Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Selasa, 28 Agustus 2012

GUE DIANTARA MEREKA – PART 22


 

"Abang.," Seru Gabriel lemah.

Rio yang saat itu memakai baju steril Rumah Sakit diluar kemeja kerja yang dipakainya, menghampiri Gabriel yang masih terbaring lemah diatas tempat tidurnya.

"Hai Yel.," Ujar Rio, dia tidak tahu kata-kata apa yang tepat untuk menyapa Gabriel saat itu.

"Lu kenapa ngeliatin gw kaya gitu???ngerasa kesian ya sama gw" Ujar Gabriel masih setia dengan sikap sinisnya, walaupun dengan kondisi tak berdayanya.

"Masih aja lu tuh sama sikap sinis lu itu Yel" Ujar Rio dengan senyumnya.

"Yel, gw tuh khawatir sama kondisi lu sekarang, lu ga tau kan diluar juga banyak yang nungguin lu, mereka nangis buat lu, mereka berdoa buat lu, mereka peduli sama lu dan mereka sayang sama elu.,Yel" Terang Rio.

Untuk beberapa saat entah karena sakit di perutnya atau karena sedang mencerna ucapan Rio, Gabriel membisu dalam diamnya.

"Abang.,"

"Ya Yel.," Jawab Rio

"Tadi gw ngerasa papa ada disini bang" Ujar Gabriel.

"Papa.,???"

"Iya, tadi gw ngerasa papa pegangin tangan gw, trus dia ngebisikin sesuatu dikuping gw Bang, sesuatu yang pengen banget gw denger dari dulu Bang.," Ujar Gabriel.

"Papa bilang apa sama lu Yel???" Tanya Rio

"Papa bilang.,gw anak papa, gw ga boleh berantem lagi sama lu, gw harus jagain Shilla, dan terakhir papa bilang gw harus sayang Iyan.,karena.,.,.,karena.,..,," Gabriel tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya. Gabriel memejamkan matanya, setitik bulir bening mengalir dari sudut mata Gabriel.

"Karena apa Yel.,???" Tanya Rio lembut.

"Papa bilang, gw harus sayang Iyan karena Papa juga sayang sama gw" Sambung Gabriel dengan suara terbata-bata menahan tangisnya.

"Lu denger kan Bang, papa bilang dia sayang gw.," Gabriel menatap Rio dengan pandangan mata yang begitu nanar namun dibalik itu terdapat sedikit gurat kebahagiaan.

"Yel, kemaren pada saat lu tau semuanya, lu bilang sama Shilla tak ada setetespun darah Papa mengalir ditubuh lu, tapi sekarang ga lagi Yel"

"Maksud lu Bang.,???" Tanya Gabriel tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Rio.

"Yel, mulai sekarang lu ga bisa nyangkal lagi, mau ga mau lu harus akuin kalo gw adalah abang lu, karena darah gw dah ngalir di darah lu, itu artinya darah papa sama mama sudah menyatu ditubuh lu. Itu artinya antara kita ada ikatan darah Yel, dan ga ada satu orang pun yang bisa ngerubah itu."

"Maksud lu, lu donorin darah buat gw???"

Rio mengangguk.

"Tapi gw minta bayaran buat darah yang gw kasih ke elu" Ujar Rio.

"Bayaran???" Tanya Gabriel

"Iya gw minta darah itu lu bayar dengan lu bisa anggep gw sebagai abang lu, lu lupain siapa elu, siapa gw, siapa Shilla, siapa Iyan. Yang gw mau hanya ada kata 'KITA' sebagai saudara." Terang Rio.

"Abang.,"

"Ma kasih abang udah nyelametin nyawa gw" Ujar Gabriel.

"Itulah gunanya saudara Yel, dan lu liat Yel, Tuhan yang mau kita jadi saudara, buktinya meskipun kita bukan saudara kandung, kita punya golongan darah yang sama. Dari awal Tuhan udah nentuin jalan hidup kita Yel, dan jalan hidup lu adalah bersama kita, sebagai ade gw, sebagai abang dari Shilla sama Iyan dan anak kedua mama sama papa" Ujar Rio.

"Gw rasa juga begitu" Ujar Gabriel.

Keduanya tersenyum dan sama-sama menitikan air mata keharuan.

***

Pintu ICU terbuka untuk kesekian kalinya. Kali ini Rio yang baru saja menemui Gabriel terlihat keluar dari pintu itu.

"Abang, gimana bang Iyel???" Tanya Shilla.

"Dia udah baik-baik aja," Jawab Rio.

"Berarti sekarang Shilla boleh ketemu Bang Iyel dong" Ujar Shilla.

"Aku juga pak.,aku pengen ketemu Iyel juga" Sambung Sivia.

"Kalian sabar ya, sekarang Iyelnya mo dipindah dulu ke ruang perawatan, nanti kalian bisa ketemu sepuasnya sama Iyel disana" Jawab Rio.

Sekitar sepuluh menit kemudian, sebuah brankar keluar dari ruang ICU itu. Gabriel terbaring diatasnya. Dari atas brankarnya, Gabriel menatap satu persatu secara bergantian orang-orang yang menunggui dirinya didepan ruang ICU tersebut. Dimulai dari Rio yang kini sedang memangku Iyan, disampingnya berdiri gadis manis kekasih Rio yaitu Ify. Disamping Ify berdiri adik yang paling disayangi Gabriel, Shilla yang terlihat bergandengan dengan Ify, calon kakak iparnya. Dari Ify pandangan mata Gabriel beralih ke sebelah kanannya, dimana Gabriel melihat satu-satunya sahabat yang dia miliki yaitu Agni, pandangan Gabriel kini tertuju pada sosok lelaki muda yang berdiri disamping Agni. Lelaki muda itu sedikit menundukan wajahnya, lelaki muda itu adalah Cakka, yang masih saja menyimpan rasa bersalahnya sehingga tidak memiliki keberanian untuk membalas tatapan Gabriel. Orang terakhir yang tertangkap oleh kedua bola mata Gabriel adalah seorang gadis cantik dengan lesung pipit di kedua belah pipinya, dengan kulit putihnya, dengan bola mata yang bening akibat genangan air mata. Tak lepas Gabriel menatap mata itu, mata yang membalas tatapan Gabriel dengan lembut. Dalam hatinya Gabriel berkata.,

"Ma kasih Via.,"

***

Kamar perawatan yang kurang lebih berukuran 3 x 4 meter persegi itu tampak lebih nyaman dibandingkan dengan ruang ICU tadi. Terdapat satu meja kecil disamping tempat tidurnya, satu lemari kecil tepat diseberangnya, dan satu buah kursi berada disamping kanan tempat tidurnya.

Gabriel masih terbaring diatas tempat tidur di kamar perawatan itu. Gabriel kini sudah terlihat lebih baik daripada beberapa jam sebelumnya. Sudah tidak ada lagi selang oksigen melintang dihidungnya, hanya selang infusi yang masih tertancap dipergelangan tangannya.

Tempat tidurnya kini dikelilingi oleh semua orang yang menunggunya di luar ruang ICU tadi.

"Sekarang Gabriel udah baikan, lebih baik kalian semua pulang aja dulu ya, lagian kan sekarang udah sore juga" Ujar Rio

"Ya udah deh bang, Shilla pulang duluan ya, kesian Iyan"

"Ya udah kamu hati-hati ya," Ujar Rio.

"Yo, kalo gitu aku pulang juga ya, biar aku bareng sama Shilla,"

"Oh ya udah bagus deh kalo gitu. Aku titip mereka ya"

"Abang.,Shilla sama Iyan pulang dulu ya, abang cepet sembuh, Shilla sedih ngeliat abang sakit kaya gini" Ujar Shilla dengan lagi-lagi air mata mengalir dipipinya.

"Ma kasih ya Shilla, kamu hati-hati berdua dirumah sama Iyan ya"

"Kamu ga perlu khawatir yel, aku nanti nginep dirumah kamu buat temenin mereka" Ujar Ify.

"Ma kasih ya kak, kak Ify emang baik, abang gw ga salah cari calon istri"

"Kita pergi dulu ya" Ujar Ify yang kemudian langsung pergi meninggalkan ruang perawatan Gabriel.

"Gw juga pulang Yel" Ujar Cakka singkat yang tak di jawab dengan respon apapun oleh Gabriel.

Agni menghampiri Gabriel.

"Yel, gw harap lu cepet sembuh ya, lu inget kan gw ga punya siapa-siapa lagi selain lu sekarang" Ujar Agni dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Gila, ternyata gw harus koma dulu buat bikin lu nangis Ag" Canda Gabriel namun tetap dengan muka seriusnya.

"Ya enggalah Yel," Jawab Agni sambil tersenyum.

"Ya udahlah gw balik dulu ya Yel"

Di ruang perawatan Gabriel kini hanya tinggal tersisa tiga orang, yaitu Gabriel, Rio dan Sivia.

"Kamu ga pulang Via.,???" Tanya Rio.

Sivia hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Rio itu. Rio yang mengerti perasaan Sivia pada saat itu akhirnya meninggalkan Sivia dan Gabriel berdua.

"Yel, abang mau ke kantin dulu sebentar, kamu sama Via dulu ya"

"Kamu ga pa pa kan Via, bapak minta tolong jagain Iyel sebentar.???"

"Ga pa pa kok Pak.,lama juga ga pa pa" Ujar Sivia dengan nada bicara spontan dan begitu bersemangat. Rio hanya tersenyum melihat tingkah laku Sivia itu, dan Sivia yang menyadari hal itu hanya bisa tersipu dan sedikit menundukan kepalanya.

"Maksud aku.,ga pa pa kok pak aku nungguin Iyel sebentar"Sivia meralat ucapannya dan kini berusaha dengan nada yang biasa saja.

"Ya udah.,abang tinggal dulu kalian berdua ya"

***

Ruang perawatan itu terasa begitu sunyi, tenang, hanya terdengar detik-detik jarum jam berdetak. Hanya terdengar samar-samar deru nafas dari dua orang yang masih tersisa di dalam ruangan itu.

Gabriel dan Sivia hanya terdiam. Tak satupun dari mereka yang mencoba berusaha untuk memecahkan kesunyian yang terbentuk di ruangan itu.

Sivia yang kini duduk di kursi samping tempat tidur Gabriel, hanya bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Dia tetap menundukan kepalanya, pipinya yang chubby dia kembung-kembungkan bergantian ke kiri dan ke kanan.

"Kok lu diem aja, biasanya cerewetnya minta ampun" Suara Gabriel yang belum setegas seperti biasanya, cukup mengagetkan Sivia yang dari tadi hanya diam.

"Lu baik-baik aja Yel???" Tanya Sivia ragu-ragu.

"Ya enggaklah., gw ga baik-baik aja, emank ada ya orang yang sehat dirawat di Rumah Sakit" Jawab Gabriel dengan raut wajah kaku seperti biasanya.

Gabriel sedikit meringis kesakitan pada saat dia menggerakan badannya berusaha untuk mengambil minum yang terletak di meja samping tempat tidurnya.

"Sakit ya Yel???" Tanya Sivia lagi.

"Pertanyaan lu tuh aneh-aneh ya, ya iyalah sakit, lu ga liat perut gw luka segitu gedenya" Jawab Gabriel dengan nada sinisnya.

"Gw kan cuma nanya Yel" Ujar Sivia yang juga telah kembali ke sifat aslinya, berbicara dengan nada sedikit ketus.

"Gw haus, ambilin gw minum tuh, gw susah ngambilnya" Ujar Gabriel jutek.

"Kalo minta tolong sopan dikit donk, ga pernah ya bilang tolong" Jawab Sivia.

"Iya gw MINTA TOLONG,," Ujar Gabriel dengan sedikit nyolot.

"Ga ikhlas banget sih minta tolongnya"

"Lu aja ga ikhlas mau nolongin gw nya"

"Ya udah gw ambilin" Kata Sivia dengan terpaksa.

Sivia bangun dari duduknya, meraih segelas air putih yang terletak di meja disamping dia duduk. Kemudian mendekati tempat tidur Gabriel, membantu Gabriel minum dengan menyangga kepala Gabriel di tangan kanannya.

Detak jantung Sivia semakin kencang, tarikan nafasnya tak beraturan. Kelenjar keringatnya tiba-tiba bekerja dengan begitu baik sehingga ruang yang ber AC sekalipun tidak bisa menghalangi rasa panas dan gerah yang mendera tubuh Sivia.

"Ya Tuhan.,gw ga pernah sedeket ini sama lu Yel" Batin Sivia.

Gabriel membaringkan tubuhnya kembali. Dan Sivia pun kembali duduk di kursinya.

"Kondisi lu gimana sekarang???" Tanya Sivia lagi

"Mana gw tau, kalo mo nanyain kondisi gw, tanya aja sama dokternya" Jawab Gabriel ketus.

"Lu kenapa sih Yel, gw nanya itu salah, gw nanya ini salah," Jawab Sivia. Namun dibalik semua itu sebetulnya ada sedikit perasaan lega di hati Sivia.

"Ya Tuhan terima kasih, Iyel dah balik kaya biasanya " Batin Sivia.

Namun situasi yang kaku antara Gabriel dan Sivia akhirnya mencair dengan sikap Gabriel yang mulai mencair juga.

"Ternyata berbuat baik itu susah ya Vi, hampir aja gw kehilangan nyawa gw sendiri gara-gara gw belaga nolongin orang" Terang Gabriel.

"Engga susah kok Yel sebetulnya. Tadi pagi tuh lu cuma berada di tempat dan waktu yang salah Yel, tapi semuanya itu adalah kemauan Tuhan. Karena menurut gw semua yang ada didunia ini ga ada yang kebetulan Yel, semuanya udah diatur Tuhan, dan semua pasti ada maksudnya"

"Tapi lu ga nyesel buat berbuat baik kan Yel.,???"

"Kalo gw nyesel berbuat baik, berarti gw juga nyesel donk bisa kenal sama elu, soalnya elu kan yang ngenalin gw sama yang namanya 'berbuat baik'.,.," Jawaban Gabriel sama sekali bukan jawaban yang disangka-sangka oleh Sivia. Dan Sivia hanya bisa tersenyum mendengar jawaban Gabriel itu.

"Gw boleh pegang tangan lu ga Yel.,???" Tanya Sivia.

"Lu mo ngapain tangan gw.,???" Tanya Gabriel seraya menarik tangannya menjauhi tangan Sivia yang sedari tadi hanya berjarak beberapa senti saja dari tangannya.

"Ga mo ngapa-ngapain Iyeeeellll.,boleh ga.,???" Tanya Sivia lagi.

Gabriel terlihat berpikir sejenak, kemudian perlahan Gabriel mendekatkan lagi tangannya yang dia tarik tadi kedekat tangan Sivia. Dan sedikit demi sedikit tangan Sivia pun meraba tangan Gabriel, sampai akhirnya kedua tangan mereka terjalin dalam sebuah genggaman. Dan tepat pada saat itu, tiba-tiba saja tangis Sivia terpecah.

"Lu kenapa nangis???" Tanya Gabriel

"Yel, tadi gw takut banget ngeliat lu koma. Gw takut lu kenapa-kenapa Yel, jangan kaya gitu lagi ya, please jangan bikin gw takut kaya tadi lagi"

"Jangan nangis, gw ga suka liat cewe nangis, dan gw janji ga bakal bikin lu takut lagi, gw juga ga mau kok koma buat kedua kalinya" Ujar Gabriel dengan sedikit senyum dibibirnya. Senyum kedua yang dia berikan untuk Sivia, terang saja Sivia pun membalas senyuman Gabriel seraya menghapus air matanya. Gabriel pun mengeratkan genggaman tangannya.


 

Ek Rkwt

@rekscasillas

Tidak ada komentar: