Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Selasa, 28 Agustus 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 19

"Ma kasih ya Yel.,lu udah bikin gw ngerasa berarti banget buat lu.,ma kasih karena lu udah kasih gw kesempatan buat itu"

***

Malam yang begitu luar biasa untuk Gabriel. Malam dimana untuk pertama kalinya dia mengucapkan kata yang selama ini di hapus dalam kamus hidupnya, sebuah kata sederhana yang sebetulnya sangat mudah diucapkan "Terima Kasih".,

Gabriel berbaring diatas tempat tidurnya, menyelipkan kedua telapak tangannya dibawah kepalanya, matanya menatap langit-langit kamarnya, cahaya remang-remang kamarnya menemani dia dalam lamunannya. Pikirannya menerawang menembus ruang dan waktu ke tempat dimana seorang gadis belia pun sedang melakukan hal yang sama seperti yang dirinya lakukan.

"Via.,ma kasih karena dengan susah payah lu selalu berusaha untuk masuk ke dalam hidup gw, dan akhirnya lu berhasil Via." Batin Gabriel.

Gabriel mengambil handphonenya yang pada saat berbaring itu ia letakan diatas dadanya. Gabriel membuka kembali pesan singkat yang dia terima dari Sivia. Satu kalimat yang sangat membuat dia merasa senang adalah kalimat dimana Sivia menyebutkan bahwa dia peduli terhadap Gabriel.

Gabriel bukannya tidak menyadari sudah berapa puluh kali Sivia mengatakan hal tersebut, namun malam hari itu kata-kata tersebut begitu mengendap di hati Gabriel, begitu menguatkan hati Gabriel, begitu berarti di dalam hati Gabriel.

"Ternyata lu memang nemer-bener peduli sama gw"

"Via, lu udah buka hati dan mata gw.,ternyata dalam hidup itu memang banyak kebaikan kalo kita bisa melihatnya, dan salah satu kebaikan itu adalah elu, Via"

"Kadang gw berpikir Tuhan terlalu baik sama gw karena Dia udah kasih lu di dalam hidup gw akhir-akhir ini."

Otak Gabriel kini dipenuhi pikiran-pikiran tentang gadis bernama Sivia, seorang gadis yang baru dikenalnya beberapa bulan lalu, pada saat Sivia menjadi murid baru di sekolahnya Gabriel, namun baru satu bulan terakhir ini Gabriel bisa betul-betul merasakan kehadiran Sivia sebagai temannya. Teman.,??? Mungkin sebetulnya perasaan mereka berdua lebih dari sekedar "Teman", perasaan saling membutuhkan, perasaan saling melengkapi.

Lambat laun mata Gabriel mulai terpejam, kesadarannya hilang ditelan oleh lelap tidurnya malam itu, mungkin malam itu tidur Gabriel yang paling lelap selama hampir delapan belas tahun dia hidup. Gabriel tidur dengan sedikit tersungging senyuman di bibirnya.

***

Gadis belia yang malam itu memenuhi pikiran, hati dan raga Gabriel, belum dapat mengerjapkan matanya sedikitpun, dia merasa kalau kenyataan yang dia dapat malam hari itu akan lebih indah dari bunga tidurnya.

Sivia merebahkan badannya dengan posisi miring, sebagian tubuhnya dibalut selimut hangatnya, bersembunyi dari dingin AC kamarnya. Matanya terlihat berbinar-binar membaca berkali-kali pesan singkat yang diterimanya dari Gabriel. Senyum simpul tak lepas dari bibirnya, tersipu-sipu sendiri mengingat wajah Gabriel yang saat ini mengisi relung hatinya.

"Iyeeeeellll.,lama-lama lu bisa bikin gw gila" Gumam Sivia seraya merubah posisi tidurnya menjadi terlentang.

Sivia memeluk erat guling kesayangannya, menggigit salah satu kuku jarinya. Perasaan hangat Sivia rasakan menjalar diseluruh tubuhnya pada sat dia mengingat kejadian di halte minggu lalu. Saat pertama kalinya dia menerima satu senyuman manis dari Gabriel.

"Iyel, kenapa gw mikirin lu terus sih, rugi banget sih gw, elu mah jangankan mikirin gw, inget gw aja kagak" Sivia terlihat sedikit cemberut mengingat hal itu, tanpa dia tahu bahwa sebenarnya Gabriel pun di belahan lain kota Jakarta sedang memikirkannya juga.

"Yel, kayanya gw suka deh ama elu" Sivia mengucapkan hal itu dengan menatap kembali SMS dari Gabriel, seakan-akan pesan singkat itu bisa mewakili Gabriel untuk mendengar kata-kata Sivia tersebut.

"Kok gw bisa sih suka sama elu.,???" Sivia bertanya dalam hatinya seraya bangkit dari tidurnya, dan kini dia hanya duduk diatas tempat tidurnya itu.

"Lu tuh jutek, galak, ga ada manis-manisnya, ga ada bae-bae nya juga. Tapi gw akuin sih kalo lu lagi jutek, lu tuh keren bangggeeeet, cool abis, dan kayanya gw suka karena sikap lu itu deh" Sivia berbicara sendiri dengan senyum tersipu.

Sivia menoleh kearah meja rias disamping meja belajarnya, dimana terpampang sebuah cermin yang cukup besar. Sivia bisa melihat pantulan dirinya dari cermin tersebut, Sivia juga bisa melihat sendiri rona merah yang menghiasi pipi chubby nya malam itu.

"Iyel, gw suka sama lu.,"

"Gw suka elu Iyel.,ngerti ga sih Yel, gw kayanya suka sama lu.," Sivia berbicara dari atas tempat tidurnya ke pantulan dirinya didalam cermin tadi.

Sivia meraih bantalnya dan menutup wajahnya dengan bantal tersebut karena merasa malu terhadap dirinya sendiri.

"Aaaarrrrgggh.,Via lu beneran udah gila.," Seru Sivia sambil terus mengembangkan senyumnya.

Malam terus beranjak larut, menemani dua hati yang sedang diliputi kebahagiaan malam hari itu. Sivia dan Gabriel.

***

Malam seakan berlari begitu cepat, dihadapannya telah terpampang garis finish dan disambut ceria oleh matahari pagi.

Gabriel telah rapi dengan seragamnya pagi hari itu. Tampak lebih rapi dari hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi kemeja yang keluar dari celananya, tidak ada lagi rambut acak-acakan, rambutnya terlihat rapi, sedikit gel rambut membuat rambut bagian atasnya sedikit berdiri bergaya "spike".

Waktu seakan terhenti pada saat Gabriel turun dari kamarnya. Rio dan Shilla dalam sekejap menghentikan sarapannya, menganga melihat Gabriel yang sangat rapi pagi hari itu.

"Bang Iyel.," Ujar Shilla sambil menatap Gabriel mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

Tidak terkecuali dengan Rio, yang saat itu juga begitu terkejut bercampur bahagia melihat Gabriel yang sepertinya telah bisa menerima kenyataan hidupnya dengan baik, dan ternyata Gabriel menyikapinya dengan baik, dengan sangat baik.

"Apa sih ngeliat gw ampe pada ga ngedip kaya gitu" Ujar Gabriel dengan tetap memasang tampang cool tanpa ekspresinya. Mungkin hal itulah satu-satunya yang tidak berubah dari Gabriel. Garis wajah Gabriel yang masih kental dengan kekakuan, sinis dan dingin.

"Bang Iyel rapi banget.,???" Ujar Shilla.

"Kenapa???ga boleh.,???kamu pikir bang Rio aja yang bisa rapi.,???" Jawab Gabriel.

"Ya bukan kaya gitu, tapi kan Shilla aneh ngeliat abang rapi kaya gini.,tapi Shilla lebih seneng ngeliat abang kaya gini" Ujar Shilla tanpa berani menatap kearah Gabriel.

"Udah.,udah.,mendingan kamu sarapan Yel.," Ujar Rio yang sebenarnya dari tadi juga merasa aneh bercampur senang melihat Gabriel saat itu.

"Sory bang, gw ga sarapan dulu, gw langsung pergi aja." Jawab Gabriel

"Ini baru jam enem seperapat Yel, ga kepagian.,???" Tanya Rio

"Gw ada perlu dulu" Jawab Gabriel lagi.

"Tapi nanti lu sekolah kan.,???"

"Iya." Jawab Gabriel singkat dan langsung meninggalkan Shilla dan Rio yang masih terpaku dalam ketidak percayaannya.

***

Areal pemakaman itu terlihat sepi dan tenang, tampak seorang lelaki muda berseragam putih abu-abu sedang berada disana. Dia jongkok diantara makam kedua orang tuanya.

"Apa kabar Ma.,Iyel kangen sama Mama" Ujar lelaki muda itu yang ternyata Gabriel.

"Ma, Iyel sekarang udah tau semuanya, ternyata Iyel bukan anak kandung mama sama papa, tapi Iyel harap mama masih mau Iyel panggil dengan sebutan Mama."

"Ma kasih ya Ma, karena selama ini Mama udah sayang banget sama Iyel, Mama udah jadi ibu yang baik banget buat Iyel, Iyel sayqng banget sama mama"

Sedetik kemudian Gabriel beralih ke makam lain disebelahnya.

"Pa.,Iyel ga tau mau ngomong apa sama Papa." Gabriel menarik nafas panjang, seakan berat kata-kata yang ingin diucapkannya.

"Entahlah Papa masih mau denger Iyel atau engga, tapi satu hal yang pengen Papa denger, Iyel minta maaf Pa, Iyel minta maaf karena selama ini selalu beranggapan buruk sama Papa, Iyel selalu marah-marah soal Papa, Iyel juga ga bisa banggain Papa. Tapi satu hal yang Iyel pengen Papa tau.,sebetulnya Iyel pengen bilang sejak lama tapi Iyel ga tau gimana caranya Pa, karena Iyel terlalu mementingankan ego Iyel. Tapi sekarang Iyel tau Pa gimana cara bilangnya, Iyel cuma harus inget kalo Papa adalah Papa Iyel, Papa yang udah ngebesarin Iyel dengan baik dan Iyel mau bilang.,.,.," Gabriel menghentikan sebentar kata-katanya, mengumpulkan semua kekuatan dari dalam hatinya, dengan suara tercekat dia berkata.,

"Pa.,Iyel sayang Papa.," Setitik air mata menetes dari sudut mata Gabriel.

Kedua tangan Gabriel menyentuh pusara Papa dan Mamanya, Gabriel kemudian tersenyum.

"Iyel sayang kalian berdua.,"

***

Hanya beberapa menit saja Gabriel berada di pemakaman itu. Kini Gabriel sedang berdiri menunggu mikrolet jurusan ke sekolahnya.

"Udah jam tujuh kurang seperapat neh.,kesiangan ga ya gw.,???" Tanyanya dalam hati. Mengingat jam masuk sekolahnya hanya tinggal 30 menit lagi.

Namun tepat pada saat itu, dari kejauhan Gabriel melihat seseorang yang sedang ditodong oleh tiga orang preman. Awalnya Gabriel mengacuhkan hal itu. Namun Gabriel yang kini sedang belajar menggunakan hati nuraninya sedikit terusik, apalagi pada saat dia melihat orang yang ditodong itu adalah orang yang dikenalnya.

***

Jalan didepan pekuburan itu memang selalu lengang dan sepi. Jarang sekali terlihat kendaraan yang melintasinya.

"lu ga usah belagu deh.,gw liat dari motor lu.,lu pasti orang kaya.,jadi ga rugi kan kalo lu kasih dompet lu ke kita" Ujar salah satu preman yang sedang menodongkan sebuah pisau lipat kearah Cakka.

"Kalian tuh pengecut, beraninya maen keroyokan" Jawab Cakka yang saat itu sedang dikerumuni oleh tiga orang preman.

"Lu yang banyak omong.," Seru preman lainnya yang tiba-tiba saja menonjok Cakka, sampai cakka tersungkur.

Satu preman lain kemudian membangunkan Cakka dengan paksa dengan menarik kerah kemeja Cakka. Darah segar mengucur dari sudut bibir Cakka.

"Cepet kasih dompet lu ma kita, kalo lu ga mau babak belur" Ujar preman itu.

Tiba-tiba saja semua yang berada di tempat itu tak terkecuali Cakka kaget mendengar omongan seseorang.

"Heh.,lu betiga.,kalo berani jangan maen keroyokan kaya gitu. Dasar lu orang-orang ga ada kerjaan" Ujar seseorang itu.

"Iyel.,???" Seru Cakka. Gabriel melirik sekilas kearah Cakka.

"Lu ga usah so' pahlawan deh, ikut campur urusan orang" Kata salah satu preman itu.

"Gw ga bakal ikut campur kalo orang yang lu todong itu bukan temen gw" Kata-kata Gabriel tersebut terang saja membuat cakka bingung.

"Sejak kapan dia nganggep gw temen???" Tanya Cakka dalam hatinya.

"LEPASIN TEMEN GW.,!!!" Teriak Gabriel.

Karena tersulut emosi, ketiga preman itupun mengalihkan perhatiannya kepada Gabriel, termasuk salah satu preman yang tadi mencengkram kerah Cakka.

"Berani lu ya sama kita.," Ujar preman-preman itu. Akhirnya perkelahian pun tak dapat terelakan.

Awalnya perkelahian cukup seimbang, Cakka dan Gabriel mampu melawan ke tiga preman itu. Namun pada saat tampaknya perkelahian itu akan dimenangkan oleh kubu Cakka dan Gabriel, perkelahian itu terhenti oleh teriakan seseorang.

Gabriel merasakan perih yang sangat hebat dibagian perut sebelah kanannya, sedikit demi sedikit cairan berwarna merah kental merembes diatas kemeja seragam Gabriel yang berwarna putih, peluh membasahi kening Gabriel, giginya gemerutuk menahan sakit yang luar biasa, tangannya menekan bagian perut dengan luka yang menganga akibat tusukan pisau lipat, perlahan pandangannya mulai mengabur, tarikan nafasnya melemah, kesadaran Gabriel hilang sedikit demi sedikit, sampai akhirnya Gabriel jatuh pingsan dengan bersimbah darah.


 

Ek Rkwt

@rekscasillas

Tidak ada komentar: