Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Selasa, 28 Agustus 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 21


 

"Saya Dok.,saya yang akan melakukan transfusi itu.,golongan darah saya juga 'O',.sama seperti Gabriel" Ujar seseorang tiba-tiba yang dari tadi hanya diam saja.

Semua menoleh kearah seseorang itu.

"Bang Iyel.," Seru Shilla.

"Abang Serius.,???" Tanyanya.

"Iya Shilla.,abang sangat-sangat serius"

"Tapi kan Pak Rio.,Iyel itu bukan.,.,.," Sivia menggantungkan ucapannya.

"Bukan berarti golongan darah kita harus ga sama juga kan.,???" Ujar Rio dengan senyumnya.

"Ya udah kalo gitu.,bisa ikut saya" Ujar Dokter yang merawat Gabriel.

"Ya udah Dok.,lebih cepat lebih baik kan.,???" Ujar Rio. Dan seketika itu langsung mengikuti langkah Dokter memasuki ruang ICU.

"Abang.," Panggil Shilla lagi dengan derai air mata membasahi kedua pipinya.

Rio menoleh kearah Shilla dengan lagi-lagi terkembang senyum dibibirnya.

"Kamu ga usah khawatir ya sayang, abang pasti baik-baik aja, kamu doain supaya abang bisa nolong abang Iyel ya.," Dan tanpa menunggu respon dari Shilla, Rio kembali melangkah memasuki ruang ICU.

"Shilla.,Shilla.," Panggil seseorang yang baru saja tiba di Rumah Sakit.

"Kak Ify.,"

"Maaf ya sayang kakak baru datang sekarang, tadi kakak ga bisa ninggalin kerjaan kakak di kantor" Terang Ify.

"Ga pa pa kok kak.,"

"Trus sekarang.,"

"Bang Iyel masih belom sadar, sekarang bang Rio lagi transfusi darahnya buat Bang Iyel"

"Ya udahlah lebih baik kita sekarang berdoa buat kebaikan semuannya." Ujar Ify.

***

Cakka terduduk lesu disalah satu kursi tunggu di luar ruang ICU dimana Gabriel dirawat. Duduk agak menjauh dari semua yang menunggui Gabriel di Rumah Sakit itu. Dia termenung, menyandarkan tubuhnya ke senderan kursi dengan kedua tangannya dia sembunyikan didalam saku celananya. Pikirannya melayang kembali ke peristiwa tadi pagi. Otaknya tidak bisa mencerna kenapa orang yang selama ini selalu dia pojokan malah menjadi penyelamat bagi dirinya. Perasaan bersalah, perasaan menyesal menyelimuti dirinya.

"Iyel.,Gabriel.,kenapa harus elu.,kenapa lu harus nolong gw.," Gumam Cakka.

Kini dia mengusap-ngusap wajahnya dengan kedua tangannya. Tampangnya begitu lusuh, tak bersemangat, tak ada sedikitpun gurat keangkuhan yang selama ini terbentuk diwajahnya apabila dia sedang mengolok-ngolok Gabriel.

Lamunan Cakka tiba-tiba terhenti dikagetkan oleh kehadiran seseorang yang sekarang duduk disampingnya.

"Luka lu juga harus diobatin Cak.," Ujar seorang gadis tomboy yang duduk disampingnya itu.

"Luka gw ga seberapa dibandingkan sama luka Gabriel, Ag.," Terang Cakka dengan nada suara yang sangat lemah. Di wajah Cakka memang tampak beberapa luka lebam akibat tonjokan ketiga preman tadi. Bukan hanya itu, disudut bibirnya juga terlihat sedikit darah yang mengering.

"Tapi bukan berarti lu diemin luka lu itu kan, bisa-bisa nanti lu tepar kaya Iyel juga"

"Gw masih ga abis pikir Ag, kenapa harus Gabriel yang nolong gw.,"

"Karena mungkin memang harus seperti itu Cak.,"

"Maksud lu.,???"

"Maksud gw, mungkin dengan kejadian ini lu bisa ngerti kalo Iyel tuh sebetulnya ga jahat-jahat amat, seburuk-buruknya Iyel, dia masih punya sisi baik juga. Dan mungkin ini saatnya lu sama Iyel baikan, lagian kan sebetulnya antara lu bedua ga ada masalah apa-apa, cuma masalah ego kalian doank"

"Tapi gw masih ga bisa percaya semua ini Ag," Ujar Cakka.

"Kenapa harus ga percaya???"

"Gw malu sama Gabriel, selama ini gw selalu ngejek dia, selalu mojokin dia. Gw ga tau harus gimana kalau nanti Gabriel sadar Ag."

"Lu ga perlu malu lagi, lu cuma harus berani bilang 'maaf'.," Ujar Agni dengan senyum.

"Sebelumnya gw minta maaf sama lu Ag.," Ujar Cakka.

"Minta maaf ke gw.,???buat apa.,???"

"Karena gw udah bikin Gabriel kaya gini, gw tau Gabriel itu orang yang paling penting buat lu"

"Jujur iya, karena dia satu-satunya orang yang gw punya sekarang"

"Lu sayang sama dia.,???" Tanya Cakka.

"Semua orang pastilah sayang sama sahabatnya Cak"

"Maksud gw lebih dari itu"

"Dulu iya, tapi sekarang gw ngerasa ga berhak"

"Kenapa???"

"Karena ada orang yang lebih berhak dari gw, orang yang lebih baik dari gw, orang yang bisa membuat Iyel lebih baik"

"Sivia,." Tebak Cakka.

Agni hanya mengangguk menjawab tebakan Cakka tersebut.

"Tapi jujur Cak, ngeliat Iyel seperti ini gw takut banget.,gw takut sesuatu yang buruk terjadi sama Iyel, dan kalo itu terjadi gw ga tau bakal jadi gimana Cak, gw sendirian" Ujar Agni menundukan kepalanya, bulir-bulir bening tiba-tiba saja menetes diatas telapak tangan Agni yang dia letakan di atas pahanya.

"Gw baru tau kalo cewe tomboy itu bisa nangis juga" Canda Cakka berusaha menghibur Agni.

Secepat kilat tangan Agni menghapus air matanya.

"Ga pa pa lagi Ag, ga masalah kalo lu nangis, gw aja yang cowo kadang suka nangis kalo masalah gw berat banget, apalagi elu, elu tuh cewe, dan sahabat paling setia buat cewe ya air mata," Terang Cakka.

Agni mengangkat kepalanya yang awalnya tertunduk, kini dia menoleh kearah Cakka. Mendengar ucapan Cakka tangis Agni semakin tak bisa dia tahan. Baru pertama kali ini dia menangis di hadapan orang, tidak juga dihadapan Gabriel orang yang selama ini paling dekat dengannya. Selama ini dia selalu menyimpan air matanya hanya untuk dia sendiri.

"Lu inget Ag, pada saat lu sedih, lu seneng, lu bahagia, lu terharu, lu sakit, tanpa lu sadar ataupun enggak, air mata adalah hal pertama yang bakal nemenin elu."

"Dan lu ga perlu cemas Ag, lu tau kan Gabriel itu orang yang sangat kuat, dia ga bakal nyerah gitu aja, dia bakal baik-baik aja"

Agni kembali menundukan kepalanya, bahunya terlihat bergerak turun naik menandakan dia sedang menangis tersedu. Kedua tangannya meremas ujung kaosnya, melampiaskan seluruh kesedihannya yang melanda dirinya saat itu.

Dalam tangisnya itu, Agni merasa bahunya dirangkul oleh sebuah tangan yang entah kenapa rangkulan itu membuat dirinya merasa lebih nyaman dan lebih tenang. Diliriknya pemilik tangan itu, ternyata itu adalah tangan Cakka.

"Lu ga usah takut sendirian Ag, mulai sekarang lu punya temen baru yang bisa lu andelin Ag.,"

"Gw.," Ujar Cakka seraya mengulurkan jari kelingkingnya kearah Agni.

Agni menatap Cakka, dan meskipun masih dalam isak tangisnya, dia berusaha mengembangkan senyuman semanis mungkin untuk Cakka dan mengaitkan jari kelingkingnya juga ke jari kelingking Cakka.

"Sekarang gw anter lu ketemu suster buat obatin luka lu ya.," Ajak Agni.

Cakka menganggukan kepalanya, dan keduanya kemudian berjalan keruang perawatan untuk menemui salah satu suster yang dapat menolong untuk mengobati luka Cakka.

***

Kursi tunggu didepan ruang ICU yang tadi pagi masih kosong, terlihat penuh terisi siang hari itu. Sivia duduk di posisi paling pinggir, tepat disamping pintu ICU. Disampingnya Shilla dengan Iyan tertidur dipangkuannya, karena memang waktunya dia untuk tidur siang. Dan di samping Shilla terlihat wajah tirus Ify dengan segurat kekhawatiran tampak dikedua bola matanya. Ketiganya sibuk dengan lamunannya masing-masing. Dan semuanya tampak kaget pada saat pintu ICU itu terbuka, terlihat Rio keluar dari ujung pintu ICU, menekuk pangkal sikunya, dengan segumpal kapas menutupi setitik lubang bekas tusukan jarum transfusi darah tadi.

Shilla, Sivia dan Ify langsung berdiri menghampiri Rio.

"Gimana Iyel.,Pak???" Tanya Sivia.

"Dia menerima darah bapak dengan baik, sekarang kita hanya tinggal menunggu Iyel sadar" Jawab Rio.

Raut kelegaan terlihat di wajah ketiga perempuan-perempuan cantik itu. dan mereka kembali duduk di tempat mereka semula. Terkecuali Sivia. Dia berjalan kearah pintu ICU, berusaha melihat keadaan Gabriel dari pintu ICU yang terbuat dari kaca. Namun Sivia hanya bisa mengintip Gabriel dari sela-sela tirai yang menutupi pintu kaca tersebut. Meskipun hanya sedikit tirai yang tersingkap, tetapi Sivia dapat melihat Gabriel dengan jelas. Tangis Sivia kembali pecah pada saat melihat Gabriel yang terbaring tak sadarkan diri, dengan selang oksigen melintang dihidungnya, dengan jarum infus di pergelangan tangannya. Gabriel tampak begitu lemah, tidak ada Gabriel yang Sivia kenal selama ini, Gabriel yang dingin, kaku, Gabriel dengan senyum sinisnya, dengan sindirannya. Hanya satu hal yang tidak berubah pada saat itu, wajah Gabriel yang tanpa ekspresi.

"Iyel, gw ga bisa liat lu kaya ini, gw lebih suka lu jutekin daripada lu diemin karena lu ga sadar kaya gini. Please Yel bangun, please Yel, jutekin gw lagi, kasih gw lagi senyum sinis lu, kasih lagi sindiran lu,"

"Iyel.,lu denger gw kan.,???" Gumam Sivia seraya meraba pintu kaca ruang ICU itu.

Rio yang melihat itu menghampiri Sivia.

"Kamu baik-baik aja Via???" Tanyanya

"Via ga bisa baik-baik aja selama Iyel masih belom sadar Pak" Jawab Sivia masih dengan tangisannya.

"Kamu tau kan Iyel itu orangnya keras kepala, dia ga bisa dibilangin, semaunya sendiri" Ujar Rio

"Dan kamu tau Via, kali ini bapak juga yakin dia bakal keras kepala. Iyel bakal keras kepala buat bertahan hidup Via, buat kita semua"

"Selama ini kamu udah yakin bisa ngerubah Iyel, dan kamu udah berhasil Via, sekarang sekali lagi kamu harus yakin kalo Iyel ga bakal bikin usaha kamu itu sia-sia Via, kamu harus percaya itu" Ujar Rio lagi dengan senyuman optimis dibibirnya.

"Iya pak.,Via percaya itu" Jawab Sivia terbata-bata.

Clek.,

Keduanya dikejutkan oleh pintu ICU yang terbuka. Dokter yang merawat Gabriel keluar dari ruangan tersebut. Shilla dan Ify pun ikut mendekat mengelilingi dokter itu, untuk mengetahui kondisi Gabriel.

"Gimana Dok.,gimana kondisi adik saya.,???"

"Bersyukurlah kalian, Gabriel sudah siuman sekarang"

"Ya Tuhan terima kasih.," Ucap semuanya bersamaan.

"Jadi sekarang kita udah boleh melihat dia Dok???" Tanya Rio lagi

"Boleh.,tapi kondisi Gabriel masih lemah, dia masih perlu istirahat yang banyak, jadi kalo mau melihat kondisi dia satu persatu aja ya.,dan itu pun ga boleh terlalu lama" Terang Dokter itu.

Atas persetujuan semua yang berada disitu, Rio orang pertama yang menemui Gabriel.

***

Gabriel mengerjap-ngerjapkan matanya, pandangannya masih buram pengaruh dari obat bius. Dia sedikit mengeliatkan tubuhnya, rasa perih menjalar diatas perutnya.

"Eeergghhh.," Gabriel mengerang perlahan, menahan sakitnya.

Dia memejamkan matanya kembali, bukan untuk tertidur, tapi dia mencoba menetralisir ingatannya, menyusun serpihan-serpihan ingatannya yang tercecer pada saat dia tidak sadarkan diri tadi. Sedikit demi sedikit dia berhasil menyatukan kilasan-kilasan peristiwa yang dia ingat, sampai akhirnya tersusun rapi menjadi suatu runtutan peristiwa yang dialaminya.

"Cakka.," Dia teringat akan Cakka.

"Apa dia baik-baik aja.,???" Gabriel merasa aneh sendiri, kenapa pada saat dia terbaring lemah seperti itu , kepeduliannya terhadap Cakka muncul begitu saja tanpa dia sadari.

"Kenapa gw mikirin dia sih" Masih saja ego nya sedikit menguasai Gabriel.

Tepat pada saat itu, Gabriel merasa ada seseorang yang menghampiri dirinya. Gabriel menoleh kearah dimana seseorang itu berjalan kearahnya.

"Abang.,." Seru Gabriel lemah.


 

Ek Rkwt

@rekscasillas

Tidak ada komentar: