Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Jumat, 17 Agustus 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 15


 

"CAKKA!!!.,tunggu dulu" Seru Agni.

Pengemudi motor itu terkejut dan kembali menghentikan deru mesin motornya.

"Heh.,darimana lu tau nama gw.,???"

"Gw kan dah bilang gw ini punya mata.,dan mata gw normal ga buta.,tuch gw liat dari baju seragam lu" Jawab Agni, menunjuk kearah dada Cakka bagian kanan dimana di seragamnya tertempel tulisan 'Cakka Nuraga'.

Cakka hanya terdiam dan tersenyum tipis menyadari kebodohannya.

"Lu juga kenal sama cewe yang namanya Via???" Tanya Agni lagi.

"Errrggghh.,kenapa sih lu nanya soal dua orang yang paling senga' di sekolahan. Pertama lu tanya soal si Gabriel itu.,kedua lu nanya soal Via.,si cewe cerewet yang selalu so'-so' an ngebela si Iyel itu. Gw kenal mereka.,tapi gw ga sekelas ma mereka berdua.,emang kenapa sih???"

"Eh lu denger ya, cewe itu emank senga'. Tapi engga kalo Gabriel"

"Akh satu cewe bego lagi nih yang ngebela si Iyel.," Ujar cakka.

"Lu cewenya Iyel ya???" Tanya Cakka.

"Kalo iya.,hati-hati lu sama cewe yang namanya Via itu, kayanya dia lagi coba deketin Iyel akhir-akhir ini" Terang Cakka dengan nada menyindir Agni.

"Udah deh.,bukan urusan lu" Jawab Agni

"Gw boleh nebeng ke sekolahan lu kan???"

"MAKSUD LO.,???Kagak ada.,!!!"

"Udah deh lu ga usah bawel.,bae dikit sekali-kali ga rugi kok.,lagian ga ngebonceng gw juga bensin lu tetep abis kan???" Ujar Agni memaksa Cakka.

Agni memang tipikal perempuan yang cukup nekat, dia akan melakukan apa saja asal kemauannya terpenuhi, termasuk mamaksa Cakka yang baru saja dikenalnya.

Cakka berpikir sejenak.

"Emang ga ada ruginya sih bonceng neh cewe.,anaknya seru juga.,aneh" Pikir Cakka dalam hatinya.

"Ya udah naek lu" Perintah Cakka.

Tak lama kemudian Agni sudah betengger di motornya Cakka.

***

Di waktu yang bersamaan namun ditempat yang berbeda, terlihat Gabriel, Sivia dan Ayahnya Sivia duduk bersama-sama di meja makan untuk sarapan pagi.

"Om, ma kasih banyak karena semalem Om udah kasih ijin saya buat tidur dirumah Om" Ujar Gabriel dengan kembali pada sikap kakunya.

"Sama-sama Yel.,kita kan memang harus saling bantu kalo lagi membutuhkan" Jawab Ayahnya Sivia. Entah kenapa ucapan Ayahnya Sivia tersebut sedikit mengusik hati Gabriel.

"Membantu???Perasaan selama ini gw ga pernah bantu orang lain. Apa iya gw se acuh itu terhadap sekeliling gw" Tanya Gabriel dalam hatinya, membuat dia menghentikan sejenak sarapannya.

"Lu kenapa Yel???kok diem???"

"Hah.,,ga pa pa kok.,"Jawab Gabriel singkat

"Ya udah kalo gitu Ayah berangkat kerja dulu ya Via" Ujar Ayahnya.

"Om jalan dulu ya Yel"

"Iya Ayah" Jawab Sivia, sedangkan Gabriel hanya menggangguk.

Setelah Ayah Sivia pergi, kini tinggal Gabriel dan Sivia duduk berhadap-hadapan diantara keheningan. Keduanya terlihat sama-sama salah tingkah, serba salah, dan bingung. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan setelah peristiwa yang terjadi diantara mereka tadi malam. Mungkin ada sedikit rasa malu di hati Gabriel karena keangkuhannya runtuh oleh tangisannya sendiri di pundak Sivia tadi malam. Sedangkan Sivia sendiri, dia merasa terlalu berlebihan dengan kata-katanya semalam tentang dia akan menjadi bintang untuk Gabriel.

"Mau pergi ke sekolah bareng Yel???" Tanya Sivia, memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

"Kayanya hari ini gw ga ke sekolah dulu deh.,ada yang harus gw selesain dirumah" Jawab Gabriel.

"Jadi hari ini lu mau pulang kerumah???" Tanya Sivia lagi.

Gabriel hanya mengangguk tanpa sedikitpun melihat kearah Sivia yang sedari tadi juga sama-sama tidak berani menatap Gabriel.

"Bagus deh kalo lu mau pulang, gw harap lu pikirin omongan gw semalem soal orang-orang yang sayang dan peduli sama lu Yel" Kali ini Sivia berkata seraya menatap Gabriel memberikan sedikit keyakinan terhadapnya.

Setelah keduanya menyelesaikan sarapan mereka masing-masing, mereka langsung pergi meninggalkan rumah Sivia dengan pakaian yang sama tetapi tujuan yang berbeda. Sivia dengan seragam putihnya abu-abunya menuju ke sekolahnya, sedangkan Gabriel yang masih mengenakan seragam yang sama dengan yang dia kenakan kemarin pergi menuju rumahnya.

***

Setibanya di sekolah, Sivia yang baru saja mau masuk ke kelasnya melihat seseorang yang sudah menunggunya di depan pintu.

"Pak Rio.," Panggil Sivia.

"Eh Via.,akhirnya kamu datang juga.,bapak udah nunggu kamu dari tadi"

"Bapak pasti mau tanya soal Iyel ya???"

"Iya Vi.," Jawab Rio dengan kepala celingukan mencari seseorang yang semalam tidak pulang kerumah.

"Bapak nyari Iyel???" Tanya Sivia

"Iya.,kok dia ga keliatan Vi.,dia ga bareng sama kamu???"

"Dia hari ini ga masuk sekolah pa.,Tapi dia bilang hari ini dia mau pulang kerumah" Jawab Sivia.

Hal tersebut begitu melegakan hati Rio. Ingin rasanya saat itu juga Rio beranjak dari tempat itu dan langsung kembali kerumahnya untuk menemui adiknya yang tidak pulang semalaman, namun tanggung jawabnya sebagai seorang guru mencegah hal itu, dan Rio terpaksa bersabar menunggu waktu sampai jam sekolah berakhir.

"Ya udah deh Vi, bapak kembali ke kantor dulu. Tapi ma kasih ya Vi buat semuanya, Iyel beruntung punya temen kaya kamu"

"Sama-sama Pak, Via juga seneng kok bisa bantu Iyel" Jawab Via

Rio meninggalkan Sivia untuk kembali menuju ke ruangannya. Tak lama setelahnya, Sivia pun berniat untuk masuk kedalam ruang kelasnya yang sudah cukup ramai oleh teman-teman sekelasnya. Namun belum juga Sivia melangkah masuk, dia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

"Via.,"

Sivia merasa sangat aneh pada saat dia mengetahui siapa yang memanggil namanya itu.

"Elu Cak.,ada apa.,tumben lu manggil-manggil gw" Ujar Sivia.

"Tuh ada yang nunggu di depan gerbang sekolah" Jawab Cakka sinis.

"Siapa???"

"Mana gw tau.,cari tau aja sendiri" Ujar Cakka yang langsung pergi meninggalkan Sivia.

Sivia yang merasa begitu penasaran, dengan masih menyelempang tas sekolahnya, dia menghentikan niatnya untuk masuk ke kelasnya dan langsung menuju ke gerbang sekolah dimana ada seseorang yang menunggunya.

Terlihat sesosok gadis muda yang dikenal Sivia.

"Lu Agni kan???"

Agni yang merasa namanya disebut menoleh kearah Sivia.

"Ada apa lu nyari gw???" Tanya Sivia.

"Sebetulnya gw nyari Iyel.,bukan nyari lu"

Tercipta sedikit ketegangan antara Sivia dan Agni. Agni yang merasa Sivia telah merebut perhatian Gabriel darinya, sedangkan Sivia merasa kalau Agni satu-satunya orang yang tidak suka dirinya dekat dengan Gabriel.

"Iyel hari ini ga sekolah.,dia pulang ke rumahnya" Jawab Sivia dengan juteknya.

"Boleh gw nanya sesuatu???" Tanya Agni

"Tanya Apa???"

"Bener semalem Iyel nginep dirumah lu???"

"Iya.,emang kenapa???"

"Gw kan dah bilang lu jangan so'-so'an perhatian sama Iyel" Terang Agni

"Apa urusan lu.,apa hak elu ngelarang-larang gw???" Jawab Sivia.

"Denger ya Ag, pertama.,gw ga so'-so'an perhatian sama Iyel.,gw emank beneran peduli sama dia. Kedua.,bukan gw kok yang minta Iyel buat dateng kerumah gw.,Iyel sendiri yang dateng, tanpa paksaan dari siapapun" Ujar Sivia dengan perasaan yang sedikit kesal dan nada bicara yang sedikit meninggi.

