Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Selasa, 28 Agustus 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART END


 

"Gw pegang janji lu Cak" Ujar Agni yang melingkarkan tangannya dipinggang Cakka, karena Cakka sudah mulai melajukan sepeda motornya.

***

Setelah semua orang terdekat Gabriel meninggalkan gedung pertemuan tempat pengumuman lomba itu, akhirnya Gabriel pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu juga. Namun sebelumnya Gabriel memutarkan kepalanya, melihat sekeliling gedung pertemuan tersebut, dan terakhir matanya tertuju pada panggung dimana sekitar tiga puluh menit yang lalu dia berdiri disana untuk menerima sebuah trophy yang saat ini ada digenggaman tangannya. Tanpa dia sadari sebuah senyum terbentuk dibibir Gabriel.

***

Cuaca Jakarta siang hari itu begitu lembab. Masih tersisa bekas hujan yang mengguyur Jakarta semalaman. Areal pekuburan itu terlihat agak becek, masih banyak genangan-genangan air yang belum diserap oleh tanah. Gabriel yang masih berseragam putih abu-abunya, sepulang dari tempat pengumuman perlombaan tadi, memutuskan untuk mendatangi makam kedua orang tuanya.

Gabriel menatap kedua nisan yang ada dihadapannya secara bergantian. Senyum yang selama ini jarang mampir ke bibirnya Gabriel, lagi-lagi terbentuk di bibirnya.

"Pa.,liat apa yang Iyel bawa???" Ujar Gabriel ke nisan Papa nya.

"Papa.,ini yang Iyel mau kasih buat papa taun kemaren.,tapi maaf pa, Iyel baru bisa kasih sekarang."

"Iyel yakin saat ini papa pasti bangga kan sama Iyel???"

"Iyel janji Pa, Iyel bakalan bikin Papa bangga terus sama Iyel. Iyel juga inget semua pesen Papa. Iyel ga bakal berantem lagi sama Abang, Iyel bakal jagain Shilla terus, dan Iyel juga bakal sayang sama Iyan.,Pa" Gabriel mengusap pusara Papanya itu.

Kemudian pandangan Gabriel beralih ke makam Mamanya.

"Ma.,sekarang Iyel beneran jadi anak mama. Darah mama sama papa sekarang ada dalam badan Iyel. Percaya atau engga Iyel bersyukur banget sama kecelakaan yang kemaren Iyel alami ma, karena gara-gara kejadian itu Iyel ngerasa bener-bener jadi bagian keluarga mama sama papa, dengan darah yang ada di badan Iyel sekarang, Iyel beneran ngerasa jadi anak mama sama papa. Iyel juga jadi tau ternyata banyak orang yang sayang sama Iyel, ternyata banyak yang pedulu sama Iyel"

"Ma.,Pa.,seandainya Iyel bisa ucapin ini secara langsung, tapi Iyel yakin papa sama mama bisa denger apa yang Iyel mau bilang sekarang"

Gabriel menghela nafas, terasa udara lembab menerpa indera penciumannya.

"Ma.,Pa.,ma kasih karena mama sama papa udah ngerawat Iyel, ma kasih karena papa sama mama udah kasih kesempatan Iyel buat jadi bagian di keluarga ini."

"Ma.,Pa.,Iyel sayang sama kalian berdua" Kalimat terakhir ini Gabriel ucapkan dengan sedikit tercekat menahan sesak didalam dadanya karena tangisan yang saat itu tidak bisa Gabriel tahan. Pundak Gabriel bergerak lembut naik turun akibat tangisnya.

"Sekali lagi Iyel bilang, Iyel sayang sama mama sama papa"

Kurang lebih tiga puluh menit Gabriel berada dipemakaman orang tuanya itu.

"Ma.,Pa.,Iyel pulang dulu ya, nanti Iyel pasti sering-sering maen kesini" Gabriel hendak berdiri dari jongkoknya, namun tiba-tiba Gabriel mengurungkan niatnya. Dia kembali ke posisi jongkoknya.

"Ma.,Pa ada satu orang yang sangat membantu Iyel jadi seperti sekarang"

"Iyel rasa orang itu sangat berarti buat Iyel"

"Dia Via, temen sekelas Iyel" Setelah itu Gabriel benar-benar meninggalkan pemakaman orang tuanya.

***

Di sebuah ruang tamu rumah berlantai dua itu, sepasang kekasih sedang duduk berdua menyaksikan sebuah acara televisi. Tiba-tiba lelaki muda yang duduk disamping kekasihnya itu meraih remote TV yang terletak di meja, kemudian menekan tombol Off.

"Kok dimatiin sih Yo.,???" Tanya Ify kekasihnya.

"Ada hal yang pengen aku omongin sama kamu" Jawab Rio.

"Penting ya, kok tampang kamu serius begitu" Ify merubah duduknya yang semula menghadap kearah TV, kini menjadi berhadap-hadapan dengan Rio.

"Fy, kita udah berapa lama sih sama-sama???"

"Hampir tiga tahun, emang kenapa kok tiba-tiba kamu nanya hal itu???"

"Fy, ma kasih ya kamu udah selalu ada disamping aku selama tiga tahun ini. Kamu juga udah setia sabar nunggu aku selama itu, aku ga tau deh gimana jadinya kalo aku ga dapat support sebesar yang kamu kasih buat aku" Terang Rio.

"Aku seneng kok Yo, bisa bantu kamu, aku juga seneng bisa selalu ada disamping kamu"

"Fy, sedikit demi sedikit masalah dirumah ini mulai berangsur-angsur membaik. Terlebih tentang Iyel, semuanya kini sudah terselesaikan. Jadi Fy aku rasa ini saatnya aku buat kasih kamu ini"

Rio mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Ify, tangan kanan Rio itu terkepal, terlihat Rio menggenggam sesuatu didalam kepalan tangannya itu.

"Itu apa Yo.,???"

Rio perlahan membuka kepalan tangan kanannya. Dan setelah kepalan tangan Rio terbuka dengan sempurna, terlihat benda mungil di telapak tangan Rio.

"Fy, kamu mau jadi bagian dari keluarga ini???apa kamu mau jadi kakak dari Iyel, Shilla sama Iyan???Apa kamu mau menjadi bagian hidupku Fy, jadi istriku???" Tanya Rio.

Dengan air mata yang tergenang di kedua bola matanya, dengan senyum bahagia yang merekah dibibir merahnya, Ify memandang bergantian kearah Rio dan telapak tangan Rio dimana sebuah cincin berada disana. Ify masih tidak percaya pertanyaan yang setelah sekian lama ia nantikan kini terdengar juga di telinganya.

"Fy.,,???"

Ify masih belum bereaksi. Malah air matanya yang terlihat semakin deras mengaliri kedua belah pipinya.

"Terima aja kak.," Tiba-tiba terdengar suara Shilla dari arah belakang mereka berdua. Ify dan Rio secara bersamaan menoleh kearah suara Shilla itu. Terlihat Shilla berdiri disana, bukan hanya Shilla namun juga Gabriel yang sudah kembali dari makam orang tuanya.

"Kak Ify, mungkin kakak ga mau punya adek kaya gw, tapi gw rasa abang adalah lelaki yang baik buat kakak" Ujar Gabriel saat itu.

"Fy.,???" Tanya Rio lagi.

Ify menghapus air matanya.

"Yel, aku seneng kok punya ade kaya kamu, kaya Shilla, kaya Iyan. Aku juga seneng banget kalian kasih kesempatan buat aku untuk jadi bagian di keluarga kalian."

"Dan Yo untuk kamu, aku udah nunggu pertanyaan itu lama.,dan kamu pikir aku bakal nolak Yo.,ga mungkin Yo,"

"Aku mau jadi istri kamu Yo" Ujar Ify seraya menatap lembut mata Rio. Tanpa membuang waktu Rio langsung melingkarkan cincin tersebut ke jari manis kiri Ify.

"Ma kasih banyak ya Fy" Ujar Rio yang langsung memeluk Ify dan mencium keningnya. Disaksikan oleh Gabriel dan Shilla.

***

Sore itu Sivia terduduk dikamarnya mengarah ke jendela kamarnya yang terbuka. Angin sepoi-sepoi meniup perlahan beberapa helai poni yang menutupi kening Sivia. Sivia masih betul-betul belum bisa melupakan kejadian tadi siang pada saat Gabriel memeluknya. Rasa malu dan tersipu kembali mendera dirinya setiap kali dia teringat akan hal tersebut. Sivia senyum-senyum sendiri. Kembali dia melakukan kebiasaannya mengembang kempiskan kedua belah pipinya secara bergantian.

"Iyeeeeellllllllllllll.," Sivia berteriak pelan. Dan tepat pada saat itu, Sivia mendengar nada dering SMS dari handphonenya. Perasaannya semakin tak karuan pada saat dia melihat siapa pengirim SMS tersebut.

"Iyel.,ngapain dia SMS gw???" Secepat kilat Sivia membuka pesan singkat dari Gabriel tersebut.


 

Vi, gw tunggu lu skrng di halaman blkng sklh.


 

Sender: Iyel.,


 

"Iyel ngajakin gw ketemu, ada apa ya???" Tanya Sivia dalam hatinya.

"Udah sore lagi" Gumam Sivia yang melirik jam wekernya, terlihat waktu sudah menunjukan pukul 16.40.

"Tapi ga pa pa deh, siapa tau ada yang penting" Tanpa berpikir panjang Sivia yang saat itu hanya menggunakan celana tiga perempat dan kemeja casual langsung pergi menuju halaman belakang sekolah dimana Gabriel sedang menunggu dirinya.

***

Dengan rokok yang baru saja dia nyalakan, Gabriel menunggu Sivia dihalaman belakang sekolahnya. Tidak terlalu lama dia menunggu, terdengar suara langkah seseorang menuju tempatnya berada. Gabriel mengarahkan pandangannya kearah suara langkah kaki itu berasal. Terlihat Sivia disana.

"Ada apa lu nyuruh gw datang kesini???" Tanya Sivia dengan berlagak kesal, padahal dalam hatinya senang bukan kepalang.

"Gw cuma mau bayar utang gw sama lu" Jawab Gabriel sama-sama dengan raut wajah juteknya.

"Utang???utang apaan lu sama gw???" Tanya Sivia tidak mengerti maksud Gabriel. Sivia pun mendekat dan kini duduk persis disamping Gabriel.

"Iya utang gw yang dulu pernah bikin lu nunggu lama disini"

Sivia teringat akan surat yang dia berikan untuk Gabriel beberapa waktu yang lalu.

"Oh itu" Jawab Sivia singkat.

"Waktu itu kan gw ga bisa dateng, jadi anggep aja hari ini adalah pengganti hari itu" Terang Gabriel tanpa menatap wajah Sivia.

"Gw udah lupa kok Yel"

"Tapi gw ga bisa lupa Via"

"Gw ngerasa hari itu adalah titik balik dimana gw tau ada seseorang yang peduli sama gw, yaitu elu" Kali ini Gabriel mengarahkan pandangannya tepat menusuk kedalam bola mata Sivia. Sivia sendiri langsung mengarahkan pandangannya kearah lain, menghindari kontak mata dengan Gabriel, dimana hal tersebut membuat dirinya menjadi salah tingkah.

"Gw cuma lakuin apa yang gw yakinin dalam hati gw Yel, dan hati gw bilang.,gw harus bantu lu"

"Ma kasih ya Via, karena lu udah susah payah masuk kedalam hidup gw yang rumit, hidup gw yang sebelumnya ga pernah gw hargain. Tapi karena lu.,gw jadi bisa ngeliat hidup dari sisi yang lain, dan sekarang gw sanagt ngehargain itu Via"

"Entah apa yang bikin lu sebegitu keras kepalanya memaksa buat bisa ngerubah pandangan gw soal hidup, lu bukan siapa-siapa gw, lu juga baru kenal gw sebentar, lu juga ga punya kewajiban buat bantu gw,"

"Gw udah pernah bilang kan Yel, Tuhan yang kasih gw petunjuk melalui hati gw.,Tuhan yang kasih petunjuk kalo lu tuh sebetulnya orang yang baik, dan saat ini Tuhan juga kasih petunjuk dalam hati gw, kalo sebenernya gw ngelakuin semua ini karena gw sayang sama lu Yel" Keduanya bertemu pandang.

"Sayang???"

"Gw masih asing dengan kata-kata itu Via, gw belum bisa sepenuhnya mengerti apa itu sayang"

"Karena itu yel, gw bakal bantu lu buat mengerti apa itu rasa sayang, gw bakal bantu lu buat ngerasain hal itu Yel, asalkan lu biarin gw tetep selalu ada didekat lu, tetep bisa sayang sama lu" Terang Sivia.

"Lu mau ngajarin gw soal kasih sayang???" Tanya Gabriel

Sivia hanya menganggukan kepalanya.

"Bisa mati berdiri gw kalo guru nya cerewet kaya lu" Ujar Gabriel yang kembali ke nada bicara sinis seperti biasanya.

"Ya iya lah cerewet.,orang yang diajarinnya juga bandelnya kaya lu" Balas Sivia.

"Tuh kan sekarang aja masih aja sama rokoknya itu, padahal udah beberapa kali gw bilang.,rokok itu jelek buat badan lu Iyeeeelll"

"Heh.,lu kan orang nya ga bego-bego amat ya, jadi lu pasti tau kan di rokok ini ada unsuyr yang namanya NIKOTIN.,itu zat yang bikin gw ga bisa gitu aja lepas dari rokok ini," Ujar Gabriel seraya mengacung-ngacungkan rokok yang menyala itu tepat di wajah Sivia.

"Aaahhh.,alesan.,bilang aja lu emang ga niat berenti ngerokok"

Tiba-tiba Gabriel mematikan rokoknya dengan membuangnya ke tanah dan menginjak-injak rokok tersebut hingga tak berbentuk.

"Puas lu???" Ujar Gabriel kepada Sivia.

"Iya donk" jawab Sivia dengan bangganya.

Saat itu Gabriel merogoh-rogoh saku celananya, dan kemudian terlihat Gabriel sudah memegang dua buah permen kojek ditangannya.

"Ini buat gw, dan ini buat lu" Ujar Gabriel seraya memberikan salah satu permen kojek itu kepada Sivia.

Sivia menerima kojek itu dengan raut wajah bingung.

"Kok buat gw, emangnya gw lagi nyoba berenti ngerokok juga???" Tanya Sivia.

"Bukan.,itu buat lu biar lu berenti cerewet" Jawab Gabriel yang membuat Sivia sedikit menekuk wajahnya.

"Udah lu makan aja tuh permen" Perintah Gabriel sambil membuka bungkus kojek miliknya dan kemudian memasukan kedalam mulutnya sendiri.

"Emang gw secerewet itu ya???" tanya Sivia lagi.

Gabriel tidak menjawab partanyaan Sivia itu, dia hanya mengerlingkan matanya kearah Sivia, yang Sivia anggap itu adalah jawaban 'iya' dari Gabriel. Akhirnya dengan sedikit rasa kesal dihatinya, Sivia pun mengikuti Gabriel membuka permen kojeknya.

Tanpa mereka berdua sadari ternyata hari sudah berganti malam.

"Vi.,lu liat itu???" Gabriel mengarahkan telunjuknya kearah langit yang malam itu dipenuhi bintang. Sivia mengarahkan pandangan matanya kearah yang ditunjuk oleh Gabriel tadi.

"Bintang maksud lu???"

"Hmm.," Jawab Gabriel

"Terus"

"Itu bintang yang bersinar buat lu, dan bintang yang bersinar buat gw adalah elu"

"Dan gw harap lu akan selalu bersinar buat gw" Ujar Gabriel yang kali ini dengan senyum dibibirnya.

"Gw janji buat itu Yel" Jawab Sivia seraya membalas senyuman Gabriel dengan sedikit tersipu.

Dengan mengulum permen kojeknya masing-masing, dengan posisi duduk yang lebih merapat, kini keduanya sama-sama menengadahkan wajah mereka masing-masing menatap bintang-bintang yang bertaburan diangkasa. Bintang yang bercahaya untuk hati mereka masing-masing.


 

Ek Rkwt

@rekscasillas

Tidak ada komentar: