Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Selasa, 28 Agustus 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 20


 

Gabriel merasakan perih yang sangat hebat dibagian perut sebelah kanannya, sedikit demi sedikit cairan berwarna merah kental merembes diatas kemeja seragam Gabriel yang berwarna putih, peluh membasahi kening Gabriel, giginya gemerutuk menahan sakit yang luar biasa, tangannya menekan bagian perut dengan luka yang menganga akibat tusukan pisau lipat, perlahan pandangannya mulai mengabur, tarikan nafasnya melemah, kesadaran Gabriel hilang sedikit demi sedikit, sampai akhirnya Gabriel jatuh pingsan bersimbah darah.

Ketiga preman itu terlihat begitu ketakutan, wajah mereka begitu panik, termasuk Cakka yang masih tidak percaya seseorang yang sering dia ejek ternyata malah menolong dia sampai terluka seperti ini.

"Kabur.," Teriak salah satu preman tersebut.

Mereka bertiga pun berlari meninggalkan Gabriel dan Cakka, namun sebelumnya salah satu dari mereka sempat mengambil handphone Gabriel yang terjatuh dari kantong celananya.

"Hey.,jangan kabur lo.,tanggung jawab lo betiga ma temen gw.," Teriak Cakka yang awalnya berniat untuk mengejar preman-preman itu, namun perhatian Cakka kini beralih kearah Gabriel yang terkulai tak sadarkan diri dipingir jalan. Cakka mendekati Gabriel dengan wajah yang begitu panik.

"Iyel.,Iyel.,bangun Yel.," Cakka menggerak-gerakan tubuh Gabriel, namun Gabriel tidak merespon.

"IYEL.," Panggil Cakka lagi. Kepanikan Cakka bertambah ketika melihat darah yang keluar dari luka Gabriel sama sekali tidak berhenti mengalir. Hampir sebagian baju seragam Gabriel kini berubah warna menjadi merah.

"Tolong.,tolong.,tolong.," Teriak Cakka mencari pertolongan.

Sayangnya daerah itu adalah daerah yang jarang sekali dilalui oleh kendaraan. Tak ada satupun terlihat kendaraan atau bahkan orang yang melintas ditempat itu.

"Iyel.,please Yel.,gw mohon lu bertahan" Cakka merasakan tarikan nafas Gabriel semakin melemah. Sampai akhirnya ada sebuah mobil pick up lewat didepan mereka. Dengan sigap Cakka memberhentikan mobil pick up tersebut.

"Stop pak.,stop.,tolong pa.,tolong.,temen saya luka.," Ujar Cakka.

"Emang kenapa de'???" Tanya supir mobil pick up itu.

"Tadi kita mau di rampok pak, temen saya kena tusuk pisau, sekarang dia pingsan pak.,tolong saya pak.,temen saya bisa meninggal kalau ga segera di tolong pak???" Ujar Cakka dengan begitu memelas memohon pertolongan dari pengemudi pick up itu.

"Ya udah.,kamu angkat temen kamu, kita bawa dia ke Rumah Sakit"

"Pak, temen saya taro di kursi depan aja, biar saya ngikutin bapak dari belakang pake motor saya"

Setelah menggotong Gabriel yang masih dalam keadaan pingsan kedalam mobil pick up nya, bapak pemilik mobil itu langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, diikuti oleh Cakka.

***

Setibanya di Rumah Sakit, Cakka segera mencari pertolongan dari dokter Rumah Sakit tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih kepada si pemilik pick up tadi, Cakka pun menyusul ke tempat Gabriel dibawa oleh sebuah brankar.

Koridor Rumah Sakit itu ramai oleh orang-orang yang berlalu lalang memenuhi setiap sudutnya. Ada beberapa pasien yang terlihat diatas kursi roda, ada juga beberapa yang sedang menunggu giliran diperiksa, atau ada juga beberapa orang yang hanya sekedar mengantar kerabat mereka yang akan berobat. Suara roda brankar begitu nyaring terdengar, menarik perhatian hampir seluruh pengunjung Rumah Sakit pagi hari itu. Brankar itu dibawa menuju ke ruang ICU, tampak seorang laki-laki muda terbaring diatasnya.

"Kamu tunggu disini aja" Ujar perawat yang tadi mendorong brankar itu kepada Cakka.

"Jangan lupa kamu hubungi keluarganya, ada kemungkinan korban kehabisan banyak darah dan mungkin butuh transfusi darah dari salah satu mereka"

"Iya sus.," Jawab Cakka singkat.

Tangan Cakka bergetar, berkeringat dingin, dia begitu ketakutan, khawatir melihat keadaan Gabriel yang sedari tadi tidak sadarkan diri.

"Gw musti hubungi siapa.,gw sama sekali ga punya nomor hp keluarga Gabriel" Cakka memutar otaknya,

"Via.," Pikir Cakka

"Akh.,sialan.,gw kan ga punya nomor hape dia juga" Cakka bertambah bingung, sama sekali tak terpikir siapa yang harus dia hubungi. Sampai akhirnya Cakka teringat sesuatu. Dia membuka tasnya, merogoh-rogoh isi tasnya, dan kemudian dia mengeluarkan secarik kertas dari dalamnya.

"Ini dia.," Raut wajah Cakka terlihat sedikit lega menemukan benda yang dia cari.

Sebuah surat pemberitahuan dari sekolahnya mengenai akan diadakannya lomba matematika antar sekolah. Namun bukan hal itu yang menarik perhatian, matanya kini tertuju pada bagian atas surat pemberitahuan itu, tepatnya pada bagian kops suratnya.

"Ini yang gw cari.,gw telpon ke sekolah aja" Ujar Cakka.

***

Ruang kelas itu begitu tenang, sunyi senyap, hanya terdengar suara guru sedang menerangkan satu materi pelajaran. Ke tiga puluh Sembilan siswa siswi yang berada didalam kelas itu fokus kearah guru tadi. Tak terkecuali Sivia, matanya memang fokus kearah papan tulis, namun pikirannya melayang ke sebuah bangku yang terletak paling belakang di kelasnya dimana bangku tersebut terlihat kosong saat itu.

"Iyel kok ga masuk sekolah ya.,???" Batinnya.

"Apa dia ada masalah lagi.,???" Pertanyaan-pertanyaan tentang Gabriel memenuhi otak Sivia. Tepat pada saat itu bel jam pelajaran pertama pun terdengar. Sivia langsung bangkit dari tempat duduknya.

'Via.,lu mau kemana???" Tanya Angel bertanya kepada Sivia.

"Gw mau keluar sebentar" Jawab Sivia.

"Kan belom istirahat Via"

"Kalo gurunya masuk bilang aja gw lagi ke toilet" Jawab Sivia yang langsung meninggalkan Angel untuk menemui seseorang.

Setelah Sivia mencari ke beberapa sudut sekolah, akhirnya Sivia menemukan orang yang dia cari baru saja keluar dari salah satu kelas.

"Pak Rio.," Panggil Sivia.

"Eh,,kamu Via, ada apa???"

"Pa'.,Iyel ga pergi ke sekolah lagi ya.,???apa dia ada masalah lagi pa.,???" Tanya Sivia kepada Rio. Terang saja pertanyaan Sivia ini membuat Rio bingung.

"Loh.,memang Iyel tidak ada dikelas Via???" Rio malah balik bertanya.

"Ga ada pa.,makanya Via tanya sama bapak"

"Tapi tadi Iyel berangkat ke sekolah kok, malah dia pergi pagi-pagi banget, dia bilang ada perlu dulu, bapak pikir dia mau menemui kamu dulu.,"

"Tapi kok Iyel ga ada ya pak.,Iyel kemana lagi ya.,???" Sivia dan Rio mulai terlihat cemas.

"Coba bapak telpon handphonenya." Ujar Rio.

"Percuma pak.,tadi pagi Via dah coba sms.,tapi smsnya pending, pas Via telpon juga handphonenya ga aktif"

"Siapa tau kali ini sudah aktif" Ujar Rio seraya mengeluarkan handphonenya dan mendial nomor adiknya Gabriel. setelah beberapa detik, Rio memutuskan sambungan telponnya.

"Masih ga aktif Via." Ujar Rio.

Ketika Sivia dan Rio sedang kebingungan memikirkan keberadaan Gabriel, terdengar Pak Duta kepala sekolah SMU 76 memanggil-manggil Rio.

"Pak Rio.,Pak Rio.,"

"Ada apa pak.,kok bapak terlihat panik seperti itu???" Tanya Rio

"Ini soal Gabriel pak.,"

"Ada apa dengan adik saya"

"Baru saja Cakka telpon, katanya Gabriel sekarang di Rumah Sakit, kecelakaan" Terang Pak Duta.

"APA.," Seru Rio dan Sivia bersamaan.

"Tapi kenapa bisa sama Cakka.,???" Tanya Sivia merasa heran.

"Kalo untuk masalah itu bapak tidak tau." Jawab Pak Duta.

"Kalau begitu saya mohon izin pak, saya harus segera ke Rumah Sakit" Ujar rio.

"Silakan.,mudah-mudahan tidak terjadi hal yang serius dengan Gabriel"

"Saya ikut pak.," Ujar Sivia.

"Via.,ini masih jam pelajaran.,kamu ga boleh bolos"

"Tapi pak.,"

"Via,,kamu ga perlu khawatir, nanti bapak akan selalu kasih tau konsidi Iyel sama kamu, sepulang sekolah baru kamu boleh datang ke Rumah Sakit"

Sivia tidak bisa membantah kata-kata Rio meskipun saat itu keinginannya untuk menemui Gabriel begitu amat besar.

"Ya udah deh.,aku tunggu kabar dari bapak ya.,"

Setelah itu dengan perasaan yang begitu tidak karuan Rio meninggalkan Sivia untuk pergi ke Rumah Sakit.

***

Rio memarkirkan motor Vega R nya di pelataran sebuah Rumah Sakit. Dia berlari-lari kecil dengan wajah paniknya memasuki lobby Rumah Sakit itu. Rio menuju sebuah meja informasi dimana dia mencari info tentang keberadaan Gabriel di Rumah Sakit tersebut. Setelah menemukan tempat yang sesuai dengan yang diberitahukan oleh petugas informasi, Rio melihat Cakka yang terlihat sedang mondar-mandir di depan pintu ICU yang tertutup rapat.

"Cakka.," Panggil Rio

"Pak Rio.," Jawab Cakka.

"Kenapa Gabriel bisa kecelakaan.,???"

Cakka menceritakan sedetail-detailnya peristiwa yang dia alami dengan Gabriel. Mendengar semua yang diceritakan oleh Cakka raut wajah Rio bertambah panik.

"Iyel.,kenapa ini terjadi sama lu, disaat lu udah mulai berubah, disaat lu udah bisa menerima semuanya dengan baik" Gumam Rio seraya membenamkan wajahnya kedalam kedua telapak tangannya.

"Maafin saya Pak.," Ujar Cakka

Rio menoleh kearah Cakka yang saat itu terlihat begitu menyesali peristiwa yang terjadi hari itu.

"Ini bukan salah kamu kok Cak.,ini sudah takdir dari Tuhan.," Jawab Rio bijaksana

"Tapi kalau tadi Gabriel ga nolong saya, ini semua ga bakalan terjadi pak"

"Udah Cakka.,ga usah menyalahkan diri kamu yah.,mendingan sekarang kita berdoa untuk kesembuhan Iyel"

***

Detik demi detik.,menit demi menit.,jam demi jam berlalu seiring dengan kondisi Gabriel yang belum menunjukan kemajuan. Gabriel masih terbaring tidak sadar di dalam ruang ICU dengan dokter yang masih berusaha untuk menyelamatkan nyawa Gabriel.

"Pak Rio.,"

"Abang.,"

Terlihat Sivia, Shilla dan Agni datang bersamaan, karena jam sekolah memang sudah selesai. Terlihat Shilla yang juga membawa Iyan dalam pangkuannya.

"Kalian.," Ujar Rio.

"Abang gimana kondisi bang Iyel" Tanya Shilla dengan air mata mengalir dipipinya.

"Kamu sabar ya Shilla.,abang kamu masih di obati dokter"

"Trus apa kata dokter pak???" Tanya Sivia dengan suara tercekat menahan tangisnya juga.

"Dokter belum kasih tau kondisi Iyel terakhir Via.," Jawab Rio.

Baru saja Rio menjawab pertanyaan Sivia, pintu ICU terbuaka, terlihat seorang dokter yang keluar dari dalam ruangan itu.

"Gimana kondisi adik saya Dok.,???" Tanya Rio yang diikuti oleh anggukan semua yang berada disitu.

"Gabriel masih belum sadar, lukanya cukuo dalam, sedikit saja hampir mengenai hatinya. Kami sudah berhasil menjahit lukanya, dan pendarahannya juga sudah bisa dihentikan, tapi dia terlalu banyak kehilangan darah, jadi kami perlu satu orang dari kalian untuk melakukan transfusi darah." Terang dokter itu.

"Aku mau Dok.," Ujar Sivia tiba-tiba

"Aku juga.,"Ujar Cakka dan Agni kompak.

"Apa diantara kalian ada yang bergolongan darah 'O' ???" Tanya Dokter itu

"Aku 'B'.," Jawab Sivia lemah

"Aku juga 'B'.," Ujar Agni

"Lalu kamu.,???" Tanya Dokter kepada Cakka

"Golongan darahku 'A' Dok.," Jawab Cakka dengan penuh penyesalan karena tidak bisa membantu Gabriel.

"Trus sekarang siapa yang bisa nolong Iyel.,???" Tanya Sivia yang sekarang sudah tidak bisa lagi menahan laju air matanya.

"Ya Tuhan seandainya saja Iyel itu memang saudara kandung Pak Rio atau Shilla.,mungkin semuanya akan baik-baik aja" Pikir Sivia dalam hatinya, pikiran yang sama dengan yang ada di otaknya Agni saat itu.

"Memang Rumah Sakit ini tidak mempunyai stock darah???" Tanya Sivia

"Kebetukan stok darah 'O' memang jarang tersedia, kalaupun kita ambil dulu ke PMI.,itu akan buang-buang waktu, dan ada kemungkinan nyawa Gabriel malah tidak tertolong" Terang Dokter

"Jadi.,.,.," Ujar Sivia menggantungkan ucapannya, tidak sanggup dia membayangkan apa yang akan terjadi pada Gabriel kalau tidak secepatnya dilakukan transfusi darah.

"Saya Dok.,saya yang akan melakukan transfusi itu.,golongan darah saya juga 'O',.sama seperti Gabriel" Ujar seseorang tiba-tiba yang dari tadi hanya diam saja.

Semua menoleh kearah seseorang itu.


 

Ek Rkwt

@rekscasillas

Tidak ada komentar: