Welcome to My Blog and My Life

Stay Tune!:]

Senin, 19 September 2011

"JIKA ACHA DAN OZY JATUH CINTA" PART 10

PART 10 : WAKIL KETUA OSIS = SAINGAN?

Nyaris seminggu sudah berlalu, baik Ozy maupun Acha tidak berani untuk saling menyapa duluan. Acha seringkali lebih memilih memutar daripada harus melewati kelasnya Ozy. Bahkan terkadang dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di perpustakaan, daripada ke kantin, karena untuk menuju kantin, jalan terdekat adalah melewati kelas XI-IPA2. Seperti Kamis siang yang gerah ini, Acha memilih untuk mengerjakan tugas dari Bu Rahmi di perpustakaan. Untunglah Nova mau menemaninya, meskipun keluhan Nova yang kepanasan terus terdengar.

“Dooohh… Panas banget sih ni ruangan. Cha, kipas anginnya gua nyalain ya?” Nova beranjak mendekati tombol di dinding untuk menyalakan kipas angin di atas meja yang mereka tempati.

“Nov! Jangan Nov! Nanti kertasnya…”, Acha belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Nova memencet tombol ON. Kipas angin di atas meja itupun langsung berputar kencang, menerbangkan selembar kertas milik Acha keluar jendela perpustakaan yang terbuka lebar.

“Yah… Tuh kaaannn…” keluh Acha sambil berdiri.

“Eh, sorri Cha! Sini, biar gua ambilin!” Nova langsung merasa bersalah, dan bergegas ikut menyusul Acha yang tengah beranjak ke luar perpus. Tapi belum sempat mereka keluar, langkah mereka sudah dicegat seorang cowok berkulit hitam manis.

“Um, Nova? Bisa ngomong bentar ga? Berdua aja, kalo bisa…” kata Patton sambil menatap Nova.

“Hah? Eh,aku mau…” Nova gelagapan. Dia menoleh ke arah Acha dengan perasaan tidak enak.

“Udah, gapapa Nov. Gua ambil sendiri aja…” kata Acha tersenyum menenangkan.
Nova menghembuskan nafas lega, dan mengikuti Patton untuk duduk di salah satu kursi yang ada.
Acha keluar dan memutari dinding, menuju halaman belakang perpustakaan. Disana, selembar kertas nampak tergeletak di sisi kiri pagar tanaman. Di sisi kanan pagar tanaman itu, halaman rumput yang hijau membentang sampai batas pagar sekolah. Sekitar dua meter dari pagar tanaman pembatas itu sebatang pohon rindang berdiri tegak.
Acha melangkah mendekati kertas itu, membungkuk untuk memungutnya.

“Untung gak ilang,” gumam Acha perlahan. Sambil berdiri dia menoleh ke arah pohon itu, dan refleks langsung berjongkok.
Ada Ozy sedang duduk sendirian di bawah pohon itu!
Acha merasakan aliran darahnya semakin deras. Dari balik sela-sela pagar tanaman itu, Acha mengintip ke arah Ozy. Ozy sedang duduk berselonjor. Matanya terlihat jauh menerawang. Untuk bernafas pun Acha rasanya tidak sanggup. Tuhan, kenapa menentukan sikap di depan anak ini begitu sulit, batin Acha berteriak…

Ozy memandangi bentangan rumput di hadapannya, yang berbatas sebuah kolam kecil. Hijau. Seperti warna daun. Hijau daun. Ozy tersenyum kecil mengingat kejadian CD Hijau Daun beberapa minggu yang lalu. Wajah Acha terbayang kembali. Ozy mengambil kerikil kecil di sampingnya, dan melemparkannya ke kolam kecil itu. Dia menghela nafas. Seandainya saja kegundahannya itu bisa dibuang dengan mudah seperti halnya kerikil kecil itu. Tak sadar, Ozy bernyanyi pelan, menyuarakan hati lewat barisan kata…

Biarkan aku jatuh cinta…
Terpesona ku pada pandangan saat jumpa…
Biarkan aku kan mencoba…
Tak peduli kau berkata tuk mau atau tidak…

Suara lirih Ozy membuat Acha tercenung. Dia tidak pernah suka lagu-lagu berirama Pop Melayu. Tapi entah kenapa, lagu itu terasa berbeda. Jauh berbeda. Lagu itu terasa lebih berbicara, dalam dan menyentuh hati…

“Gila, kirain anak itu cuma jago di lapangan bola doang. Ternyata suaranya keren juga…” bisikan lirih di samping Acha membuat Acha nyaris meloncat.

“Zev? Ngapain elo disini?” Acha berbisik dengan suara nyaris tercekik.
Zevana yang sedang berjongkok di sebelah Acha menekankan telunjuk di bibirnya sendiri.

“Sssttt! Ntar ketahuan!” bisik Zevana dengan nada tegas.
Acha mengangguk cepat. Zevana memang punya aura seorang pemimpin. Orang cenderung langsung menuruti apapun perintah yang keluar dari mulutnya.
Mereka berdua kembali memandangi Ozy yang masih asyik bersenandung pelan. Sekarang lagu ‘Suara’ dari Hijau Daun yang dia senandungkan.

“Hmm… Kalo soal senyumnya sih gua udah sering denger dari kehebohan anak-anak kelas X kalo lagi ngomongin Ozy. Tapi kalo soal suaranya, gua baru denger sekarang…” bisik Zevana.
Acha hanya mengangguk.

“Filing gua memang tepat… Dia memang udah jadi salah satu target gua…” bisik Zevana lagi tanpa mengalihkan pandangan dari Ozy. Acha menoleh cepat. Wajahnya memucat. Apa? Ozy itu targetnya Zevana? ZEVANA? Zevana yang wakil ketua OSIS itu??? Acha menunduk, berharap tanah di bawahnya membuka dan menelannya saat itu juga. Sikap dingin Ozy kemarin padanya sudah cukup membuat Acha terluka. Dan pengakuan Zevana seakan membuat luka itu ditaburi cuka, garam, lalu dijadikan asinan . Pedih.
Acha meneguk ludah.

“Hmmm… Kayaknya gua mesti ngomong sekarang. Semoga aja dia gak nolak…” bisik Zevana mantap. Dia langsung berdiri, dan melangkah mendekati Ozy.
Acha perlahan meninggalkan tempat itu. Meninggalkan tempat itu dalam keadaan berjongkok saja sudah cukup sulit, apalagi ditambah perasaan Acha yang tidak karuan. Bagaikan mimpi, Acha tiba-tiba sudah berdiri di depan perpustakaan, dimana Nova sudah menunggunya.

“Acha? Lo baik-baik aja? Pucet banget muka elooooo….”
Acha mengangguk. Berusaha tersenyum.

“Gua? Gua baik-baik aja kok. Si Patton ngomongin apa sama elo?”
Mata Nova bersinar-sinar.

“Oh! Yang tadi? Tadi Patton ngomong ke gua kalo…” belum sempat Nova menyelesaikan kalimatnya, dengan mata membelalak Nova menutupkan tangan ke mulutnya sendiri.

“Cha, sorry… Gua ga bisa ngomong ke elo. Yah, paling nggak, nggak bisa sekarang…” dengan wajah bersalah Nova menatap Acha, “Kata Patton, jangan sampai orang lain tahu dulu…”
Acha menatap Nova penuh selidik. Nova memang tidak pernah mengaku secara langsung pada Acha. Tapi Acha tahu, ada nada lain di suara Nova kalau dia sedang membicarakan Patton. Hmmm… Sepertinya ada sesuatu yang mereka berdua sembunyikan…
Acha mengangkat bahu, lalu menggandeng tangan Nova untuk kembali menuju kelasnya. Acha berharap, rumus-rumus Fisika dari Bu Winda bisa membuatnya melupakan kejadian di belakang perpustakaan tadi…

***

Utami Irawati
PS Kimia FMIPA Unlam
>+62-81351396681
utami_irawati@yahoo.co.uk
@utamiirawati

2 komentar:

luvi nadila mengatakan...

lanjutin dong cerbung nya,, :)

Resaechaa mengatakan...

Sudah dilanjut kok. Check new posting yaaaa:)