"Dan satu lagi Ag, gw pikir bukan masalah penting kalo Iyel datengin gw atau datengin lu, yang terpenting adalah pada siapa Iyel merasa nyaman buat bicara isi hatinya, itu yang bakal bisa bantu Iyel" Kali ini nada bicara Sivia melemah.

Mendengar ucapan Sivia, Agni hanya bisa terdiam. Dalam hatinya Agni sedikit membenarkan kata-kata Sivia, memang benar itu adalah hak Gabriel untuk memilih siapa orang yang dia percaya dan orang yang membuatnya nyaman untuk berkeluh kesah, dan saat ini orang itu mungkin Sivia, bukan dirinya.

"Kita masih dalam posisi yang sama kok Ag, kita masih sama-sama sebagai temennya Iyel, jadi kita sama-sama berhak buat peduli sama dia, tapi masalahnya Iyel yang berhak menentukan pada siapa dia percaya. Kalo pun dia ga nemuin lu, bukan berarti dia ga percaya sama lu Ag," Terang Sivia lagi.

"Kalo boleh gw tau.,memang Iyel lagi punya masalah apa Vi???" Tanya Agni, kali ini dengan nada yang lebih bersahabat.

"Kalo masalah itu, sorry Ag, gw ga berhak cerita ke elu, gw yakin suatu saat Iyel pasti bakal cerita juga sama lu kok" Jawab Sivia.

"Udah ya Ag, bel masuk dah bunyi tuh, gw masuk kelas dulu" Ucap Sivia dan langsung bergegas masuk kelas, meninggalkan Agni yang masih merenungi setiap kata-kata dari Sivia.

"Ternyata lu pilih orang yang bener Yel.,Sivia orang yang baik, dia bijaksana, dia ga egois, dia memikirkan sesuatunya bukan hanya dari sisinya, tapi dia lebih memikirkan segala sesuatunya dari sisi lu, sesuatu yang ga pernah gw lakuin buat lu selama ini Yel" batin Agni.

***

Siang hari itu, matahari telah tepat berada diatas puncaknya. Panas yang begitu menyengat, membakar seluruh lapisan bumi, tepatnya di bagian Selatan kota Jakarta.

Gabriel yang tadi pagi berniat pulang kerumahnya ternyata tidak melakukan niatnya itu. keragu-raguan masih memenuhi sebagian hatinya. Setengah hari ini dia hanya berjalan berkeliling tanpa arah tujuan dan sesekali berhenti duduk dipinggir jalan untuk mengistirahatkan kakinya.

Dalam diamnya, Gabriel kembali teringat kata-kata Sivia tentang Rio, Shilla, tentang keadaan diri Sivia dan semuanya. Dan Gabriel sedang berusaha mencerna sedikit demi sedikit perkataan Sivia, mengumpulkan kembali keyakinannya untuk kembali kerumahnya. Entah apa atau siapa yang menuntun langkah kakinya, yang jelas kini Gabriel telah berdiri di depan halaman rumahnya. Gabriel menatap tajam rumah berlantai dua itu, ingatan-ingatan tentang semua yang terjadi di dalam rumah itu menari-nari di pikirannya.

"Apa iya gw masih berhak buat berada di rumah itu???" Pertanyaan itu menyeruak di pikirannya Gabriel dan kembali membentuk keragu-raguan yang teramat besar di hatinya Gabriel.

Gabriel yang saat itu telah berada tinggal selangkah lagi menuju pintu masuk rumahnya yang saat itu terbuka sedikit, mengurungkan niatnya untuk meneruskan langkah kakinya. Gabriel lebih memilih putar badan dan melangkah menjauhi pintu rumah itu. Namun baru saja Gabriel berjalan sejauh tiga langkah, gerak langkah kakinya terhenti.

"Abb.,.,bbaaang.,.,abb.,bbang"

Gabriel menoleh kearah suara itu, dan terlihat adik bungsunya Iyan, sedang tersenyum kearahnya, dan dalam keadaan yang belum bisa bicara dengan sempurna, Iyan berusaha memanggil Gabriel dengan sebutan 'Abang', dan untuk pertama kalinya hal itu membuat Gabriel begitu tersentuh. Dia menghampiri Iyan, dan tanpa diduga, Gabriel mengangkat Iyan kedalam pangkuannya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang dan dengan perasaan bersalah terhadap adik bungsunya itu.

"Maafin abang Yan, abang udah jahat sama kamu selama ini"


 

Ek Rkwt

@rekscasillas

Tidak ada komentar: