkannya semua barang-barang itu dalam satu tas. Setelah selesai, ia membanting tubuhnya ke tempat tidur. Mencoba menenangkan fikirannya. Mencoba mendinginkan kepalanya yang terbakar oleh amarah.
“apa sih mau lo Shil ? heboh banget gue putusin !”


***


Di kamar sebelah, Ray dan Sivia menghentikan pekerjaan mereka sejenak. Mereka berdua mendengar, lebih tepatnya menguping, semua omelan-omelan Cakka yang mereka tak tahu ditujukan untuk siapa.

“kayaknya udahan deh kak marahnya.” Ujar Ray. Ia menjauhkan telinganya yang tadi ditempelkan ke dinding kamar pembatas antara kamarnya dengan kamar Cakka.
“iya. Buktinya suaranya udah gak kedengaran.” Sivia mengikuti Ray. Ia juga menjauhkan telinganya dari tembok.

Ray kembali memasukkan barang-barang keperluannya ke dalam tas yang akan dibawanya.
“kakak kamu kenapa sih Ray?” tanya Sivia. Ia duduk di kursi meja belajar Ray.
“biasa Kak.”
“biasa apanya maksud kamu?” Sivia ingin tahu.
Ray hanya tersenyum mendengar pertanyaan Sivia. Setelah selesai memasukkan barang-barang keperluannya, ia mengambil sebuah apel dari lemari es yang ada di kamarnya. Lalu duduk di tempat tidurnya.

“biasa Kak. palingan mantan-mantan Kak Cakka minta balikan.” Ray memakan apel yang diambilnya. Ia mengunyah apelnya pelan.

Sivia mengernyitkan dahi. Mungkin tak mengerti dengan penjelasan singkat Ray tentang Cakka.
Ray mengarahkan pandangannya ke arah Sivia. Ia menyadari kalau Sivia masih membutuhkan sedikit kejelasan.

“jadi gini. Kak Cakka itu gak pernah pacaran dalam waktu yang lama. Palingan dua atau tiga minggu. Habis itu putusan. Nah, mantan-mantan Kak Cakka itu sama sekali gak terima kalau mereka diputusin tanpa sebab.” Ray mengambil jeda.

“ Tapi, kalau Ray fikir-fikir, kenapa juga mereka mau pacaran sama Kak Cakka yang jelas-jelas sama sekali gak ada seriusnya kalau pacaran.” Ray menjelaskan panjang lebar perihal salah satu sifat Cakka ini. Menurutnya, gak ada salahnya kan certain aib kakaknya di depan Sivia?

“jadi yang dimarahin sama kakak kamu tadi salah satu mantannya?” Sivia melotot. Ia sama sekali tak terima dengan perlakuan Cakka yang satu ini. Suka mainin cewek. “mantannya itu diputusin tanpa sebab?” Sivia memasang ekspresi terkejutnya. “kok kak Cakka tega banget sih?” Sivia terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada Ray.

“yaelah Kak. Satu-satu dong pertanyaannya. Serius amat.” Ray sedikit tertawa melihat kelakuan Sivia. jarang-jarang loh Sivia mau melotot di hadapannya.

“biar Ray perjelas. Jadi, yang nelfon Kak Cakka tadi pasti Kak Shilla. Setahu Ray, kak Cakka lagi pacaran sama Kak Shilla minggu-minggu ini. Dan kalau Kak Cakka udah mutusin hubungan dengan Kak Shilla, itu berarti Kak Cakka udah nemuin cewek lain yang lebih dari kak Shilla.” Jelas Ray lagi. Ia kembali memakan apel yang ada ditangannya. “pasti kak Cakka ngomel gara-gara Kak Shilla ngebet minta balikan.”

Sivia manggut-manggut mendengar penjelasan dari Ray. Ia tak menyangka. Menurutnya, sifat Cakka yang suka mainin cewek ini sudah keterlaluan. Tapi tunggu deh. Apa tadi bilang Ray? Mutusin tanpa sebab? What? Itukan pernah Sivia lakuin sebelumnya. Dia mutusin Rio tanpa sebab. Ia tak tahu betapa menderitanya Rio tanpa dirinya. Dan betapa menderitanya dirinya tanpa Rio.

“Kak Rio..” bisik Sivia pelan. Namun, apakah Ray dengar? Yap. Ternyata Ray mendengar ucapan Sivia barusan. Ray mendongakkan kepalanya. Kaget dia. Ia melihat Sivia sedang menerawang. Fikirannya terlihat kosong. Ia memandang ke luar jendela kamar Ray.

‘ ternyata benar orang yang dimaksud Kak Sivia itu Kak Rio. Ya tuhan. Apa jadinya kalau ntar Kak Rio ketemu sama Kak Sivia? ’ Ray membatin.

Tok.tok.tok.
Seseorang mengetuk pintu.
“non Sivia di dalam? sarapan dulu non.” Ucap Bi Inem dari luar kamar Ray yang sedikit terbuka.
“eh, iya Bi.” Ucap Sivia. lamunannya buyar setelah mendengar seruan dari Bi Inem. “Ray udah sarapan belom?” tanya Sivia pada Ray yang lagi bengong.
“eh, udah Kak tadi.” Ray tersadar juga dari lamunannya.
“oh, kalau gitu temenin Kak Sivia makan yuk.”


***


Cakka masih terdiam di kamarnya. Bingung juga kenapa setiap putusan, pasti mantan-mantannya pada ngebet minta balikan. Sebenarnya sih oke-oke aja kalau mereka stay cool. Tapi masalahnya, setiap Cakka nampang di hadapan mereka, pasti dikejar-kejar abis-abisan. Belum lagi ditambah sama anak-anak cewek yang belum kesampaian jadi pacarnya Cakka. Weeeis. Pasti mereka menjalankan jurus pedekate secara terang-terangan.

Selama Cakka menjalin hubungan ‘ tanpa keseriusan ’ dengan cewek-cewek di sekolahnya, ada satu cewek yang berbeda dari mantan-mantannya yang lain. Cewek itu menerima keputusan Cakka untuk memutuskan hubungan cinta mereka. Sangat berbeda dengan cewek-cewek lain yang pernah Cakka pacarin.

Flashback on_

Di suatu taman yang sepi, terlihat satu anak laki-laki dan satu anak perempuan sedang duduk berdua di bangku taman. Sepertinya mereka berdua sedang membicarakan hal yang serius.

“sorry Ik. Gue rasa kita udahan aja.” Ucap yang laki-laki santai.
“Oik ngerti kok Kak. Kalau emang itu mau kakak, Oik sih terima-terima aja. Toh itu kan emang sikap kakak.” Ucap yang cewek penuh pengertian.
Yang cowok tersenyum simpul.
“thanks ya Ik.”
Yang cewek juga ikut tersenyum.
“em, iya. Ngomong-ngomong, siapa gantinya ?” tanpa babibubebo, anak yang cewek melontarkan kalimat menggoda. Seakan-akan sangat mengerti dengan kebiasaan yang cowok.
“eng..” yang laki-laki ragu untuk menceritakannya.
“hehe. ya udah kalau kakak belum mau cerita sama Oik. Oik bakal ngerti kok Kak.” Kata yang cewek syarat akan kedewasaan.
“sekali lagi thanks ya Oik. Lo emang paling ngertiin gue.”

Akhirnya mereka berdua pulang ke rumah masing-masing.

Flashback off_

Cakka tersentak setelah mendapati handphone-nya berdering. Cakka menjangkau handphone-nya. Setelah dapat, ia melihat 1 message received di layar hadphone-nya. Ia membuka pesan itu. Membacanya dengan teliti dan,

“SIALAAAAAN ! ” teriaknya.
Cakka segera memgambil tasnya. Lalu di rangkul di pundaknya. Kemudian bergegas mengambil kunci motor yang berada di atas meja belajarnya. Kemudian berlari secepat mungkin.

***

“ini Non sarapannya.” Ucap Bi Inem seraya memberikan sepiring nasi goreng ke hadapan Sivia.
“makasih Bi. Jadi ngerepotin.”
“ah, gak papa non.”
“iya Kak. Anggap aja rumah sendiri.” Ucap Ray yang langsung mengambil tempat duduk di sebelah Sivia.

Sivia tersenyum mendengar ucapan-ucapan dari Bi Inem dan Ray. Tinggal di rumah ini saja sudah bersyukur. Apalagi diperlakukan seperti ini.

Sivia mengambil sendok dan garpu yang tersedia di samping kanan dan kiri piringnya. Kemudian ia menyendokkan sesendok nasi. Sivia membuka mulutnya, bersedia untuk memasukkan nasi goreng itu dan..

“SIVIAAA !!! Lo mesti ikut gue sekaaaarang.” Perintah Cakka sambil lari-lari menghampiri Sivia.
Sivia mendecakkan lidah. Kemudian menaruh sendok dan garpu yang ia pegang. Ia heran melihat Cakka yang lagi panik.

“lo kenapa sih? Buru-buru banget !” Sivia melihat nasi gorengnya yang belum sesuap pun ia makan. “gue masih sarapan. Bukannya ngumpul di sekolah jam sembilan ya?” Sivia melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya.

“sekarang masih jam setengah delapan tau.” Sivia duduk kembali di bangkunya. “lagian gue kan perginya barengan sama Ray. Jadi, lo silakan aja pergi duluan.” Sivia kembali menyendokkan nasi gorengnya. Kemudian bersiap-siap untuk memakannya dan, apa yang terjadi?

“please ikut gue sekarang !” Cakka menarik-narik tangan kiri Sivia. “lo harus ikutin perintah gue kan?” Cakka terus memaksa Sivia.

“Lepasin tangan gue !!” Sivia berdiri meronta.
“gak! Gue gak bakal lepasin tangan lo sebelum lo mau ikut gue.”
“lepasin!”
“enggak!”
Sivia geram juga akhirnya. “iya iya gue ikuuuut !”
Mendengar itu, Cakka langsung melepas genggaman tangannya. “gitu kek daritadi.”

“kak, bukannya kakak nyuruh Kak Sivia ikut buat jagain Ray ya? kok malah disuruh ikut Kak Cakka sih?” Ray akhirnya buka suara. Setelah lama terdiam melihat tingkah laku kakaknya.

“gue ada urusan sebentar. Jam sembilan pas pasti gue bawa cewek kebanggan lo ini ke sekolah kok.” Cakka kembali mengambil handphone-nya yang berbunyi dari kantong celananya. Ia kembali membaca satu pesan singkat yang pengirimnya sama seperti beberapa menit yang lalu.
“Sialan banget sih ni orang.” Cakka berbisik pelan. Mungkin hanya dirinya sendiri yang dapat mendengar kekesalan itu.

“emangnya Kakak mau bawa Kak Sivia kemana?” Ray mencoba menyelidik. “kakak masih ingat ancaman Ray waktu malam itu kan?” Cakka berpaling ke arah Ray. “iya gue inget. Tenang aja. Cewek ini gak bakal lecet kok sama gue.” Cakka melihat Sivia yang berdiri mematung.

“ngapain lo bengong disitu? Cepetan ikut gue!” Cakka kembali menarik paksa tangan Sivia.
“bentar. Gue ambil tas sama sapu tangan dulu.” Sivia berlari kecil ke kamarnya.

Tak lama kemudian Sivia turun dengan tas ransel yang sudah berada di punggungnya. Ia berjalan ke arah luar rumah. Dimana Cakka sudah bersiap di atas motornya. Dan Ray berdiri mematung di teras rumahnya.

“Ray, semuanya udah siap kan? Nanti kalau kamu udah sampai duluan di sekolah, kabarin Kakak ya. terus kalau udah disana, jangan main jauh-jauh. Terus kalau ada orang yang gak dikenal, jangan di hirauin. Terus suruh mang Asep --> ( sopir keluarga Pak Darmawan ) jangan pergi kalau Kak Sivia belum datang, terus..”

“woy ! lo ngedongeng apa’an sih? Lo kira Ray anak umur lima tahun apa?” Cakka geram sendiri ngedenger Sivia celoteh panjang lebar. “cepetan naik! Gue keburu nih.”
“iya.iya. bawel bener. Ray ingat pesan kakak tadi ya! kalau ada apa-apa, hubungin kakak! Pinjem aja handphone kakak OSIS-nya ya. !” ucap Sivia sambil berlalu naik ke motornya Cakka.

Ray hanya mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi. Masih bingung. Sebenarnya Sivia mau dibawa kemana oleh Cakka?

***

Nah, part 7 selesai deh. Maaf ya gak bisa panjang-panjang. Soalnya keburu waktu. Banyak tugas lain yang harus diselesaikan. Hehe. Mohon dimaklumi lah.
Gimana yang part ini?
Bisa bayangin gak gimana nanti kalau Rio bakalan ketemu Sivia di sekolahnya?
Hoho.
Terus terus itu si Sivia mau di bawa kemana (kayak judul lagu tuh.) sama Cakka?
Apa diusilin? Atau ada maksud lain?
Hayooo.
Kalau anda penasaran, tunggu part selanjutnya.
---> CINTA KEDUA part 8.
See you.
Oh iya, add fb gue yaa. ---> “ Resa Echa Ariani”
Thanks before.

-Echa-

Tidak ada komentar: