Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Senin, 19 September 2011

"JIKA ACHA DAN OZY JATUH CINTA" PART 8

PART 8 : RENCANA DOUBLE DATE RIO?


Acha membuka pintu rumah, dan terkesiap melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahnya. Gabriel tersenyum, “Rio ada Cha?”.
Acha minggir, memberi jalan agar Gabriel bisa lewat. “Di kamarnya Kak. Langsung naik aja…”.

“Thanks…” Gabriel melangkah ringan, menaiki tangga. Acha berjalan pelan mengiringinya dari belakang, ketika tiba-tiba Gabriel berhenti menaiki tangga dan menoleh ke arah Acha.

“Cha, lo kelas XI apa sih? XI-IPA kan ya?”

“Aku? XI-IPA1 Kak…”

“Oh, jadi ga sekelas sama adek gua ya?”
Acha berharap setengah mati supaya wajahnya tetap datar.

“Ummm… Adiknya Kak Gabriel yang mana ya?”

“Lho, kamu ga kenal ya? Namanya Ozy. Dia kelas XI-IPA2.”

“Wah, mungkin kalau liat mukanya aku tahu. Tapi kayaknya aku sering denger kok nama itu…” Acha berusaha menyembunyikan debaran jantungnya.
Gabriel tersenyum. “Iya, dia kan di sepak bola. Tim inti, jadi kalo sekolah kita tanding, pasti dia yang dikirim. Sebenernya sih gua pernah nawarin dia ikut band sekolah aja buat ekskul, tapi dia bilang lebih milih bola. Aku sih ga maksa, yang penting apapun pilihan dia, dia serius ngejalaninnya.” Suara Gabriel terdengar bangga ketika menjelaskan adik satu-satunya itu.
Acha tidak tahu mesti menjawab bagaimana, maka dia cuma mengangguk.

“Um, kamu pernah denger ada gosip apaaa… gitu yang beredar di kalangan anak-anak kelas XI soal Ozy?”
Acha menggeleng keras. “Gosip apaan Kak?” ujarnya ingin tahu.
Gabriel mengangkat bahu.

“Justru gua pengen tahu Cha. Soalnya udah hampir dua minggu ini kelakuan Ozy di rumah agak aneh. Biasanya dia deket banget ke gua. Tapi kali ini dia ga ada cerita apa-apa. Makanya gua pengen tahu, sebenernya ada apa. Akhir-akhir ini keliatannya ada sesuatu yang lagi dia pikirkan” jelas Gabriel.


“Oh.”

“Ya udah deh kalo kamu ga tahu. Aku ke kamar Rio dulu ya…” sambung Gabriel sambil melangkah menuju kamar Rio.
Acha mengangguk. Dia menghela nafas memandang punggung Gabriel yang menghilang di balik pintu kamar Rio. Acha masuk ke kamarnya sendiri, mengambil sebuah album foto berwarna ungu, membuka lembaran terakhir, dimana sebuah foto tertempel rapi. Sambil memikirkan cerita Gabriel tadi, batinnya berbisik, “Ozy banyak pikiran? Apakah salah satunya tentang aku?”.

***

Rio menoleh ke arah pintu yang membuka. Gabriel masuk, dan langsung duduk bersila di samping tempat tidur Rio. Dia merogoh ranselnya, mengeluarkan sebuah kalkulator dan menyodorkannya pada Rio.

“Nih, udah lama banget kebawa gua mulu…”
Rio menyambut uluran itu “Iya nih lo, untung Acha juga punya…”
Gabriel sudah beralih topik.

“Rio, gua mau ngomong…”

“Emangnya dari tadi lu ngapain sama gua, gali sumur?”

“Eh, gua serius Yo…”
Rio tidak menjawab. Dia hanya memandang Gabriel dengan tatapan bertanya.

“Rio, lo Sabtu minggu depan pergi bareng sama gua dan Ify ya…”

“Ogah. Kalo nyari obat nyamuk, bawa aja sendiri. Di warung depan ada tuh yang jual” Rio menyahut dengan sewot.

“Eh, lo ntar ga sendirian kok…”

“Sama siapa? Sama si Acha? Kalo gua mau pergi berdua adek gua sendiri, ga usah berombongan bareng lo sama Ify kali Yan…”

“Dengerin dulu nape? Kemaren gua sama Ify ngomongin elo Yo. Kita berasa gimanaaa gitu ngeliat sampe kita udah pada mau lulus gini, elo masih aja ber single fighter ria. Miris banget liatnya. Gua aja sebagai sahabat elo, berasa ironis banget membandingkan lo yang kalo Sabtu malem paling pol latihan basket doang, dengan gua yang udah hampir dua tahun ini sama Ify”

“Gua fine-fine aja kok…” Rio menukas, mengambil gitar di samping tempat tidur dan mulai memetiknya.

“Gua belum selesai ngomong Yo… Jadi, ini sebenernya idenya Ify sih… Kita besok mau ngenalin elo sama sepupunya Ify. Dia anak kelas XI sih, tapi beda sekolah dari kita. Yah, siapa tau lo berdua cocok…”

“Iya kalo cocok, kalo enggak?” balas Rio, masih dengan nada agak kesal.

“Lo kan belum liat orangnya, gimana mau bilang cocok atau enggak?”
Rio tidak menjawab. Gabriel berdiri, dan menepuk bahu Rio.

“Jadi oke ya Yo? Sabtu minggu depan jam 3 gua jemput elo. Tapi lo bawa motor sendiri lho ya, gua kan boncengin Ify…”

“Terserah deh…”
Gabriel tersenyum senang. Paling tidak dia tidak perlu repot-repot menjelaskan pada Ify. Tinggal bilang bahwa Rio bersedia. Seandainya saja Rio menolak rencana Ify ini, pasti Gabriel gelabakan sendiri untuk menjelaskannya pada Ify.

“Sip! Gua balik dulu Yo… Tadi udah mendung. Ntar keburu gerimis…”

“Sonooooo…”
Gabriel melangkah keluar, menutup pintu perlahan. Rio menghela nafas, meletakkan gitar ke sampingnya, dan berdiri. Rio melangkah menuju jendela, menatap kaca jendela. Dalam hati dia kembali merutuki dirinya. Ngapain juga dia mau ikut-ikutan double date sialan ini? Rio sudah bisa menduga, kalo ini semua pasti ide Ify. Gabriel tidak pernah rese merecoki kehidupan pribadinya. Rio cuma tidak tega membayangkan Gabriel yang harus menenangkan Ify yang kemungkinan besar akan melancarkan aksi ngambek kalau rencananya ditolak Rio mentah-mentah. Rio menggelengkan kepala sekali lagi. “Sekali ini saja cukup”, pikir Rio. “Yang penting gua ketemu sama sepupunya Ify, Ify seneng, dan Gabriel aman dari omelan Ify, meskipun akhirnya gua ga cocok, itu sudah beda cerita lagi…”.
Rio melipat tangan. Memandangi butiran gerimis yang mulai membasahi kaca jendela. Butiran gerimis yang bening. Mengingatkan Rio pada bening mata Sivia…

***

Utami Irawati
PS Kimia FMIPA Unlam
>+62-81351396681
utami_irawati@yahoo.co.uk
@utamiirawati

Tidak ada komentar: